[16] Curiga

1.7K 110 2
                                    

JANLUP VOTE + COMMENT YA

HAPPY READING

☁☁☁

Pagi hari yang cerah, Arga sedang memanaskan kuda besi kesayangannya di depan rumah. Hari ini mereka—Jessy, Kenzo, Joshua, dan Arga—akan kumpul santai. Hal ini menjadi kegiatan rutin mereka dan biasanya acara akan selesai pada pertengahan malam nanti.

Bukan buang-buang waktu, hanya menikmati masa muda.

Dirasa seseorang tengah memperhatikannya dari jarak jauh, Arga mengalihkan pandangan. Menatap lurus gerbang menjulang tinggi atau lebih tepatnya pada objek kecil itu.

"Ckck kelihatan banget lo mau modus pake main ke rumah gue segala," cibir Arga. Orang yang diajak obrol olehnya tersentak. Sekejap dia mengerjap-ngerjapkan matanya gemas.

"A–anu ... aku ... umm ... anu aku bukan bermaksud kayak gitu, Arga," kilah Luna setengah gugup. Sepertinya gadis itu masih terpukau dengan ketampanan Arga dengan balutan pakaian santainya.

"Aik! Pake ngeles segala

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aik! Pake ngeles segala."

"Eh, serius kok. Aku ke sini cuma lewat karena aku mau pergi ke rumah Nenek. Barusan aku bikin kue pakai resep punyaku sendiri, jadi aku pingin tau gimana rasa kuenya, enak atau nggak. Terus kalau aku tanya ke Mama, Mama pasti gak akan jujur. Beda sama Nenek, Nenek itu orangnya suka jujur kebangetan!! Jadi aku butuh pendapat Nenek, gitu," jelas Luna walau Arga tidak memintanya.

"Oh."

"Iya Arga. Yaudah aku pergi dulu ya? Dadah Arga."

Secepat kilat lelaki itu meraih pergelangan tangan Luna. Si empunya sedikit membalikkan badan dan memasang wajah 'ada apa?'

"Akhir-akhir ini banyak begal berkeliaran. Ayo gue anterin, bahaya soalnya kalau jalan sendiri."

"Umm ... gak usah—"

"Gak usah nolak! Ayo!" potong Arga sambil menarik Luna agar berjalan berdampingan bersamanya. Sebenarnya bukan tanpa alasan, Arga hanya ingin mencari tahu tentang sebuah pertanyaan yang sedari malam mengganggu ketentraman hatinya.

Keduanya berjalan tanpa ditemani perbincangan apapun. Ketara sekali kegugupan melanda diri Luna. Tas kecil berisi boks kue itu ia remas pelan. Sementara Arga malah terlihat seperti seseorang yang sedang sibuk menyusun kalimat.

"Ekhem," deham Arga. Luna menoleh dengan kerutan tipis pada dahinya. "Nenek lo udah lama tinggal di sini?"

Sambil mengangguk antusias Luna menarik kedua sudut bibirnya membentuk simpul. "Iya. Dulu aku tinggal sama Nenek soalnya Mama sama Papa sibuk kerja. Aku sering main di taman sana," jawab Luna diakhiri senyuman dengan seribu makna.

My Bad Boy Arga [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang