[05] Tanpa Joshua

3.2K 170 867
                                    

VOTE && COMMENT YA SAYANG

HAPPY READING

☁☁☁

Definisi hampa bagi sebagian orang yaitu tidak adanya harta, tahta, wanita. Tapi menurut keempat sahabat itu hampa adalah dimana satu diantara mereka tidak ada. Joshua Zavenzo, si imut yang mengundurkan diri dari perkumpulan orang-orang yang hobi merundung. Menyebalkan! Tidak ada lagi si wajah bayi yang menggemaskan.

Permainan monopoli mendadak naik kelas saat dimainkan oleh ketiga orang itu. Kenzo masih memimpin. Dia sudah memiliki hotel di Amerika, Australia, dan Inggris. Juga rumah di Brazil, Belanda, dan Perancis. Disusul oleh Jessy si penguasa blok Asia. Di Jepang dan Korea terdapat hotelnya serta satu rumah di Thailand.

Arga mendengkus sebal. Dia satu-satunya yang payah. Baru membeli tanah di Indonesia dan Malaysia karena terlalu sibuk mengumpulkan uang. Bukannya bagus, ia sudah berkali-kali masuk penjara hingga harus membayar lima puluh ribu.

Dua buah dadu itu dikocok lalu dilempar ke udara. Berputar-putar di meja kantin lalu membidik angka enam dan satu. Dengan semangat yang menggebu-gebu Arga memainkan pionnya.

"Aik! Masuk hotel lagi," keluh Arga. Uangnya semakin menipis karena hotel Kenzo. Dia bahkan sempat mengutang pada Jessy.

"ALHAMDULILLAH ADA PEMASUKAN LAGI!!" teriak Kenzo. Pada bab sebelumnya sudah dikata mereka berbeda agama namun saling bertoleransi.

"Aik! Lo Kristen ngapain ngomong alhamdulillah segala?"

"Suka-suka dong terserah gue," sahut Kenzo tak acuh. Gerak-gerik Arga yang mencurigakan membuat Kenzo segera menyergahnya. "Buruan bayar! Tujuh artinya lo masuk ke hotel gue lagi." Kenzo sendiri sampai lupa berapa harga hotelnya itu. Dia melihat daftar kartu kepemilikan pemain.

"Empat puluh dolar!"

Mendengarnya, jantung Arga berdenyut-denyut. Kepalanya serasa mau pecah. Dia sudah menjual kartu bebas penjara pada bank. Tapi kondisi finansialnya tak kunjung membaik.

Arga menatap Jessy memelas. "Heh! Duit gue juga habisnya sama lo bangsat! Mendingan lo lunasi dulu hutang-hutang terdahulu lo. Gue juga butuh duit nih."

"Ya elah. Hmm ...." saat itu Arga menopang dagunya sambil berpikir keras. Sial! Otaknya mentok. Kadang dia lupa kalau Tuhan tidak memberkatinya kecerdasan. Alhasil alih-alih melanjutkan permainan, Arga memilih banting setir untuk mengganti topik. "BABI ROKOK DUA BATANG BIASA DIBAYARNYA SAMA LUNA!!"

"WOKE ARGA!"

"BABI GUE JUGA. SAMA TEH TARIKNYA SATU!" timpal Kenzo. Bagus, sesuai rencana.

"CUMA MAU NGINGETIN, HUTANG BULAN LALU JUGA BELUM LUNAS. DIBAYAR YAK."

"Aik! Si haram berani-beraninya gak mau bayarin hutang gue," dengkus Arga. Lelaki dengan marga Mahendra itu memang hobi memeras korbannya. Padahal kalau dihitung-hitung, uang jajannya per bulan bisa mencapai angka sepuluh juta lho.

Babi datang mengantarkan tiga batang rokok dan satu teh tarik. Perempuan itu juga mengeluarkan sebuah nota kecil dari saku celemeknya. Apalagi kalau bukan catatan hutang mereka?

"Yang bulan lalu tinggal tujuh puluh ribu. Yang sekarang udah ngutang tiga puluh ribu, jadi totalnya seratus ribu. Kapan mau dibayar?" tanya Babi menagih. Kenzo dan Jessy yang tidak mau berurusan dengan itu pun pura-pura tidak mendengarnya. Mereka berdua sibuk men-scroll tiktok.

"Aik! Jangan bilang ke kita dong, Babi. Bilangnya ke si haram. Dia yang bakal bayarin semua hutang—"

"Bulan lalu Luna datang terus bilang uangnya gak cukup buat lunasi semua hutang kalian. Oemji!! Jangan pada lepas tangan gitu dong. Kasihani Babimu ini ... hiks ...." yah, si Babi malah mendramatisir adegan.

My Bad Boy Arga [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang