32. Everybody Needs a Little Time Away

1.1K 77 6
                                    

🍒

"Buk Mar, boleh minta batu es trus di masukin ke plastik?" pinta Reno ke pemilik warung nasi pecel itu.

"Buat apa tho Mas Reno?" Tapi Buk Mar sigap mengambil beberapa balok es di freezer dan langsung memasukkannya ke plastik.

"Makasih Buk. Ini buat itu tuh, yang duduk disitu. Kecelakaan kerja Buk." Jawab Reno sambil mengulum senyum.

"Oalah, kenapa Mas Ganteng? Apa yang sakit Mas Reno?" Seketika Buk Mar cemas. FYI, Buk Mar adalah fans garis keras Fatih sejak pertama kali ia menapaki kakinya di kantor yang sekarang. Kata Buk Mar waktu awal bertemu Fatih, 'Duh, coba Buk Mar lebih cepat ketemu Dek Fatih dulu. Huhuhu. Mungkin Menik udah ada bapaknya sekarang.' Walaupun geli, tapi Fatih dan Reno tetap jadi langganan disini karena kata-kata Buk Mar hanya sebatas bayolan saja.

Lokasi warung pecel ini hanya berjarak dua blok dari kantor tapi sudah menjadi langganan Fatih dan Reno sejak pertama ditugaskan di kantor cabang itu. Buk Mar si janda beranak satu yang sudah berumur hampir separuh abad tergopoh-gopoh mendatangi Fatih.

"Napa Mas, apa yang sakit? Kata Mas Reno si Mas kecelakaan kerja." Fatih yang dari tadi melihat HP mendongak terkejut, ia tidak siap dengan 'serangan afeksi' tiba-tiba Buk Mar.

"Eh, ini Buk. Kaki saya ketimpa barang berat tadi. Agak bengkak, jadi mau minta kompresan." Fatih malu-malu menunjukkan jempolnya yang memerah dan mulai membengkak dibalik sandal jepit swallaw.

"Biar tak liat Mas."

"Ee ee eeh." Serentak Reno dan Fatih menahan tangan Buk Mar yang hampir menyentuh kaki Fatih. Dua karyawan itu lihat-lihatan dengan napas tertahan.

"Biar saya aja Buk yang kompres." Kata Fatih penuh sungkan. Si pemilik warung masih kekeuh ingin merawat kakinya tapi Fatih dengan sopan menolak beliau. Dengan berat hati Buk Mar akhirnya menyerahkan bungkus plastik yang sudah mengembun itu ke tangan Fatih.

"Duh, kasihan Mas Ganteng. Cepet sembuh lho."

"Makasih Buk." Jawab Fatih tidak enak bercampur geli. Lalu Buk Mar pergi melayani pelanggan yang baru datang.

"Hihihi. Hiburan banget deh lihat Buk Mar perhatian sama lu."

"Sialan lu. Lu sengaja ya komporin Buk Mar? Gue risih tahu."

"Sekali-kali Fat. Daripada lu cemberut aja dari tadi."

"Iya makasih. Makasih juga No, berkat lu gue selamat di gudang tadi. Kalau sampai Rizal pergokin gue sama Thalia, bakalan panjang ceritanya. Gue jamin kantor di Papua bakalan tahu skandal gue detik itu juga."

Reno menghela napas lelah. Ia geleng-geleng kepala sendiri sambil menenggak habis teh o yang tidak panas lagi. Mereka berdua sudah menandaskan nasi campur dan nasi pecel yang tidak pernah tidak enak buatan tangan Buk Mar.

"Untung gue ke atas Fat. Firasat gue udah nggak enak. Entah kenapa kayak ada yang nyuruh gue untuk ngikutin Thalia. Ternyata apa yang gue takutkan terjadi. Gila. Gila Fat. Thalia gelap mata. Menjadi sahabat bertahun-tahun nggak menjamin kita mengetahui watak dan karakter temen sendiri." Reno menghentikan orasinya dengan bersandar di kursi sambil meyilangkan tangannya ke dada.

Fatih mendengarkan Reno sambil sibuk mengompres kakinya. Ia merasakan sensasi dingin es batu di jempol kanannya.

"Itu semua demi Bian, anaknya No."

Together Till Jannah? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang