27. Sebuah Pernyataan

1.1K 91 2
                                    

🍀

"Ayaaah." Syafiq dan Wardah berteriak melihat ayahnya melalui sambungan video call. Fatih tentu sumringah dan sangat senang.

"Halo anak-anak Ayah. Udah pada makan dan mandi anak-anak ayah yang sholeh dan sholehah?"

"Wardah udah mandi Yah. Tapi belum makan."

"Syafiq belum kedua-duanya Yah. Hehe."

"Lho, kok belum?"

"Bunda lagi masak ayam kecap Yah. Bentar lagi kayaknya udah selesai deh. Syafiq nungguin ayam kecap dulu Yah. Baru mandi. Wanginya bikin Syafiq nggak konsentrasi mandi Yah."

"Haha, ayam kecap Bunda memang nomor satu ya Fiq. Wah, Ayah jadi ngiler. Ayah mau juga. Gimana nih?"

"Suruh Bunda paketin Yah." Saran Wardah dengan polosnya.

"Nggak bisa dek. Nanti kalau kuah kecapnya tumpah-tumpah gimana?" Kata Syafiq protes dengan level kepolosan yang berbeda.

"Nanti sampe sini udah nggak enak Nak. Kalau ayah pulang nanti ayah akan minta bikinin lagi ke Bunda."

Tiba-tiba di belakang Syafiq dan Wardah muncul Raina masih dengan celemek bunga-bunganya.

"Halo Ayah." Sapa Raina seceria mungkin.

"Na. Udah selesai masak?"

"Udah. Baru selesai Mas." Syafiq sudah beranjak ke meja makan diikuti Wardah. Ayam kecap yang ditunggu-tunggu sudah tersedia di meja.

"Itu kompor di cek lagi apinya. Harus bener-bener mati ya Na."

"Siap Pak." Raina meniru gerakan menghormati bendera. Tangannya diletakkan miring di pelipis. Si suami pun tersenyum rindu.

"Kamu nggak apa-apa Na? Lagi sakit ya?" Otomatis Raina memegang pipinya. Apa iya sakitnya terlihat dari wajahnya?

"Kok Mas tahu? Aku kayaknya kelelahan belakangan ini. Badanku pegel-pegel Mas. Nggak tahu kenapa."

"Kelihatan gitu dari mata kamu. Nanti cepat tidur. Minum suplemen di lemari obat. Kamu sendirian, Mas juga nggak bisa bantu kalau ada apa-apa Na." Tiba-tiba hati Raina terenyuh. Apalagi sekelabat ingatan di koridor rumah sakit tadi kembali mampir ke pikirannya. Ada pedih yang tak bisa digambarkan dengan kata-kata. Ia butuh Fatih disisinya sekarang juga.

"Iya. Nanti aku minum. Mas."

"Apa Na?"

"Hm, itu... Eh nggak jadi deh."

"Ada apa Na?"

"Itu Mas..."

"Apa sih Na? Jangan bikin orang penasaran." Wajah Fatih sangat menuntut di layar ponsel.

"Aku rindu." Seketika senyum mengambang di wajah Fatih.

"Mas juga."

Pada akhirnya Raina tidak bisa mengatakan apa yang terjadi di rumah sakit tadi sore. Mungkin ia harus menemuinya sendiri atau ditemani seseorang agar nanti ada yang mencegah dirinya dari berbuat hal yang tak diinginkan?

Together Till Jannah? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang