Heartbreak

100 21 18
                                    

Sore itu, Sehun baru saja selesai memandikan Baekhyun dan membujuk anak itu untuk segera mengenakan baju. Sebab bayi itu mengeluh kedinginan tapi tidak mau segera memakai baju dan memilih kabur, sembunyi di balik pintu kamar dan menutupnya dengan rapat.

Hingga bayi itu bosan, berakhir menangis di dalam kamar sebab tidak bisa membuka pintu sendiri, pintunya sedikit macet. Beruntung Baekhyun tidak mengunci pintunya, hanya menutup dengan rapat dan mengganjal pintu dengan tubuhnya sendiri yang masih telanjang, berharap Sehun tidak bisa membuka pintu. Malah si bayi yang berakhir kelimpungan sebab tak mampu membukanya.

Ha!

Hingga Ketika pemuda itu sedang bermain dengan Baekhyun di ruang tengah, terdengar suara bel yang ditekan, menandakan ada seseorang yang datang. "Hah? Capa tuh?" Baekhyun membuka kedua matanya lebar-lebar dan memajukan bibir, menatap Sehun. 

"Paket untuk tuan Sehun Oh." Sehun menunduk, mengernyit kala kedua tangannya menerima selembar paket--yang disodorkan padanya--yang ia pikir isinya hanya sebuah kertas? Dibungkus plastik dan dililit lakban bening.

Apa, ya? Kartu ATM, kah? Atau surat?

Lantas mengangguk tersenyum seraya berucap terima kasih, dan kembali menutup pintu rumahnya. Melirik Baekhyun yang berdiri beberapa langkah dibelakang, dengan tatapan mata penasaran tapi takut.

"Paktet?" Baekhyun kembali mengikuti langkah Sehun yang masih bingung akan isi paket yang baru saja ia terima. "Camchun itu paktet?" Sehun hanya mengangguk sekilas. "Paktet punya ciapa?"

"Ya punya Samchun, dong." Sehun duduk di atas sofa rumah, menepuk sisi sofa untuk Baekhyun duduki. "Ayo tita ambokcing!" Bayi itu tidak duduk di sebelah Sehun, hanya berdiri di sampingnya, bertumpu pada sebelah tungkai si pemuda, ikut memerhatikan paket dan wajah samchun-nya yang mengernyit bingung.

Lantas, menepuk-nepuk meja dengan semangat. "Cini cini, camchun! Tita ambokcing duyu!" Sehun mengangguk sebelum menaruhnya ke atas meja sesuai permintaan Baekhyun.

"Yang benar saja, nama pengirimnya Secret admirer?" Sehun menggumam kecil, kepalanya ia gelengkan pelan setelah mengambil sebuah gunting kecil untuk merobek bagian atas paket yang ia duga sebuah surat.

Dang!

Apa kalian mendengar sesuatu? Seperti sebuah retakan? Ya, adalah retakan hati seorang Oh Sehun, saat pertama kali netranya melihat kartu undangan pernikahan dengan nama kekasihnya di sana, bersama lelaki lain.

"Oh Jungse dan Lee Jaejoong"

Baekhyun juga ingin melihatnya, lantas ia memberikan kartu undangan itu untuk dilihat oleh si bayi yang sok tahu. Selagi ia memerhatikan sepucuk surat lain yang berada di amplop yang sama.

Warnanya merah muda, dan harum. Pasti disemprot parfum, persis seperti surat pertama yang Sehun dapatkan dari kekasihnya, tapi rasa yang ia rasakan saat ini berbeda, jelas. Kesimpulannya, ia ditinggal menikah.

Tidak, pemuda itu tidak membaca isi suratnya, jangan harap. Ia hanya memandangi sekilas bagian depannya, sebelum menyambar ponsel dan menghubungi seseorang.

"Halo nyonya Byun, ini Sehun." Ya, pemuda itu menghubungi nyonya Byun. Bukan untuk berkeluh kesah ditinggal kekasih hati, melainkan untuk meminta izin. Bukan pula izin menikahi bocah Byun itu, sudah gila apa?

"Besok pagi aku ingin mengajak Baekhyun renang, bolehkah ia menginap malam ini?" Rencana mendadak dan secara sepihak. Tak perlu izin dari Baekhyun, hanya butuh izin ibunya. Jadi, kala ia mendapatkan jawaban "Ya." dari nyonya Byun, lelaki itu lantas mengucapkan terima kasih dan menutup teleponnya.

Ia benar-benar menghabiskan waktu bermain bersama Baekhyun, seperti biasa sambil menunggu waktu makan malam dan tidur. Yang berbeda hanya keadaan hatinya, kini patah berkeping-keping.

"Hyun-ie ... Samchun patah hati." Baekhyun menoleh, menatap Sehun yang berbaring menyamping di atas kasur, menatap dirinya yang duduk di lantai, berhadapan dengan banyak mainan.

"Patah tenapa?" Sehun tersenyum menatap Baekhyun, mengulurkan tangannya untuk membelai wajah lembut Baekhyun. "Pacarku menikah." Bayi itu mengangguk-angguk, sok mengerti.

"Pacan camchun menikah?" Sehun mengangguk. Mata Baekhyun melirik ke atas, ingin bertanya yang lain. "Patah?" Lagi, Sehun hanya mengangguk, mendengar pertanyaan Baekhyun.

Oh, jadi kalau ada yang patah artinya karena pacarnya menikah. Termasuk pensil merah yang tidak sengaja diinjak Samchun.

"Besok renang, yuk." Sehun memecahkan pikiran random Baekhyun. "Hyun-ie bisa renang, kan?" Bayi itu menggeleng dan menatap Sehun. "Da bisca, Yuni taktut."

"Kenapa takut?" Berharap mendapat jawaban serius, pemuda itu malah mendapatkan senyum cerah Baekhyun dan jawaban yang menurutnya tidak memuaskan sama sekali. "Da taau, deh."






Adorable Hyun!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang