[47] Lelaki Baru

843 36 2
                                    

Wajahnya lembab. Lunaisa El Kezriye menghentikan sebuah bis yang melaju di depannya kemudian menaiki mobil panjang itu. Walau matanya sudah perih karena tidak bisa berhenti menangis, tapi air mata sialan itu masih eksis hingga berkali-kali Luna harus menyekanya. Huftt hidungnya juga meler. Menyebalkan, pasti wajahnya sangat jelek.

Benda pipih dalam genggaman tangannya ia nyalakan. Banyak notifikasi masuk. Chat dari Lusi, Lavi, Joshua, dan beberapa panggilan tidak terjawab dari Arga. Luna menghela napas.

Lunaisa
Luna baik baik aja kok Ma
Ini lagi di jalan mau pulang

Hanya itu yang Luna sentuh. Malas sekali rasanya untuk sekedar membaca nama Arga dalam ponselnya. Biar saja dia tahu. Sesekali harus diberi pelajaran supaya lelaki itu bisa mengerti bagaimana perasaannya. Bukan hanya Jessy.

─ ༊₊˚•.﹆─

Satu minggu telah berlalu dengan amat membosankan. Bagi Arga, huh ..., lelaki itu rasanya sudah mau sekarat karena dicampakkan oleh sang kekasih. Tunggu, apa? Kekasih? Bahkan Arga tidak tahu nasib hubungannya bersama Luna bagaimana.

Argantara sangat frustrasi ketika gadisnya itu kembali mengatakan ingin sendiri. Berangkat sekolah, makan siang di kantin, atau sekedar jalan di koridor pun Luna tidak mau bertemu Arga. Kalau tidak sengaja berpapasan, Luna pasti akan segera kabur.

Pagi ini, dengan harapan yang masih tinggi, Arga menunggu gadisnya di depan gerbang. Ia bahkan rela berdiri di sini sejak pukul lima. Dingin sih tapi mau bagaimana lagi? Kalau tidak seperti ini Luna bisa-bisa kabur lagi.

Sebuah mobil dengan nomor plat yang sudah Arga hafal membuatnya tersenyum. Begitu pintunya terbuka dan seorang gadis turun dari dalam mobil itu, Arga menghampirinya.

"Good morning sweetie," sapanya seraya menyerahkan sebuah buket berisi permen dengan berbagai varian. Luna tidak tertarik dengan itu, ia melenggang meninggalkan Arga tanpa sepatah kata pun.

Argantara Mahendra mengejar ketertinggalan langkahnya dari sang gadis. Setelah menyamakan langkah, Arga memulai dramanya. Ia akan memelas sampai Luna merasa iba tak tertolong.

"El, jangan kayak gini dong. Aku sedih tau rasanya sampai gak minat lagi buat hidup. Kayak apa ya ... hm ... kamu tau gak caranya bikin surat pengunduran diri dari dunia?"

Nihil. Tidak ada respon sama sekali. Arga menghela napas sambil otaknya mencari ide lain.

"Eh kemarin aku pergi ke supermarket, beli permen terus aku rangkai satu-satu sampai jadi buket ini. Lucu gak? Permennya banyak banget loh ada rasa stroberi, mangga, apel sori gak level, coklat, cappucino, kopi, susu, sampai rasa yang tak pernah hilang kayak cinta aku buat kamu ada di sini. Yakin gak mau?" oceh Arga. Luna berdecak.

"Gak usah berusaha terlalu keras! Aku marah sama kamu. Aku gak akan luluh cuma dikasih permen kayak gini. Aku juga bisa beli sendiri!!" Lunaisa hendak memasuki kelasnya, namun Arga dengan secepat kilat menahan pergelangan tangannya. Ia membalikkan badan gadis itu hingga keduanya saling bertatapan.

"Maaf, El. Aku salah. Aku benar-benar gak tau kalau kamu terluka. Maaf ... aku cuma ingin berusaha jadi baik. Aku pingin menjalankan peran yang baik sebagai pacar kamu sekaligus teman buat sahabat-sahabat aku. Aku salah karena gak mikirin perasaan kamu. Aku menyesal, El. Tolong kasih aku kesempatan sekali lagi ...."

Ditatapnya lelaki itu dengan manik berkaca-kaca. Emosinya memuncak. Namun, Luna tidak mengerti bagaimana dirinya masih bisa sangat mencintai Arga? Padahal lelaki itu sudah sering menyakiti hatinya.

My Bad Boy Arga [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang