1. Awal Dari Segalanya

5.9K 242 4
                                    

Bismillah

Selamat menikmati cerita kedua Kepodang Kuning. Dan semoga ada hikmah dan pelajaran yang dapat dipetik dari cerita ini. 😇

🌹

Setelah Raina pulang dari rumah sakit jam empat sore tadi, dia pun langsung pergi membeli bahan makanan di pasar tradisional dekat rumahnya. Ia merasa beruntung pasar itu buka sore dari jam empat sampai jam 10 malam, sehingga ketika pulang bekerja dia bisa membeli bahan segar yang bisa dimasak ketika sampai di rumah.

Fatih, yang sudah menjadi suaminya 10 tahun yang lalu sangat suka dengan ikan pindang, teri balado, dan sambal kemangi buatan Raina. Bahan-bahan untuk membuat semua menu itu sudah lengkap dalam kantong belanjaannya.

Sesampainya di rumah, Syafiq si anak sulung langsung menyambut bundanya di depan pintu.

"Assalamu'alaikum," ucap Raina. Syafiq menyalami tangan ibunya dan langsung mengambil alih kantong belanjaan dari tangannya.

"Wa'alaikumsalam Bunda. Bunda belanja apa? Kok banyak banget?" Syafiq meletakkan kantong belanjaan ke dapur dan melihat-lihat isinya. Si bungsu Wardah berlari dari dalam kamar dan langsung memeluk bundanya.

"Bunda beli ikan tongkol sama toge. Ayah minta dibuatin pindang tadi sama Bunda. Halo anak bunda yang cantik. Udah mandi sore belom?" Raina menciumi kedua pipi Wardah yang kesenangan.

"Belum Bun. Wardah nunggu Bunda soalnya." Si bungsu masih erat memeluk pinggang Raina.

"Ya udah. Tunggu bentar yah. Bunda ambil handuk dulu. Syafiq udah shalat ashar kan Nak? Itu ada kue di plastik kuning." Mata Syafiq melebar mendengar kata kue.

"Makasih Bun. Syafiq udah shalat Bun. Syafiq makan ya kuenya." Raina mengangguk tersenyum.

"Nenek mana Fiq?" Raina mencari-cari Ibu mertuanya.

"Sudah pulang nak?" Mama Rumana muncul dari halaman belakang membawa segenggam bawang daun.

"Iya Ma. Panen ya Ma? Wah seger. Pas banget buat pindang."

"Nah iya. Masukin ya ke pindang. Fatih suka sama bawang daun yang banyak."

"Baik Ma."

"Oh ya, Raina. Mama pulang sore ini ya. Soalnya Papa minta di temenin ke dokter. Biasalah obat bulanan habis."

"Nggak tunggu Mas Fatih Ma? Biar dianter."

"Nggak usah. Mama pesen taksi online aja. Ya."

***

Sekitar sejam Raina berkutat membuat pindang ikan tongkol, sambal kemangi dan tumis toge teri. Semua makanan yang menggiurkan itu di tata dengan apik di atas meja makan persegi mungil dekat dapur. Sekarang ia tinggal menunggu Fatih pulang.

Jam pulang kantor Fatih sedikit lebih lambat dari Raina. Karena bekerja di perusahaan keuangan, walaupun kantor tutup jam empat, tapi urusan kantor belumlah selesai. Ditambah waktu pulangnya yang bersamaan dengan jam jalanan macet. Biasanya Fatih akan pulang menjelang adzan maghrib berkumandang.

Tak lama menunggu, yang di tunggu pun datang. Bunyi pagar di buka menandakan Fatih si belahan jiwa sudah pulang. Raina dengan penampilan yang sudah rapi dan harum seperti biasa menyambut kedatangan sang suami di depan pintu dengan senyum mengambang. Wajah Fatih tampak lelah dan kuyu setelah seharian bekerja sebagai tim marketing di salah satu perusahaan plat merah.

Together Till Jannah? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang