💞
Fatih dan Raina menikah sepuluh tahun yang lalu ketika ia berumur 25 tahun, sedangkan Raina sendiri 22 tahun saat itu. Usia yang tergolong cukup muda untuk membina rumah tangga.
Fatih percaya, walaupun umurnya masih muda, tapi bila dia sudah mampu secara fisik dan mental, juga finansial, maka ia siap dan berani meminang seseorang untuk menyempurnakan separuh agamanya.
Keduanya bertemu di tempat dan situasi yang tak disangka-sangka. Namanya juga takdir. Takdir bukan untuk mempermainkan manusia, melainkan untuk memberi jalan, membuka kesempatan, menerima kehilangan, hingga mempersatukan dua insan.
Waktu itu, ketika sedang dalam perjalanan ke kantor, Fatih yang sedang mengendarai motor ditabrak oleh pemotor lain saat hendak menyalip dirinya. Kecelakaan tak terhindarkan. Ia terjatuh dan terseret sejauh dua meter dan berakhir di bahu jalan.
Beruntung Fatih masih bisa berdiri dan kembali mengendarai motornya. Luka lecet memanjang muncul dibalik celana kerja yang sudah robek di kaki kanan. Ia berniat ingin langsung ke IGD agar cepat diobati, takut kalau-kalau nanti infeksi.
Dalam sepuluh menit Fatih sudah berada di IGD rumah sakit daerah setempat. Suasana disana cukup sibuk karena bukan hanya dia sendiri yang butuh diobati. Brankar IGD penuh terisi dengan korban kecelakaan yang jauh lebih parah dari dirinya. Bahkan ada yang tak kebagian tempat tidur. Kursi tunggu pun penuh terisi. Petugas, baik dokter dan perawat berlari dari satu tempat ke tempat lain.
Fatih menyeret kaki kanannya menuju ke dalam ruangan IGD, celingak-celinguk melihat situasi yang mobilitasnya sangat tinggi di dalam sana.
Aku pergi ke puskesmas atau klinik lain aja. Terlalu rame. Mungkin nggak akan di layani disini.
Ketika akan pergi, lengan Fatih di tarik dari belakang. Dia berbalik dan mendapati seorang perawat berjilbab tersenyum ramah padanya.
"Maaf Pak. Ada yang bisa kami bantu? Maaf di dalam memang agak hectic." Ia melihat dengan seksama ke arah Fatih dari atas sampai bawah. Jaket yang dipakainya robek, ada noda coklat seperti tanah lumpur yang mengering, di kaki kanan ada luka gores yang lumayan panjang dibalik celana bahan yang juga robek. Ada kilatan darah segar disana.
"Apa Bapak satu rombongan mobil yang sama dengan kecelakaan di dalam?"
"Enggak. Saya kecelakaan di jalan Hang Jebat tadi."
"Oh, kalau begitu silakan tunggu sebentar Pak sebelah sini. Saya akan ambil kursi di dalam." Perawat tadi bergegas mengambil kursi kosong dari dalam sebuah ruangan. Fatih menurut dan menunggu kursinya datang. Setelah perawat tadi meletakkan kursi plastik, ia pun duduk. Disebelahnya duduk seorang bapak-paruh baya yang lengan kanannya ada luka goresan sedang ditangani oleh perawat pria. Uuh, aku nggak sanggup lama-lama disini. Darah dan luka menganga dimana-mana.
Perawat tadi ke dalam sebentar dan kembali ke kursi Fatih dengan membawa selembar kertas. Dia meminta KTP, menanyakan sejumlah pertanyaan terkait kecelakaan yang menimpa Fatih, riwayat penyakit, mengkonsumsi obat apa saja, dan beberapa pertanyaan lain yang sesuai dengan panduan di kertas.
"Di tunggu sebentar yang Pak Fatih." Fatih berkonsentrasi pada perawatnya. Karena bila melihat keadaan sekitar, yang dilihat hanya pasien luka-luka dan petugas IGD yang lalu lalang dengan cepat.
"Baik Mbak makasih." Perawat itu tersenyum mengangguk dan pergi lagi.
Tak lama ia datang bersama petugas lain yang berkalung stetoskop, sepertinya dokter, untuk mengobservasi luka di kaki Fatih. Dia memberikan arahan kepada perawat tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Together Till Jannah? [COMPLETED]
RomancePunya suami impian dengan kriteria: 1. Tampan? ✔ 2. Penyayang? ✔ 3. Cemburuan? ✔ Tapi kalau kelewat cemburu sampai terucap kata talak? Bukan impian Raina! Seorang dokter anak ganteng diisukan dekat dengan Raina dan membuat Fatih kebakaran jenggot s...