💐
Satu bulan sebelumnya...
Semua benang seperti terhubung. Aku semakin yakin dokter Adrian seperti ada rasa ke Nana. Perkataan perawat di lift dan interaksi dokter itu dengan Nana.
Sudah beberapa minggu aku selalu sempatkan diri untuk menjemput Nana pulang, atau kalau bisa, aku mencuri waktu agar bisa bertemu Nana di rumah sakit ketika jam makan siang.
Kadang-kadang aku bertemu dokter Adrian. Setiap dia berjumpa denganku, kudapati wajahnya berubah datar. Kadang dia seperti menunjukkan ekspresi tidak suka bila aku sedang bersama Nana.
***
Sebelum tidur, aku dan Nana biasa mengobrol tentang kegiatan kami hari itu. Menyampaikan uneg-uneg yang terpendam, atau bicara apa saja hingga kami terlelap.
Aku sudah berbaring di kasur. Nana masih melipat kain di pojokan dekat lemari. Aku memanggilnya.
"Na, yuk." Aku menepuk bagian kasur yang kosong sebelah kanan.
"Ya, tanggung. Dikiit lagi." Setelah selesai, segera dia memenuhi panggilanku. Dia masuk kedalam selimut, merapatkan diri padaku.
"Na, mama tadi nelpon. Katanya mama mau kesini temenin anak-anak sampai kita pulang. Trus pulang di jemput papa. Nggak apa-apa ya?"
"Kalau aku sih nggak apa-apa Mas. Tapi nanti mama nggak capek kesini tiap hari bolak-balik?"
"Justru itu, mama sebenarnya bosan pengen cari suasana baru aja. Lagian disini tetangga udah pada kenal sama mama sebelum pindah ke rumah baru. Kalau di komplek perumahan mama tetangganya cuek. Mama butuh ngobrol sama orang lain."
"Hoo, mama emang suka bersosialisasi sih orangnya." Raina mencari tanganku untuk digenggam. Kini tiba saatnya pertanyaan paling krusial malam ini.
Ada secuil ragu menyelinap ketika aku hendak membahas mengenai dokter itu. Tapi kalau tidak aku tanyakan, bisa-bisa nggak tidur semalaman. Bismillah aja. Mungkin ini yang terbaik.
"Na."
"Hmm?" Kepalanya sudah menempel di bahuku.
"Aku ingin meminta sesuatu ke kamu."
"Apa?"
"Kamu jangan terlalu dekat sama dokter Adrian. Bisa?" Akhirnya aku mengatakannya. Dia mendongakkan kepalanya. Alisnya yang bak semut beriring itu terangkat.
"Kenapa memangnya, Mas?"
"Nggak tahu kenapa Mas nggak suka dia terlalu deket sama kamu. Kalau bisa jangan akrab-akrab kali lah sama dia. Ya?"
"Tapi kami perawat dan para dokter disana bakal ketemu tiap hari. Kayaknya susah Mas kalau menghindari rekan kerja di rumah sakit."
"Tapi bukannya nggak bisa kan? Kalo ngomong seperlunya aja lah. Nggak usah di ladenin kalo bukan urusan kerjaan." Tiba-tiba suaraku berat dan sedikit bergetar. Aku marah?
"Mas Fatih." Nana malah tidak menanggapiku.
"Hmm?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Together Till Jannah? [COMPLETED]
RomancePunya suami impian dengan kriteria: 1. Tampan? ✔ 2. Penyayang? ✔ 3. Cemburuan? ✔ Tapi kalau kelewat cemburu sampai terucap kata talak? Bukan impian Raina! Seorang dokter anak ganteng diisukan dekat dengan Raina dan membuat Fatih kebakaran jenggot s...