Sayang!

116 21 23
                                    

"Pakai baju dulu, ya? Setelah itu kita mengobrol sebentar, oke?" Bayi itu mengangguk pelan dalam gendongan Sehun. Pemuda itu lantas langsung beranjak ke tepi ranjang, dan membiarkan Baekhyun berdiri di atas kasur, menunggunya mengambil beberapa helai pakaiannya di dalam lemari.

Pemuda itu membantu Baekhyun berpakaian, kemudian beralih ke sudut kamar untuk berbicara berdua. Sudah seperti sebuah kebiasaan ketika Baekhyun berbuat sesuatu hal yang menggangu, Sehun akan membawanya ke sudut ruangan untuk membicarakan hal yang menggangu tersebut.

"Jadi? Kenapa Hyun-ie mengamuk seperti tadi? Menangis sampai pukul wajah samchun?" Baekhyun menatap wajah Sehun sekilas sebelum menjawab. "Yuni marrrah ..."

"Hm? Marah kenapa?"

Mereka duduk di lantai, saling berhadapan satu sama lain untuk bisa menatap ekspresi masing-masing.

Anak itu kembali terlihat berpikir. "Yuni maci mau main, tapi gak bole ... Jadi Yuni marrrrah." Sehun mengangguk mengerti.

"Hyun-ie tahu enggak, kenapa tadi samchun mengunci pintu kamar dan membiarkan Hyun-ie sendirian di dalam?" Mata bulat Baekhyun tampak mengerjap dengan polos menatap si pengasuh. "Uh ... Yuni nakal."

Alis Sehun mengerut. "No ... Siapa yang bilang begitu? Hyun-ie enggak nakal." Sehun mengusap sisi kepala Baekhyun dan menangkup sebelah pipinya seraya tersenyum.

"Kata Noona, kalo anak nakal itu halrrrus dihukum! Hukuman anak nakal dikunciin dalam kamarrrr! Tadi kan Yuni dihukum." Mata Baekhyun membulat, semangat sekali berkata bahwa dirinya anak nakal seperti yang diujarkan oleh orang yang dia sebut Noona. Sedang Sehun hanya menggeleng. Tidak mengerti siapa Noona yang dimaksud oleh Baekhyun.

"Hyun-ie anak baik, kok. Enggak nakal ... Tapi tadi Hyun-ie pukul samchun. Samchun gak suka Hyun-ie kalau marah mukul kayak begitu, gak baik." Sehun menatap mata bulat Baekhyun, menepuk punggung tangan kecil anak itu dan kembali berucap. "Mana tadi tangan Hyun-ie yang pukul samchun?"

Baekhyun mengerjap dan menyodorkan tangan kanannya. "Tangannya sakit enggak?" Bocah itu mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan Sehun. "Nah, tangan Hyun-ie aja terasa sakit, bagaimana dengan wajah samchun yang tadi kena pukul? Sakit banget, Hyun-ie ..." Sehun mengusap-usap telapak tangan kanan Baekhyun yang terlihat agak kemerahan dengan perlahan sambil menatap kedua mata Baekhyun.

"Hyun-ie marah karena samchun gak kasih waktu tambahan main air?" Anak itu mengangguk, memvalidasi pernyataan Sehun bahwa itu memang keinginannya. "Maaf ya ... Hyun-ie sudah main air lebih dari satu jam. Nanti kalau Hyun-ie sampai sakit, bagaimana? Samchun gak mau lihat Hyun-ie sakit ... Sakit itu gak enak, kan?" Baekhyun hanya terdiam, menunduk. Memperhatikan seekor semut yang membawa remahan biskuit kecil untuk dibawa masuk ke dalam sarangnya.

"Hyun-ie boleh main air lagi besok. Tapi hari ini main airnya sudah cukup, oke?" Fokus Baekhyun kembali, anak itu mengangguk-angguk, entah dia memahami kalimat Sehun atau hanya asal mengangguk.

"Terus lain kali, kalau Hyun-ie marah, gak boleh memukul orang dan melempar barang, okey? Itu sakit. Jadi ... Kalau Hyun-ie sudah merasa marah banget, Hyun-ie boleh pukul kasur atau bantal. Disini kan ada banyak bantal dan semuanya boleh dipukul. Oke?" Baekhyun mengangguk lagi, ia menarik tangannya perlahan dari genggaman Sehun.

"Minta maaf ya." Baekhyun mencicit dengan suara lirih, mungkin merasa bersalah atas tindakannya yang telah menyakiti Sehun.

"Minta maaf kenapa?" Sehun menatap mata Baekhyun. "Itu ... Gak akan Yuni ulangi, camchun." Sehun mengangguk dan masih menatap lekat kedua mata Baekhyun. "Iya, Hyun-ie minta maaf sama samchun karena apa?" Baekhyun menyentuh wajah Sehun dengan hati-hati menggunakan tangan kanan kecilnya.

"Ini, Yuni minti miip." Baekhyun, dengan segala tingkah tengil nya yang menyebalkan. "Minta maaf kenapa? Memang Hyun-ie tau salahnya Hyun-ie apa?" Anak kecil itu mengangguk.

"Tidi pikil cimcin. Miipin yi." Bibir Sehun berkedut menahan senyum. Rasanya menyebalkan sekali anak ini, tapi dia bangga bisa mendidik anak kecil, imut, lucu, dan menyebalkan macam Baekhyun. "Minta maaf yang benar, Hyun-ie ..."

"Maaf, Camchun! Yuni pukul tadi, gak akan diulangi kok." Entah anak itu benar merasa bersalah atau hanya sekadar formalitas, ketika anak itu meminta maaf tapi dia tersenyum lebar hingga deret giginya terlihat, seperti dia tak pernah berdosa.

"Iya, dimaafkan. Ingat gak boleh diulangi lagi ya, anak baik." Ujar si pemuda sambil menepuk-nepuk pelan kepala si kecil. "Peluk dong, Hyun-ie." Baekhyun perlahan berdiri dan menubruk tubuh besar Sehun.

"Samchun sayaaang banget sama Hyun-ie ... Kalau Hyun-ie sayang samchun, enggak?" Tanya Sehun sambil mendekap erat tubuh kecil Baekhyun dalam pelukannya. "Gak! Yuni sayang Yuni hehe."

Sehun tertawa kecil mendengar ujaran jenaka Baekhyun. Anak itu memang senang sekali menggoda pengasuhnya. "Omong-omong, siapa Noona yang tadi Hyun-ie bicarakan?"











Jakarta, 28 Oktober 23

Hai ... Terima kasih buat yang udah mampir dan baca cerita Hyun-ie. Smoga sehat selalu ya ... Sampai ketemu di chapter selanjutnya! 👋🏼

Adorable Hyun!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang