🍉
Fatih sungguh sangat tidak mengerti istrinya. Setelah mereka membahas soal Thalia yang berulah, tiba-tiba Raina tidak menyukai bau badannya. Padahal dia sama sekali tidak bau dan tidak berkeringat. Malahan sangat harum karena sebelum menjemput Raina ia mempersiapkan diri memberikan penampilan terbaik dan terharum di depan istrinya. Maklum, sudah tiga minggu tidak bertemu.
Dan yang lebih mengherankan lagi Raina bilang begini ketika sampai di rumah, " Mas, Mas bau banget. Mas mandi dulu gih. Jangan dekat-dekat aku sebelum baunya hilang." Lalu dia pergi meninggalkan Fatih yang ternganga, menatap punggung Raina yang menjauh dengan heran dan tanpa dapat berkata apa-apa.
Jam enam pagi, mereka berada di dapur menikmati teh melati di meja makan. Raina sedang mengupas bawang merah dan Fatih melihat Raina melakukan kegiatannya.
"Na, kayaknya bawang-bawang itu lebih bau daripada aku kemaren." Fatih berbicara selembut mungkin, takut Raina akan tersinggung. Ia sendiri sebenarnya jauh lebih tersinggung karena di tuduh bau. Tapi Fatih tahan demi menghindari pertengkaran yang tidak perlu.
"Aku tahu Mas. Tapi aku nggak bisa apa-apa kalau hidung aku nolak bau kamu. Bisa-bisa aku muntah saking baunya. Aku nyebelin banget ya Mas kemarin? Kamu...kesel sama aku? Maaf ya Mas." Seperti tersadar telah berlaku berlebihan, Raina meletakkan bawang dan pisau, matanya memelas dengan perasaan bersalah.
Fatih menghela napas. Mana bisa dia marah setelah melihat Raina yang langsung berubah seperti anak kucing menggemaskan itu dihadapannya.
"Mas nggak marah kok Na. Cuma heran aja tiba-tiba kamu kayak gitu. Persis kayak lagi hamil Syafiq dan...Wardah?" Mereka saling melihat, saling bertukar pandang dan mengernyitkan dahi mereka.
"Masak sih Mas?" Raina menelengkan kepalanya ke kanan, dia komat kamit seperti menghitung sesuatu.
"Makanya, kapan terakhir kamu haid?" Fatih jelas tidak sabar. Dia sangat menuntut jawaban Raina.
"Hm... kalau dipikir-pikir kayaknya udah lama aku nggak beli pembalut deh Mas."
***
Anak-anak sudah di turunkan di sekolah mereka. Kini tinggal Raina yang diantar ke rumah sakit. Dan sejak tadi Raina tidak berhenti mewanti-wanti Fatih agar menjauh dari Thalia.
"Mas ngerti Na. Tapi untuk memutus hubungan pertemanan itu nggak mungkin. Kami udah berteman sejak kuliah. Apa lagi sekarang bekerja di perusahaan yang sama. Gimana mau menghindar coba." Sesekali Fatih melihat ke Raina yang cemberut dan menyilangkan tangannya di dada. Ia berusaha antara konsentrasi menyetir dengan mendengarkan repetan Raina tentang Thalia yang tidak berkesudahan.
"Tapi aku nggak suka kalau Mas berada pada tempat yang sama dengan mbak itu. Aku nggak tenang. Dia agresif Mas. Ke aku aja dia berani, aku yakin perlakuannya ke kamu jauh lebih berani. Insting aku nggak pernah salah Mas dari awal ketemu dia." Fatih bergidik mendengar pernyataan terakhir Raina. Na, insting kamu memang luar biasa!
"Iya, Mas udah paham dengan maksudmu. Mas nggak akan terlalu dekat dengan Thalia. Oke?"
"Iya, makasih." Raina tak lagi bersidekap, tapi masih cemberut. Fatih melihatnya, lalu menjangkau kepala Raina dengan tangannya yang bebas lalu mengusapnya lembut.
"Please, jangan cemberut lagi. Senyum dong. Nanti kabari Mas kalau mau cek. Mas akan temani." Fatih buru-buru menggantik topik yang menguras emosi istrinya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Together Till Jannah? [COMPLETED]
RomancePunya suami impian dengan kriteria: 1. Tampan? ✔ 2. Penyayang? ✔ 3. Cemburuan? ✔ Tapi kalau kelewat cemburu sampai terucap kata talak? Bukan impian Raina! Seorang dokter anak ganteng diisukan dekat dengan Raina dan membuat Fatih kebakaran jenggot s...