Monster

1.3K 107 41
                                    


Hy lovelies,

Kembali lagi dengan chapter terbaru.

Mungkin ada yang mikir, kok book ini lagi sih yang update? Book lain kapan? Sabar, sabar, baca sampai bawah, ada pengumuman penting yang author mau sampaikan.

TW : BDSM, rape, non consent

(Apapun kesannya, buat author di sini sudah ada unsur pemaksaan. Jadi, yeah, kalian sudah diperingatkan. Beware.)

Kalau ga nyaman, boleh banget di skip kok, ga mengganggu, dari mulai tanda * *🔞🔞** ya.

So enjoy.

Happy reading

.
.

Sebagai pemilik hotel, keluarga Hoseok diberi satu kamar khusus di lantai tertinggi. Luas, mewah, dan megah, dengan pemandangan menghadap sungai Han yang berkilau temaram.

Keduanya duduk dalam sebuah sofa panjang yang empuk, berjauhan. Yoongi di ujung kiri dan Hoseok di sebelah kanan. Di tengah mereka ada sebotol whiskey yang sudah hampir habis isinya. Sementara beberapa botol lain masih menunggu untuk dibuka. Menatap pemandangan kota dalam keheningan, mereka tenggelam dalam pikiran dan gelas minuman masing-masing.

Gelas demi gelas terus mengalir tanpa batas. Hoseok tidak seperti Jimin yang lebih kuat minum. Tidak berapa lama, dia sudah mabuk, wajah pemuda Jung itu memerah. "Aku benci Seoul," katanya tiba-tiba, bicaranya melantur karena pengaruh alkohol. "Udaranya, suasananya, orang-orangnya. I haaattte it."

Yoongi diam saja, tidak berkomentar karena malas.

"I looooovvve the States. Veeeeerrryyy much," racau Hoseok. Ia mulai bercerita panjang lebar, kebanyakan tentang pengalamannya selama tinggal di Amerika. Mengambil sekolah jurusan tari, merintis karier sebagai dancer profesional, tidak lupa teman-teman penarinya yang semuanya menyenangkan.

"Kalau hidupmu begitu hebat di sana, mengapa kembali lagi ke Korea?" Demikian tanggapan Yoongi setelah sekian lama diam mendengarkan. Bagi Yoongi, kisah Hoseok terdengar sombong memuakkan.

Yang lebih muda terpekur, kepalanya menunduk dan ia memejamkan mata. Lama sekali sampai Yoongi mengira Hoseok tertidur.

Tapi tidak, perlahan netranya membuka. "Sewaktu berangkat ke Los Angeles, kukira aku akan menetap selamanya di sana. Meninggalkan semua kepalsuan dan aturan yang membelenggu kita. Aku salah. Setelah 10 tahun lebih, ternyata aku harus pulang." Pandangannya suram melewati pemandangan di bawah sana.

Ia melamunkan sesuatu yang entah ada dimana, pikirannya tidak fokus. "Semua karena dia."

"Dia?"

"Dia!" Tiba-tiba Hoseok berkata keras penuh amarah. "Orang yang pernah sangat aku cintai. Orang yang aku kira juga mencintaiku sama besarnya. Orang yang kepadanya kuserahkan seluruh diriku, jiwa dan raga. Sekaligus orang yang sudah menyakiti hatiku lebih dari apapun juga."

Seketika lagi suara Hoseok melirih, "Dia yang sudah membohongi aku. Kalau jati dirinya saja sudah ia palsukan, lalu apakah ada omongannya yang bisa dipercaya? Dia berkata mencintai, menyayangi, tidak bisa hidup tanpaku. Tapi dari mana aku tahu apakah dia benar-benar tulus atau semua hanya dusta?"

Kata-kata Hoseok terdengar lugas dan jujur. Hilang sudah kepongahan yang biasanya dia tampilkan. Yoongi sedikit merasa kasihan pada Hoseok, sedikit saja. Sulit berempati bila dirinya sendiri juga sedang menghadapi masalah yang sama peliknya.

"Hyung sendiri? Kenapa disini?" Hoseok berdiri dari tempatnya duduk lalu melangkah terhuyung ke hadapan Yoongi.

"Bukan urusanmu."

Friends with Benefits (?) - COMPLETE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang