Setelah kurang lebih 20 menit dalam gendongan Sehun, Baekhyun mulai tidak betah. "Yuyun ajah!" Ujarnya sambil meronta ke sembarang arah, berusaha membuat Sehun menurunkannya.
Tapi alih-alih bermain seperti biasa, Baekhyun justru mengintip takut-takut pada si wanita yang sedang duduk di karpet merah sambil memainkan ponsel pintarnya. "Tidak usah takut, Hyun-ie. Imo itu baik, kok." Kata Sehun sambil menyejajarkan tubuhnya pada si kecil.
Jungse mengalihkan tatap ke arah si bayi. "Oh, hai, Hyun-ie." Gadis itu tersenyum ramah pada Baekhyun yang terlihat gelisah. Entahlah, Sehun juga bingung apa yang terjadi pada Baekhyun. Padahal, Sehun sering mengajak bayi itu bermain di taman, berbaur dengan masyarakat sekitar, dan Baekhyun juga terlihat nyaman.
Tapi kenapa saat Jungse datang dia malah—ah, sudahlah.
"Eh, Hyun-ie. Coba liat sini, kakak bawa sesuatu untuk Hyun-ie, mau lihat?" Sehun mencicbir. Apa-apaan sebutan 'kakak' itu? Sok muda sekali.
Baekhyun menatap Sehun, seperti meminta persetujuan. Hingga Sehun mengangguk dan menepuk kepalanya dua kali, Baekhyun mulai mendekati si wanita. "Coba tebak, kakak bawa apa?" Jungse tersenyum jahil, melihat Baekhyun dengan raut wajah penasaran, menurutnya itu lucu.
Namun, bukannya menjawab, bayi itu malah melengos begitu saja dari hadapan Jungse. Sehun berusaha menahan tawa tatkala ia melihat wajah masam kekasihnya. "Makanya, kalau mau beri sesuatu, langsung dikasih."
"Ya kan, aku juga tidak tau kalau bakal langsung ditinggal begini!" Ujar Jungse, sewot. Sehun mengalihkan pandang ke arah Baekhyun yang tengah berlari mengejar vivi sambil tertawa, karena anjing itu takut buntutnya akan ditarik. "Hyun-ie! Lihat sini, lihat! Kakak bawa ini. Kamu mau?"
Baekhyun segera menghentikan langkah. "Adja apah?" Gumamnya sambil menatap Jungse. "Puding! Kamu mau?" kata Jungse sambil mengeluarkan sebungkus puding berbentuk telur mata sapi dari kantung plastik yang tadi ia bawa. Seketika Baekhyun tersenyum cerah, ia berlari ke arah si wanita sambil berseru "Ding ding!"
Sehun terkekeh pelan. "Sini, duduk sini." Jungse menepuk-nepuk pahanya, bermaksud menyuruh Baekhyun untuk duduk di pangkuan. Seperti terhipnotis, Baekhyun langsung duduk di atas paha Jungse. "Ding ding!" Ujarnya senang sambil tertawa bahagia. Baekhyun langsung melahap pudingnya ketika sudah sampai di tangan. "Hyun-ie suka?" Bayi itu tak lekas menjawab, terlanjur sibuk dengan puding telur di kedua tangan.
"Huum~ Amii~" Jungse mengernyit, ia belum terbiasa dengan bahasa-bahasa bayi. "Yummy? Hyun-ie suka?" Wajah Jungse berubah masam kala Baekhyun mengangguk ketika Sehun yang bertanya, dengan pertanyaan yang sama tapi respon yang berbeda. Luar biasa, anak ini benar-benar pilih kasih.
Sudah dua bungkus puding Baekhyun habiskan. "Sudah, ya? Itu yang terakhir." Baekhyun beranjak berdiri, ia berjalan memutari Sehun yang duduk di sebelahnya, mulutnya masih menyedot puding telur yang ia pegang dengan kedua tangan secara hati-hati, takut pudingnya jatuh.
Baekhyun menghentikan kegiatan –mari-kelilingi-Sehun-samchun– ketika puding di tangannya sudah tandas, kini ia berlari ke arah akuarium di sudut ruangan. Berjinjit dengan sebelah tangan bertumpu pada meja dan sebelah tangannya terulur masuk ke dalam air.
"Ca abing!" Serunya sambil menatap dua orang dewasa yang ada di sana dengan senyum kegirangan. Baekhyun itu, tipe bayi yang tidak akan berhenti mengucapkan kalimat yang sama secara berulang-ulang, sebelum orang dewasa di sekitarnya paham dengan maksud yang ia ucapkan.
Jungse yang memang dasarnya belum terbiasa dengan bahasa bayi, hanya bisa melongo dengan kalimat yang berusaha Baekhyun sampaikan. Pun dengan Sehun yang baru kali ini mendengar kalimat itu keluar dari mulut Baekhyun, hingga akhirnya, entah datang dari mana, sebuah terjemahan dari perkataan Baekhyun datang menghampiri otak Sehun. "Bisa ambil? Ya ampun, apa yang bisa kamu ambil, Hyun-ie?"
Merasa Sehun mengerti ucapannya, bayi itu menghentikan kalimat "Ca abing" yang ia sebut berulang kali. Masih mempertahankan senyum senangnya, Baekhyun kembali berseru. "I...Tan!" Gigi susu yang putih bersih itu ia pamerkan.
"Eh, Hun-ah. Aku mau menginap di sini beberapa malam, boleh ya?" Sehun menoleh menatap Jungse. "Kau tau orang tuaku sedang pergi ke Busan, kan? Aku malas sendirian di rumah." Sehun mengangguk. "Oke, jangan lupa bayarannya." Sehun kembali memperhatikan Baekhyun yang kali ini sedang bermain bola tendang dengan vivi.
"Iya, nanti malam langsungku bayar, mau di mana? Di kamar? Atau di—umh!" Bibir Jungse langsung terkatup kala Sehun menumpukkan bibirnya di sana. Maksud Sehun, sih, agar Baekhyun tidak perlu mendengar kalimat kotor yang barusan Jungse ucapkan.
Tapi tanpa mereka sadari, Baekhyun justru melihat dua orang dewasa itu berciuman. "Adja apah?" Sehun yang mendengar itu langsung menyudahi ciumannya. Baekhyun menatap mereka sambil mengerjap polos, tidak mengerti kenapa mereka saling memakan bibir.
"Hyun-ie, kemari sebentar, cium samchun, dong." Kata Sehun sambil memajukan bibirnya. Baekhyun mengerjap pelan sebelum ia akhirnya tertawa senang, bayi itu membuka mulut sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Sehun. "AAARGGHH! SAKIT SAKIT! HYUN-IE LEPAS!" sedang Baekhyun hanya tertawa puas sambil bertepuk tangan, kegirangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adorable Hyun!
FanfictionHanya berisi tentang kehidupan sehari-hari Byun Baekhyun, seorang balita yang selalu dititipkan pada tetangganya, Oh Sehun. Warn: Bukan konten BxB, isinya cuma cerita keimutan balita. Semua foto diambil dari Pinterest.