"Waktu kecil pingin cepat-cepat gede, udah gede pingin balik lagi ke kecil biar gak perlu sekolah. Pffttt," gerutu Arga yang sebelumnya sempat kena semprot oleh sang guru karena kembali merusak mikroskop. Kedua kalinya lho itu Argantara Mahendra menjatuhkan mikroskop dari meja sampai kebelah dua.
"Kamu tuh kenapa sih kayak yang punya dendam kesumat gitu sama sekolahan?!" jengah Luna yang terus-menerus mendengarkan ocehan lelaki di sebelahnya yang sedang setengah pundung itu.
Arga membuang napas kasar. "Ya iyalah dendam, aku gak salah apa-apa tiba-tiba kena marah. Emangnya aku sengaja ngejatuhin mikroskop sampai belah dua? 'Kan nggak. Aku manusia jadi aku juga berhak dong salah."
"Makanya kalau lagi di laboratorium jangan banyak bercanda. Itu 'kan tempat untuk penelitian bukan tempat untuk melawak," nasihat Luna. Yang gemas di sini adalah sikap Arga yang cenderung pasrah menerima takdirnya yang lagi-lagi harus kena marah.
"Umm ... by the way ... emangnya gapapa nih kalau aku gabung kalian? Aku takut merusak suasana ...," lirih Luna. Argantara menatap sang kekasih dengan gemas.
"Gak ingat tadi pagi aku bilang apa?"
━ flashback on ✧⁺◟꒦꒷━━━━━━━━━━━━
"Arga?" panggil Jessy. Si empunya nama kembali menoleh lantas memasang mimik tanda tanya. "Anu ... ada yang mau gue omongin."
"Ngomong aja."
Jessy terdiam. Gadis itu sepertinya bingung harus mulai dari mana. "M–masalah hubungan lo sama Luna ...." Arga kian penasaran dengan apa yang akan diucapkan gadis ini. Sialnya Jessy malah senang bikin orang mati penasaran.
"Apa sih? Kepo banget gue sampai deg-degan," sergah Arga. Kini gadis itu berdeham pelan.
"Gue ... gue gak masalah lagi soal hubungan kalian. Kalau lo emang bahagia sama dia, yaudah silahkan. Gue gak bisa larang. Yang bikin gue waktu itu gak terkendali karena gue takut, Ga. Saat itu lo berubah jadi gue takut kehilangan lo ...."
"Jes ...." Arga menggantungkan perkataannya. Sementara Jessy, gadis itu menundukkan kepala gugup. "Gue gak berubah, gue masih jadi Arga yang selalu sayang sama lo. Gue di sini, gak hilang, gak usah takut." Arga mengelus kepala Jessy sayang.
"Janji, ya, jangan buang gue? Gak ada lagi yang peduli sama gue selain lo."
"Never," jawab Arga. "Luna gimana? Lo bisa terima dia juga?"
Jessy menggeleng samar. "Belum, Ga. Mungkin besok atau lusa? Yang jelas pelan-pelan gue bakal coba kok."
━━━━━━━━━━━━ ꒷꒦ ✧⁺◟flashback off ━
Luna menyengir kuda mengingatnya. "Tapi deg-degan deh, Arga. Aku tuh gimana ya sama Jessy ... takut ...," cicit Luna. Dia tidak berani melangkah maju memasuki kantin. Matanya menatap meja yang ditempati Jessy, Joshua, dan Kenzo.
"Aik! Hahaha ... ngapain takut sama dia? Baik kok orangnya, serius deh. Ayo tuh udah pada nungguin." Argantara merangkul pundak Luna kemudian sedikit menarik tubuhnya karena langkah kaki gadis itu yang kaku. Luna benar-benar terlihat ketakutan, dia sampai meremas seragam Arga membuat si empunya merasa gemas.
"Kok belum pada pesan?" tanya Arga dibalas tatapan tajam oleh Joshua dan Kenzo.
"Dia pakai nanya segala, Josh. Kagak tau apa kalau kita nunggu mereka berdua?" sarkas Kenzo.
"Tau nih karena lo berdua telat berarti istirahat kali ini ditraktir kalian. Yeay!! Buruan mau makan apa biar gue pesanin," kata Joshua dengan wajah berbinarnya. Biasalah kaum gratisan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bad Boy Arga [SELESAI]
Teen Fiction[ COMEDY ROMANCE ] Apa benar poin plusnya Arga itu hanya soal tampangnya yang sempurna? Tampan, putih, dan tinggi? Tidak ada yang lain? Misalnya rajin, suka menolong, pintar, disiplin, dan gemar menabung? Hmm ... JANGAN HARAP!! Dia Argantara Mahen...