VOTE COMMENT = WAJIB
SHARE = BOLEH & DIANJURKAN
COPY PASTE = BIG NO !!!
HAPPY READING ♡
☁☁☁
Gadis dengan hoodie hitam itu celingukan sambil menjinjing beberapa makanan memasuki pekarangan rumah mewah ini. Tampak tidak asing karena dahulu ia sering bermain di salah satu bilik kamarnya. Kini yang harus dilakukan Luna adalah mencari orang yang sempat ia kenal itu.
"L's catering, ya?" seorang wanita dengan gaun hitam menghampiri keduanya. Baik Luna maupun Lusi kini sama-sama menyunggingkan senyuman.
"Benar. Satpam yang di sana yang nyuruh kita buat masuk," ujar Lusi. Anisa mengangguk mengerti karena sebelumnya wanita itu sudah titip pesan pada penjaga keamanan di rumah mereka.
"Semua makanannya dibawa ke taman belakang, ya? Acaranya memang berlangsung di sana," instruksi Anisa dibalas anggukan kepala oleh Lusi. "Bibi antar mereka ke taman belakang! Saya masih harus mengerjakan yang lainnya."
Seorang wanita lainnya berlari menghampiri mereka. Pakaian ala pelayan rumah tangga itu tampak melekat sempurna pada tubuhnya yang gempal. "Iya, Bu. Mari." dan sesuai perintah Anisa, wanita paruh baya itu mengantar Lusi dan Luna menuju taman belakang. Langsung saja mereka menata semua makanan ke posisi yang tepat.
"Mama mau ambil sisanya. Kamu di sini dulu, ya?" Lusi berbisik dan dengan segera Luna mengiyakan. Gadis itu mengambilalih pekerjaan Lusi sambil sesekali menyapa wanita di sampingnya dengan ramah.
"Bibi baru berapa tahun kerja di sini?" tanya Luna. Walau begitu tangan mungilnya terus merapikan tatanan cup cake agar terlihat estetik.
"Ini tahun ketiga. Anak bungsu Bibi masih kuliah, jadi Bibi mau cari uang buat melengkapi semua kebutuhan dia."
"Woah! Bibi baik banget ya padahal udah tua," celetuk Luna dibalas kekehan oleh lawannya. Kalau boleh dikata, Luna ini mirip sekali dengan neneknya yang terlalu jujur. Udah gitu mimik mukanya polos karena watados alias wajah tanpa dosa.
Detik berikutnya Luna kembali celingukan hendak mencari keberadaan Lusi. Ternyata ibunya itu berada di dekat gazebo samping kolam renang. Luna berjalan mengendap-endap menghampiri Lusi dan berniat mengejutkannya.
"Jangan macam-macam kalau gak mau ditendang ke neraka!" sergah Lusi. Luna gelagapan, tapi gadis itu beralibi bahwasanya hatinya suci tanpa ada niatan jelek saat mendekati Lusi.
"Ma, udah selesai? Jangan pulang dulu ya. Ini acaranya udah mau mulai, Luna pingin ambil permen yang di sana tapi malu kalau ada yang lihat. Ntar dikiranya Luna pencuri."
"Mama juga masih mampu beliin kamu permen," bantah Lusi. Luna menggeleng gemas. Poni rambutnya bergerak ke kanan dan ke kiri mengikuti gerakan kepalanya.
"Beda, Ma, beda. Itu permennya estetik banget, warna hitam tapi bening gitu. Lumayan kalau diposting ke instagram pasti bakal banyak yang like," keukeuh Luna. Mau tidak mau Lusi harus menuruti kemauan puterinya ini. Mereka menunggu sekitar lima belas menitan hingga taman belakang ini mulai didatangi banyak orang berpakaian serba hitam.
"Mama bingung, sebenarnya ini pesta ulang tahun atau pesta karena ada orang yang meninggal? Kok semuanya pakai baju hitam-hitam sih?" heran Lusi berbisik pada Luna. Gadis itu terkikik kecil kemudian menatap ibunya gemas.
"Kampungan!" cibirnya. "Ini tuh namanya dresscode. Tergantung orangnya mau pilih tema apaan. Orang ini suka warna hitam. Makanya semua tamu pakai baju serba hitam. Kalau temanya musim panas, pasti dresscode-nya bikini," jelas Luna. Lusi mengangguk-angguk mengerti lalu tak lama ia ber'oh ria. "Hmm ... Luna mau ke sana dulu, ya? Mau ambil permennya."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bad Boy Arga [SELESAI]
Teen Fiction[ COMEDY ROMANCE ] Apa benar poin plusnya Arga itu hanya soal tampangnya yang sempurna? Tampan, putih, dan tinggi? Tidak ada yang lain? Misalnya rajin, suka menolong, pintar, disiplin, dan gemar menabung? Hmm ... JANGAN HARAP!! Dia Argantara Mahen...