[44] User95

1K 53 103
                                    

Lunaisa berjalan tergesa-gesa, menuruni anak tangga dengan gaduh hingga membuat kedua orang tuanya yang sedang menonton itu menoleh penuh kebingungan. "PERGI SEBENTAR KE RUMAH ARGA, MA, PA." begitu katanya. Lusi dan Lavi geleng-geleng kepala, anak gadisnya itu memang sedang bucin sebucin bucinnya.

"Pak Arif?" tanya Luna kepada seorang driver ojek online yang bertengger di depan pagar rumahnya. Si empunya mengangguk seraya menyunggingkan senyuman ramahnya.

"Mbak Luna, ya?"

"Iya, Pak. Ayo antar saya ke tujuannya, saya buru-buru banget ini."

"Helmnya Mbak." driver bernama Arif itu menyerahkan sebuah helm berwarna hijau pada Luna. Gadis itu memakainya lalu menepuk pelan pundak Arif memberinya kode untuk segera melaju.

Jalanan yang padat membuat Luna menghela napas. Tapi Arif tidak kehilangan akal untuk memuaskan pelanggannya. Pria itu memilih untuk sat set sat set nyelip di antara mobil.

Et dah gue kayak lagi ngeiklanin ojol ini mah 🥲🙏

"Jangan lupa bintang limanya, ya, Mbak," kata Arif setelah mereka sampai di tujuan. Sambil melepaskan helmnya, Luna mengangguk lalu mengangkat jari jempolnya.

"Rebes!" ia pun memencet bel. Bukan Anisa atau Adi yang membukanya, tapi Kenzo. Lelaki itu tampak lega saat melihat kehadiran Luna di sana.

"Lo lama banget sih gue udah hampir kewalahan tadi," gerutu Kenzo dibalas cengiran khas oleh lawannya.

"Maaf jalanannya macet sih," alibinya. Kenzo berdecak kemudian menyuruh gadis itu untuk masuk. Bukan ke ruang tamu lagi tapi langsung ke kamar Arga. "ASTAGFIRULLAH!! ARGA IH KAMU KENAPA SIH SUKA BANGET SAMA YANG NAMANYA BERANTEM?? SENGAJA NYARI MATI, YA?!!"

"Gue udah bilang jangan suruh dia datang ke sini!" bisik Arga tajam pada Kenzo. Si empunya menyengir kikuk sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal itu. Arga pun hanya bisa merotasikan bola matanya malas. "Aik! Bukan gitu yang. Aku tadi udah berusaha buat nahan emosi tapi gagal. Lagian ya kali aku pingin cepetan mati, 'kan, belum kawin sama kamu."

"Kalau urusan ngeles emang paling pintar," sindir Luna, Arga terkikik halus hingga sang gadis pun tangannya reflek menyentuh luka di sudut bibir Arga.

"Sshhh ... sakit sayang ...."

"Kalau udah sayang-sayangan gue mau balik aja deh, malas, bye." Kenzo meraih jaket serta kunci motornya lalu pergi begitu saja. Bahkan Luna belum sempat mengucapkan terima kasih karena telah melerai perkelahian itu.

Luna menempatkan bokongnya di kasur samping Arga. Dari tempatnya duduk, Luna mencoba mengamati betapa sempurnanya ciptaan Tuhan yang satu ini. "Kenapa bisa kayak gini sih, Arga? Coba deh ceritain awal mulanya tuh kenapa gitu ...."

"Umm ... ya gitulah yang. Rumit," jawab Arga asal. Luna memelototkan matanya membuat lelaki itu menghela napas lalu mulai bercerita, "Ternyata selama ini Joshua yang punya akun user95 itu. Kamu kaget? Sama aku juga. Gak nyangka. Padahal dia itu orang yang paling aku percaya buat masalah-masalah kayak gini."

"Jojo?? Gak mungkin deh ah. Dia itu baik sama aku—"

"Karena dia suka sama kamu," potong Arga. Nada bicaranya kentara rasa cemburu. "Dia sempat nembak kamu tapi kamu jadiannya sama aku. Dia ngelakuin itu karena gak bisa move on. Dia nggak baik sama kamu, dia cuma pura-pura. Dia itu sengaja mau nyerang hatinya aku, El. Itu pasti karena dia dendam, aku yang dipilih sama kamu dan bukan dia," tutur Arga.

"Tapi—"

"Kamu gak percaya sama aku?! Kamu lebih percaya sama Joshua, iya??!"

"Huh? Nggak-nggak. Aku ... percaya kok sama kamu. C–cuma aja gak nyangka." Luna tersenyum kikuk. Api kemarahan masih membara dalam diri sang kekasih. Dan Luna harus mampu memadamkannya. "Aku obatin, ya, lukanya?"

My Bad Boy Arga [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang