Tantrum

114 22 37
                                    

Sejak pukul 4 sore hingga saat ini, terhitung sudah 1 jam lamanya bayi Byun telanjang bulat di dalam kamar mandi. Tentu saja, mandinya hanya 5 menit, selebihnya adalah bermain air. Bayi itu sangat suka main air.

Kadang Sehun akan memanfaatkan kesukaan Baekhyun dalam bermain air untuk membantunya menyikat kamar mandi dan mencuci keset. Tapi kalimat memanfaatkan rasanya terlalu kasar, bahkan Baekhyun pun senang-senang saja diminta untuk melakukan itu, sebab ia bisa sekaligus bermain dengan banyak busa yang keluar saat ia menyikat sabun detergent cair yang di tuang oleh Sehun.

Pernah sekali saat bayi itu menyadari sepuluh jemari tangannya sudah keriput akibat terlalu lama bermain air -meski sudah digendong dan tubuhnya digulung di dalam handuk, bayi itu seperti menemukan 1001 cara untuk bisa melarikan diri, menyusup kembali masuk ke dalam kamar mandi- anak itu menangis dengan keras, menatap sedih jemari keriputnya.

Tapi tetap saja, bayi itu tidak kapok bermain air.

Awalnya anak itu menolak keras untuk mandi, merengek ketika Sehun menarik turun kedua celananya -celana pendek selutut dan celana dalam bersamaan- dengan sigap Baekhyun akan berusaha mempertahankan celana yang diturunkan oleh Sehun dengan kedua tangannya, meski kesulitan untuk memakainya kembali.

Tapi tatkala Sehun memberikan sebuah penawaran berupa "Mau main air?" Anak itu dengan senang hati membuka celananya sendiri dan memborong semua mainan yang masih berserakan di lantai untuk dibawa mandi bersama.

Bahkan ketika samchun favoritnya datang -Sepupu dekat Sehun, Jongin- bayi Byun tetap tidak mau melepaskan selang air dan sikat yang sedari tadi tak lepas dari kedua tangannya.

"Hyun-ie. Mainnya 5 menit lagi sampai alarm menyala." Baekhyun menatap Sehun dan Jongin yang berdiri di sisi Sehun. Bayi itu hanya mengangguk.

Hingga 5 menit telah berlalu, alarm sudah nyaring terdengar. "Ayo bilas badannya." Sehun berseru dan langsung meninggalkan ponselnya di atas meja, membiarkan alarm yang masih terus menyala, sengaja agar anak itu terus mendengar suara alarmnya.

"Gaaaa!" Tidak mendengarkan jeritan Baekhyun, Sehun langsung mengguyur tubuh telanjang Baekhyun. "Nanti! Nantiiii! AAAAA TIDAAAAKK!" Baekhyun kembali menjerit, berusaha menghalau guyuran yang akan kembali menerjang tubuhnya dengan kedua tangan.

Sehun mendesah lelah. "Sudah 1 jam lebih, Hyun-ie. Sudah cukup mandinya." Tangannya menyambar sehelai handuk yang memiliki banyak gambar ikan hiu.

Tentu Baekhyun menolak, ia memberontak sedemikian rupa sehingga Sehun tidak bisa melilitkan handuk pada tubuhnya. Tapi ternyata, walau tubuhnya tidak terbalut handuk, ia tetap di gendong oleh Sehun, tidak peduli kaosnya akan ikut basah.

Baekhyun menjerit, menangis histeris dalam gendongan Sehun sesekali ia memukul punggung si pemuda dengan kepalan tangannya, dan menendang udara secara acak. Ia masih belum rela berpisah dengan sikat dan sabun, serta mainan mainan di dalam kamar mandi.

Jongin hanya memperhatikan mereka dalam diam, ingin membantu tapi kalau Baekhyun mengamuk seperti itu ... Rasanya tidak enak jika ia tiba-tiba mengambil alih si kecil.

Sepertinya mood Sehun hari ini sedang buruk, entah apa yang terjadi padanya. Tapi Jongin merasa wajah sepupunya terlihat masam dan terbalut kemarahan atau kelelahan, entah apa penyebabnya.

Mereka sudah sampai di dalam kamar, Jongin mengikuti dari belakang dan Sehun memintanya untuk mengunci pintu. Ketika Sehun akhirnya melepaskan Baekhyun diatas kasur, anak itu langsung melompat turun dan berusaha untuk keluar dari kamar.

Sehun sudah mengetahui kebiasaan itu, jadi ketika si bayi mendapati pintu telah terkunci. Hal tersebut membuat Baekhyun semakin mengamuk, anak itu memukul pintu, berteriak, dan menarik tangan Sehun yang tengah duduk di pinggir ranjang.

"Bukain! Bukain! HUWAAAAA BUKAIIIIINN!" Baekhyun menjerit sekuat yang ia bisa, sampai wajahnya memerah dan tubuhnya menggigil akibat berteriak. Tapi Sehun hanya diam, menatapnya tanpa ekspresi. "CAMCHUN BUKAIIN! AYOOO!"

"Pakai baju dulu." Sehun mengujar, berusaha bersabar menghadapi anaknya tuan Byun. Tapi Baekhyun menggeleng keras, lantas memanjat ranjang dengan cepat lalu memukul wajah Sehun dari samping sampai si empunya meringis.

"Jongin, tolong keluar." Sehun memegang kedua tangan Baekhyun yang diperkirakan akan kembali mendarat di wajahnya. "Mau apa?" Jongin terkejut, tentu saja. Apakah Sehun sudah kehilangan kesabaran dan akan melakukan kekerasan pada anak kecil? Itu tidak bisa dibiarkan.

"Hanya keluar, aku akan menyusul." Menatap lekat mata sepupunya, merasakan bahwa Sehun terlihat semakin kelelahan. Ia lantas bangkit dan menunggu di depan pintu kamar, memastikan jika sepupunya tidak berbuat macam-macam pada bocah kecil itu.

Tapi ketika Sehun melepaskan kedua tangan kecil Baekhyun, wajahnya kembali dipukul. Sehun lantas menarik kedua lengan itu ke belakang tubuhnya, menggendong Baekhyun dengan Piggy back. Tapi dia hanya menahan kedua lengan Baekhyun di atas bahunya, sama sekali tidak berusaha menahan bokong si kecil, dan membiarkan tubuhnya menggelantung begitu saja sampai depan pintu kamar, menurunkan tubuh kecil itu dengan hati-hati, pemuda itu langsung melesat keluar, dan mengunci pintunya dari luar.

Mengabaikan Baekhyun yang semakin marah di dalam kamar, sendirian. "Masih mau memukul samchun, ngga?" Baekhyun tidak menjawab pertanyaan yang diajukan dari luar kamar, ia hanya terus menjerit, menangis, dan memukul-mukul pintu kamar.

"Ya sudah, menangis sajalah sana, menangis yang kencang. Pintu ngga akan samchun buka sampai Hyun-ie tidak mau lagi memukul samchun." Dengan itu, Sehun beranjak untuk duduk di kursi setelah ia mengambil setoples biskuit gandum.

Memakan biskuit dengan jeritan dan tangisan Baekhyun sebagai backsound. "Setidaknya pakaikan dia baju dulu." Gerakan mulut Sehun terhenti, pemuda itu kemudian menatap Jongin yang sedang menatapnya.

"Oh iya ... Ah, biarkan sajalah, sampai dia tenang, baru nanti dipakaikan baju. Kalau aku masuk sekarang, yang ada aku akan dipukuli habis-habisan." Jongin terkekeh setengah prihatin mendengar penuturan Sehun.

"Pasti berat, ya?" Sehun menghela napas mendengar pertanyaan retoris Jongin, bukankah sudah jelas?

"Hn, begitulah ... Anak itu sudah pandai mengomel dan cerewet sekali sekarang. Mau?" Menyodorkan sekaleng biskuit tersebut ke Jongin, yang dijawab dengan gelengan pelan.

"Mengomel seperti apa?" Sehun mengangkat kedua bahunya, ia tidak bisa praktekkan cara Baekhyun mengomel, setidaknya untuk saat ini. "Ya seperti itu, seperti kakek-kakek, tua." Jongin kembali terkekeh, Sehun selalu lucu pikirnya.

Si pengasuh Byun sudah beranjak dari kursi untuk mendekat ke pintu kamar kala ia menyadari bahwa suara tangis dalam kamar sudah terdengar mereda, meski masih sedikit terdengar.

"Hyun-ie, masih mau memukul samchun, ngga?" Sehun mengetuk pintu kamar pelan. Kemudian terdengar jawaban lirih "Ngga." Dari dalam kamar.

"Oke." Sehun lantas membuka pintu kamar, dan melihat Baekhyun dalam keadaan yang mengenaskan.

Tubuh telanjang, mata, hidung, bibir, serta wajahnya memerah, lelehan air mata terlihat di pipi, bahkan ada yang masih menggenang di pelupuk mata, isak tangis pun masih sedikit terdengar. "Gendong." Dengan suara bergetar, bayi itu mengulurkan kedua tangannya ke atas di hadapan Sehun.

Bayi itu mengusap sisa air mata di bahu Sehun dan menyandarkan kepalanya di sana. Bocah itu mengambil nafas dalam, mengisi rongga paru-parunya dengan oksigen sebanyak mungkin, menangis itu ... Melelahkan sekali.

Jakarta, 29 Ags 2023

Hai ... Ini panjang banget, sampe 1000 kata ...

Kalian bosen ga si baca panjang begini? But yeah, dichapter ini aku mau nunjukin kalo sepinter pinternya Baekhyun, segimana pun cerianya dia ... Dia tetep anak kecil yang bisa tantrum sama hal-hal kecil begini.

Niatnya si mau bikin pendek aja ... Malah kebablasan 😬

Terimakasih yang udah baca, sehat selalu ya. Lop yu! *bow*

Adorable Hyun!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang