[04] Melepas Topeng

3.3K 189 925
                                    

VOTE & COMMENT YA

HAPPY READING

☁☁☁

Hari sudah menunjukkan pukul lima sore. Dan Joshua masih belum menemukan titik terang dari jejak Lunaisa. Lusiana juga sudah menelponnya sampai beberapa kali. Supaya suasana tidak semakin kacau-balau, Joshua terpaksa berbohong dengan mengatakan bahwa ia meminjam Luna untuk belajar bersama.

Tidak perlu susah-payah menebak siapa dalang dari semua ini. Sekelompok orang yang sangat membenci Luna, mengucilkan Luna, sampai menginginkan hal buruk lainnya terjadi pada Luna. Arga, Kenzo, dan Jessy. Rupanya Kenzo sengaja mengalihkan perhatiannya dari Luna dengan mengajaknya mengobrol di kantin.

Joshua menggeletukkan gerahamnya. Sedari tadi ia mengumpat pada tiga orang itu. Mengepalkan tangan sampai buku-bukunya memutih pun tak kunjung meleburkan emosi yang terlanjur memuncak.

"Argh!!!" Joshua menendang papan majalah dinding di koridor ini. Sebenarnya di mana mereka menyembunyikan Luna?? Apa yang mereka inginkan sebagai gantinya? Maka Joshua akan memberikannya.

Hampir semua ruangan sudah ia cek. Sampai rooftop yang berada di lantai paling atas pun tak menunjukkan hasil. Joshua mengerang frustrasi. Apa yang harus dia katakan kalau-kalau Lusi kembali menelponnya? Lama-lama wanita itu juga akan curiga.

Mengingat Arga yang pasti akan menyerang kelemahan musuhnya membuat Joshua berpikir lagi. Apa yang selama ini Luna takutkan? Apa kelemahan Luna selain kedua orang tuanya? Hmm ... sebentar!

Satu-satunya siswi yang nyaris tidak pernah mengunjungi taman belakang sekolah tak peduli walau sedang bermasalah sekalipun. Ya, kemungkinan Arga menyembunyikan Luna di tempat itu.

Atas asumsinya, Joshua berlari secepat kilat menuju taman belakang yang sepinya hampir menyaingi kuburan. Berharap gadis itu ada dan dalam kondisi baik-baik saja.

"ARGH SIAL!! LUNA!! KAMU DI MANA?? LUNA JAWAB AKU LUN! LUNA AKU TAU KAMU PASTI DENGAR AKU. JAWAB LUNA!!" bahkan teriakan Joshua yang terdengar bergema pun tak mendapat jawaban. Lelaki itu kembali mengacak rambut dan mengusap wajahnya frustrasi.

"MMMM!!!"

"Luna?" gumam Joshua melirik ke arah gudang tua itu. Tidak! Telinganya pasti tidak salah mendengar. Itu pasti Luna.

Joshua berlari lagi menghampiri sumber suara. Kalau diingat-ingat ia memang belum mengecek gudang. Tapi sial! Pintunya digembok.

Sebelum berusaha membuka paksa gembok itu, Joshua memastikan terlebih dahulu. Kali aja rumor hantu wanita itu benar adanya. 'Kan, menyeramkan.

"Lun? Luna? Kamu ada di dalam?" tanyanya sambil mengetuk-ngetuk pintu kayu gudang. Sebisa mungkin Luna mengeluarkan tenaganya untuk menjawab Joshua dengan sebuah deheman.

"Oh oke. Tunggu sebentar, ya? Aku cari penjaga sekolah dulu. Ini pintunya dikunci, Lun. TUNGGU YA? PLEASE TUNGGU DULU SEBENTAR!!" Joshua kembali berlari menuju gerbang depan tempat di mana biasanya para penjaga sekolah menghabiskan waktu sore hari dengan bersendagurau.

"BAPAK-BAPAK PENJAGA SEKOLAH!!" seru Joshua. Walaupun rasanya pasokan oksigen sudah menipis, sebisa mungkin Joshua berusaha keras. "Hosh ... hosh ... Pak, t–tolongin teman saya, Pak ... hosh ... hosh ... hosh ... t–teman saya ... hosh ... dikunci di gudang belakang ...."

"Huh? Hati-hati jangan langsung percaya. Bisa aja itu hantu perempuan yang sering berkeliaran di sana," bantah seorang penjaga.

"Aish beneran ini mah. Kasihan dia, Pak. Udah terlalu lemas. Orang tuanya juga dari tadi nelpon saya mulu nih."

My Bad Boy Arga [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang