Sehun bahkan baru melangkahkan kaki untuk masuk ke dalam rumah sambil bergumam "Aku pulang." Suara tangis bayi yang tersendat dan seruan bahwa anaknya sudah bangun menyambut kepulangan Sehun. Baekhyun mendekat ke arah lelaki itu dengan kedua tangan terentang lebar dan memeluk sebelah kaki panjangnya.
"Husst ada apa, hm?" Sehun menaruh kantung plastik hitam berukuran sedang di atas meja sebelum menggendong si bayi. "Aduh!" Baekhyun mengigit bahu kanan Sehun, melampiaskan rasa kesalnya karena ditinggal sendirian saat ia sedang tidur.
Tangisan Baekhyun terdengar begitu sedih, karena ia seperti berusaha menahan untuk tidak menangis dengan mengigit bahu Sehun, bukannya menangis keras seperti bayi kebanyakan.
Pemuda itu mengusap punggung kecil Baekhyun yang bergetar "Iya gigit saja, boleh." Seperti mendapat lampu hijau, gigitan Baekhyun semakin keras terasa di bahu Sehun.
Tapi rasa sakit itu Sehun abaikan, selama mengigit bahunya membuat Baekhyun menjadi lebih tenang, Sehun rasa itu tak menjadi masalah.
Pemuda yang tengah menggendong bayi itu berjalan untuk mengambil posisi duduk di sofa bagian pojok, akan terasa lelah sekali jika harus berdiri terus sambil menggendong bayi dengan bobot dua karung beras yang masing-masing 5 kilogram.
Semua orang menatap mereka dengan pandangan yang berbeda, ada yang menatap Sehun dengan pandangan kasihan karena bahunya menjadi sasaran gigi susu Baekhyun, dan ada pula yang tersenyum seperti seorang ayah yang bangga dengan anaknya.
Pun ada yang menatap Baekhyun dengan tatapan sedih karena merasa bayi itu terlalu menekan emosinya. Tapi menurut Sehun, Baekhyun bukannya menahan emosi, melainkan mencari pelampiasan agar emosinya tersalurkan. Dengan menggigit bahu Sehun, misalnya.
Semua tamu yang ada di sana mulai kembali mengobrol dengan suara pelan, membiarkan Sehun menenangkan Baekhyun sejenak. Hingga beberapa saat—"Mau minum?" Obrolan mereka terhenti ketika suara pelan Sehun terdengar untuk menawarkan si bayi air putih dan disambut anggukan yang super pelan.
Sehun menyodorkan segelas air putih ke hadapan Baekhyun. "Hyun-ie mau biskuit?" Tanya Sehun ketika Baekhyun melepaskan bibirnya dari mulut gelas. Bayi itu menggeleng, seraya menggumam pelan "Yuyuk ajah." Pemuda itu lantas mengangguk.
Tangan besar Sehun mengusap punggung dan kepala Baekhyun, berusaha menyalurkan afeksinya agar tersampaikan dengan baik untuk si bayi.
"Hyun-ie, mau kasih tau samchun tidak, apa yang Hyun-ie rasakan tadi?" Baekhyun masih diam dengan posisi mendekap tubuh besar Sehun dan menyandarkan pipi kanannya pada dada bidang Sehun, menatap satu persatu tamu yang datang. "Hyun-ie, marah? Kesal? Atau Hyun-ie malu? Takut? Hm? Apa yang kamu rasakan?"
Sehun sama sekali tidak menyadari bahwa kini mereka sudah menjadi pusat perhatian 7 pemuda yang datang ke rumahnya, karena baru pertama kali ini mereka melihat sisi lain dari seorang Oh Sehun yang ternyata sudah sangat dewasa.
Baekhyun menggeleng, ia sendiri pun tidak tahu apa yang tadi dirasakan. Mungkin perasaan kesal ditinggal Sehun? Atau malu karena menangis di hadapan banyak orang yang tak ia kenal? Entahlah.
"Hyun-ie!" Sehun menusuk pipi Baekhyun dengan telunjuknya yang panjang. Seraya bergumam. "Hyun-ie dipanggil paman Jongdae, tuh." Baekhyun menatap Sehun lalu mencari orang yang bernama Jongdae takut-takut. Berbeda dengan pemuda itu yang malah tersenyum lima jari.
"Lihat apa yang paman bawa untuk Hyun-ie! Ttaraaa~" Jongdae mengeluarkan sebuah mainan berbentuk mobil merah khas pemadam kebakaran. Baekhyun sempat menganga sekilas mengeluarkan suara "Wah~" yang pelan sekali, sebelum ia meronta dari pelukan Sehun.
Semua orang yang datang hari itu mengeluarkan hadiah yang mereka bawa, karena melihat reaksi Baekhyun yang berdecak kagum. Tapi Baekhyun menghiraukan semua itu, sebab mereka semua membungkusnya dengan kotak dan kertas kado, sedang yang milik Jongdae tidak di bungkus sama sekali.
Bayi itu sudah seratus persen lupa kalau ia bahkan belum mengenal Jongdae, fokusnya sekarang ada pada mobil pemadam yang sebelumnya di bawa Jongdae.
Pun bayi itu sepenuhnya melupakan kejadian ketika ia menangis, justru berbinar "Tain. Mau. Tain." Katanya sembari menepuk-nepuk plastik pembungkus mobil itu.
Sehun menengadahkan tangan. "Mau samchun bantu?" Baekhyun langsung menyodorkan mobil yang masih terbungkus itu kepada Sehun. "Bilang apa? To?"
"Yong." Sehun mengangguk, membenarkan perkataan Bakehyun. Mata bayi itu berbinar, mulutnya tak henti bergumam "Wah~ Cay-aih." Lalu bertepuk tangan kegirangan ketika Sehun menyodorkan mainan itu padanya dengan senyum. "Iya, besar sekali ya? Bilang apa sama paman Jongdae?"
"Acih." Baekhyun asyik memainkan mainan barunya. Bayi itu mulai berteriak-teriak kegirangan, kembali menjadi Baekhyun yang aktif dan ceria.
<Published, 2021 8 12>
KAMU SEDANG MEMBACA
Adorable Hyun!
FanfictionHanya berisi tentang kehidupan sehari-hari Byun Baekhyun, seorang balita yang selalu dititipkan pada tetangganya, Oh Sehun. Warn: Bukan konten BxB, isinya cuma cerita keimutan balita. Semua foto diambil dari Pinterest.