The Strong One

2.8K 209 54
                                    

Sebelum mulai chapter ini, author mau bilang terimakasih buat semua yang sudah menanggapi pertanyaan author kemarin. Juga buat semua lovelies yang sudah read, vote dan comment. Benar-benar berharga dan memacu untuk semakin memperbaiki diri.

Btw, ini bukan kemauan author tapi makin kesini chapter nya makin panjang dan panjang. Semoga kalian bisa tetap menikmati.

⚠️⚠️Trigger warning⚠️⚠️ :

🔞 Hard sex / angry sex / sex dengan kekerasan 🔞

Mungkin ada dari lovelies yang tidak nyaman, tapi ada sebabnya kenapa ini harus ditulis. Jadi mohon persiapkan diri kalian, atau kalau tidak bisa menerima, mending di skip aja.

Happy reading.

.
.

Seorang anak berbaring bergelung di sudut ruangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seorang anak berbaring bergelung di sudut ruangan. Bahunya bergetar terguncang-guncang, mulut sesekali mengeluarkan isakan pelan. Matanya terkatup tapi tidak tertidur. Air mata sudah habis tercurah tapi hatinya tetap merasa sedih.

Dia lelah. Berjam-jam dihabiskan untuk menangis, marah, menjerit-jerit. Mulutnya menggumamkan satu nama, menginginkan kehadiran hanya satu orang saja bukan yang lain. Tapi mengapa tidak ada yang mengerti kehendaknya. Padahal maunya sangat mudah, simple, sederhana.

Dua orang dewasa mengamati anak tersebut sambil berbisik-bisik. Berusaha berbicara pelan-pelan agar tidak terdengar oleh si anak. Walaupun mungkin anak tersebut juga sama sekali tidak tertarik untuk menyimak perkataan mereka.

"Ini sudah hari ketiga, Noona. Dia masih terus menangis dan menolak makan. Kalau begini terus kondisinya pasti memburuk atau bahkan bisa meninggal. Kalau sudah begitu apa gunanya kau menculiknya," kata seorang pria dengan rahang tegas.

"Jangan sebut menculik, ini bukan penculikan. Aku hanya mengambil hakku yang selama ini direnggut paksa oleh mafia brengsek itu," jawab lawan bicaranya sambil berdesis. Kentara sekali dia sangat membenci sang 'mafia'.

"Lagipula dia hanya butuh waktu, semua tentu perlu penyesuaian. Lihat saja, aku tidak akan gagal," sambung perempuan itu sambil mengangkat nampan berisi bubur dan air putih, berjalan mantap mendekati si anak.

Laki-laki itu mendengus, "Terserah kau mau sebut apa. Aku cuma berharap semoga kau benar, Noona. Aku jarang salah, tapi kali ini aku benar-benar berharap bahwa aku salah," si lelaki mengangkat bahu.

Dia berjongkok dan meletakkan nampan di lantai. Tangan kurusnya menjangkau anak itu, menepuk pelan bahunya. "Taehyung, bangun Nak. Ini Eomma."

"Bohong! Taetae ga punya Eomma. Eomma sudah mati!" Jerit anak itu. Matanya terbuka nyalang, dia bangun dan merapatkan tubuhnya ke tembok. Seolah sentuhan tangan perempuan itu bagaikan api yang membakar kulitnya.

Friends with Benefits (?) - COMPLETE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang