28. Gerilya Dimulai

1K 95 1
                                    

(Fatih sama Raina lagi jalan-jalan santai di tepi pantai sebelum Syafiq dan Wardah muncul di dunia [wattpad]😍)


"Gue nggak memecah rumah tangga siapa-siapa Ren. Lu su'udzon deh."

"Gue nggak percaya. Nggak mungkin lu nggak bilang apa-apa kalo Raina jadi kayak gitu. Dia syok banget Tha."

"It's girl stuff. Udah lah. Gue mau ke Singapura, last ferry. Nanti gue bisa telat lama-lama disini. Bye Ren." Dengan santainya Thalia meninggalkan Reno ternganga tanpa mendapatkan jawaban.

***

"Kalian jangan liatin aku kayak gitu. Aku baik-baik aja. Beneran." Raina risi di perhatikan dengan lekat oleh dua pasang mata prihatin didepannya. Ia jadi salah tingkah. Reno dan Dahlia membawa Raina ke salah satu kafe pinggir pantai yang pasirnya sangat putih dan bersih, angin laut berhembus mengibar-ngibarkan jilbabnya. Berharap bisa menenangkan Raina yang kelihatan sangat gundah.

"Aku nggak bisa nggak cemas Raina. Darah kamu itu kayak melarikan diri dari mukamu ketika kami sampai. Pucat. Kuyu. Kamu kayak syok banget." Kerutan di dahi Dahlia tidak menghilang sejak melihat Raina di Café Teras.

"Oh ya? Ngomong-ngomong kenapa kalian bisa datang berdua? Bukannya Bang Reno nggak mengizinkan Lia keluar?" Raina jelas sekali mengalihkan pembicaraan.

"Lia desak Abang terus Raina. Dia mondar-mandir mikirin kamu yang pergi menemui Thalia sendiri. Tapi sebenarnya, Abang juga khawatir sih. Ya udah akhirnya kami nyusul kamu."

"Untung kita datang ke kesana, ya kan Bang?" Reno mengangguk setuju.

"Makasih Lia, Bang Reno karena udah samperin aku. Aku... jadi malu. Kalau kalian nggak ada, mungkin aku bakalan jadi orang ling lung disana."

"Kami senang kok bisa berada saat kamu butuh. Apa lagi Mas Fatih sedang nggak ada saat ini. Aku pikir kamu mungkin butuh seseorang di dekatmu." Imbuh Lia.

"Lia bilang Thalia pengen ketemu kamu gara-gara Fatih? Tadi dia bilang apa aja ke kamu Raina?" Reno sudah merasakan firasat tidak enak ketika Thalia ingin bertemu Raina mengingat pernyataan jujurnya yang sangat blak-blakan mengenai Fatih beberapa waktu yang lalu.

Raina awalnya enggan untuk mengatakannya, tapi ia butuh melepaskan beban dalam hatinya, walaupun sedikit. Maka ia pun menceritakan isi pertemuannya dengan Thalia tadi, dengan sisa emosi yang membuatnya tetap menggebu, masih tidak terima atas kata-kata Thalia.

"Kurang ajar tu nenek lampir!!" Dahlia berteriak sambil memukul meja.

"Lia! Ngucap Dek. Ingat kamu lagi hamil." Seketika Reno mengusap-usap perut Dahlia dengan protektif.

"Astaghfirullah. Maaf Bang. Lia emosi dengernya. Kok bisa-bisanya Thalia ini ngomong begitu ke Raina? Raina istri sahabatnya Bang. Nggak ada etika ya tu perempuan? Dia nggak mikir, gimana perasaannya kalau dia di posisi yang sama dengan Raina?" Reno mengusap punggung dan lengan Dahlia, menenangkan istrinya yang sedang sangat emosi.

"Aku juga heran, kenapa semudah itu dia membicarakan ingin menikahi Mas Fatih denganku Lia. Jujur, setiap sel di otakku menolak menerima kata-kata Mbak Thalia. Aku nggak ngerti kenapa Mbak Thalia begitu percaya diri akan menikahi Mas Fatih. Seakan-akan Mas Fatih mau...menikahinya." Suara Raina terbata-bata di kalimat terakhir. Tiba-tiba dia sendiri kehilangan kepercayaan diri terhadap Fatih. Oh, dia tidak mau mengakui bahwa posisinya sebagai istri sah Fatih bisa terancam sewaktu-waktu. Tidak. Tidak. Mas Fatih nggak akan meninggalkanku. Mas sudah berjanji padaku. Hanya aku istrinya. Ya. Hanya aku.

Ia menggelengkan kepalanya, mengepalkan tangannya, seakan bisa menghalau pergi perasaan insecure itu. Suara Reno menginterupsi pikiran kalut Raina.

Together Till Jannah? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang