5. Tuduhan

1.5K 130 1
                                    

🍎

"Selingkuh? Astaghfirullah Mas Fatih! Ngucap Mas. Itu tuduhan paling keji. Aku tak serendah itu menodai pernikahan kita." Jantung Raina berdesir. Seakan seluruh darahnya melarikan diri meninggalkan pemompanya.

"Kamu nggak bisa menyangkal lagi. Di belakang aku kamu tetap berhubungan dengan dokter itu. Iya kan?" Fatih juga tak mau kalah dengan argumennya. Matanya menatap tajam kepada Raina.

"Demi Allah. Kamu salah besar. Aku udah janji menuruti semua permintaan kamu menjauhi dokter Adrian. Dan aku melakukannya. Jadi dimana letak kesalahanku?"

"Kamu nggak menepati janjimu. Kamu tetap berhubungan dengannya di belakangku. Aku kecewa Na." Fatih menyisir asal rambutnya yang basah. Kelelahan bercampur emosi. Dia mengangkat kepalanya agar menahan setitik cairan dari sudut matanya tidak mengalir.

Raina bagaikan kehilangan tenaga merosot terduduk di lantai. Segera ia seka matanya yang mulai berkaca-kaca dengan punggung tangannya. Raina bersimpuh di lantai di depan suaminya yang duduk di tepi ranjang. Memindahkan gelas berisi air madu yang sudah dingin ke nakas. Dengan lembut ia menggenggam tangan Fatih.

"Kamu ingat kan janji kita dulu? Aku akan setia dengan kamu seorang saja sampai maut memisahkan kita. Karena kelak di surga, aku hanya ingin kamu Mas, yang menjadi suami terakhirku. Bukan orang lain."

Fatih mengingat janji Raina sepuluh tahun lalu. Ketika itu ia mengucapkan sebuah ikrar di hari pertama mereka menikah, setelah kata sah terucap.

"Manusia bisa berubah. Dan yang berubah itu kamu, Raina. Kamu berselingkuh. Di belakang aku!" 

Astaghfirullah, Subhanallah! Aku benci mendengar kata selingkuh keluar dari mulutmu Mas.

Raina terisak pelan. Jelas menahan air mata yang tak mau kompromi terus mengalir.

"Maas. Atas dasar apa aku selingkuh? Apa buktinya? Setidaknya hadirkan empat saksi menurut surat An-Nisa ayat 15."

"Aku saja saksinya." Raina mengerutkan keningnya.

"Apa buktinya?"

"Kamu masih menerima pesan pribadi dan telpon dari dokter itu. Aku tahu itu. Dia juga menelpon kamu di jam istirahat. Dan itu juga nggak ada hubungannya dengan pekerjaan."

Fatih melepaskan genggaman Raina perlahan. Tapi Raina tidak mau dan menggenggam tangan Fatih lagi. Lebih erat.

Raina berusaha berpikir jernih, dia memang pernah menelpon dokter Adrian ketika jam istirahat. Tapi itu pun hanya terkait pekerjaan. Tidak ada niat lain barang secuil. Ia selalu ingat permintaan suaminya waktu itu.

"Wallahi, Mas. Apa yang mas sangkakan ke aku itu nggak benar. Aku nggak ada niat selingkuh sedikit pun. Cuma Fatih Hamizan imam aku, ayah anak-anak kita. Aku nggak ada niat mencari ayah lain untuk mereka."

Mendengar kata anak-anak disebut, sedikit kesadaran menyentil Fatih. Membuat dirinya sendu sesaat, tapi amarah lebih menguasainya.

"Apa yang aku lihat dan aku dengar sudah lebih dari cukup Raina."

"Ya Rabb. Mas, aku takut mau kamu menyesal di kemudian hari gara-gara ini. Ini semua salah. Nggak semestinya terjadi."

Together Till Jannah? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang