22. Ada Yang Patah, Ada Yang Tumbuh. Begitu Seharusnya.

1.2K 97 0
                                    

🌵

"Gue merasa Thalia jadi mendadak akrab ke gue No. In a different way."

"Maksud lu gimana Fat?"

"Terasa beda aja No. Dia jadi lebih genit? Mungkin? Karena setahu gue dulu kan Thalia tomboy banget kan, No? Tapi sekarang gesture-nya beda ketika dia ngomong ke gue atau ngomong ke lu. Lu ngerasa nggak?" Kini Fatih duduk di kasurnya. Pembicaraan ini ternyata tidak bisa dibawa santai.

"Oh ya? Tapi setelah gue ingat-ingat lagi mungkin lu ada benarnya juga Fat. Interaksi antara elu dan Thalia sama gue dan Thalia emang beda."

"Terus Thalia mengubah gaya bicaranya No. Dia nggak menggunakan lu-gue lagi. Tapi aku-kamu ke gue. Gue risi No."

"Duh, Thalia, Thalia. Ternyata dia bener-bener serius dengan niatnya."

"Maksud lu? Ada hal yang nggak gue tahu No?"

"Fat, dari jaman kuliah lu emang nggak peka ya ternyata. Hahaha." Fatih mendengar tawa mengejek di ujung telpon.

"Lu ngeledek No?" Fatih tidak terima di tertawakan walaupun Reno seratus persen sangat betul. Dia dulu memang manusia tidak peka menurut teman-teman kuliah. Baik urusan sosial maupun romansa. Dia sahabat yang paling mengerti dirinya.

"Ngeledek sih enggak. Tapi menertawakan kepolosan lu waktu kuliah Fat." Reno terkekeh pelan dan mendengus di speaker ponsel, ia seperti menahan tawanya.

"Lu kan tahu hati gue bergetar cuma ke satu orang. Gue baru tahu apa itu cinta setelah ketemu Raina. Dan itu pun bertahun-tahun setelah gue kerja. Gue nggak paham urusan begitu waktu sekolah dulu."

"Duh, temen gue ini. Masa lu nggak nyadar sama potensi muka lu waktu kuliah? Gue berani bertaruh, eh bertaruh nggak boleh ya. Gue berani bilang lu pasti pernah, eh bukan. Lu pasti sering dapat pernyataan cinta dari temen kuliah dulu, iya kan? Ngaku aja deh lu Fat. Gue ngenes cuma jadi perantara cewek-cewek kampus buat deketin lu."

Fatih terkekeh pelan mengingat nasib Reno dulu waktu kuliah. "Gue sadar kok muka gue tampan dan rupawan. Tapi gue nggak ada mikir buat pacaran sih. Jadi gue abaikan aja." Fatih mendengar suara muntah Reno yang di buat-buat. Ia terkekeh-kekeh lagi.

"Sialan lu Fat. Hilang selera makan gue."

"Hubungannya apa sama Thalia?" Fatih kembali ke topik awal. Pembicaraan sudah jauh melantur kemana-mana.

"Ada dong. Lu nggak sadar Thalia suka sama lu dari jaman kapan?"

"Hah? Thalia suka sama gue?" Fatih memikirkan segala kemungkinan, tingkah laku, petunjuk, indikasi, apapun itu waktu kuliah dulu yang mengarahkan Thalia untuk suka padanya. Tapi pikirannya kosong, tidak menemukan apa pun.

"Iya. Dari gelagatnya aja waktu kuliah gue udah bisa nebak kok doi suka sama lu. Tapi gue lihat lu santai banget sama dia. Lu itu memperlakukan Thalia kayak temenan sama cowok. Jadi dianya juga nggak bilang apa-apa ke lu. Paham nggak lu sekarang?"

"Oh ya? Dia suka sama gue sejak kuliah dulu?"

"Iya, dan dia...nggak bisa move on dari lu Fat. Sampai detik ini." Reno mengucapkan kalimat terakhir dengan nada misterius.

Together Till Jannah? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang