Bab 8

140K 1.7K 44
                                    

Hujan turun rintik-rintik, langit pun sejak tadi pagi tak berhenti menampilkan mendung. Seperti mengetahui kondisi hati ku yang sedang sendu saat ini.

Kulirik jam di dinding kamarku menunjukkan pukul 11 siang. Namun mata ini belum juga tertidur sejak kemarin malam. Ya.. Tepatnya semenjak kejadian di cafe malam itu.

Mata ini tak hentinya meneteskan air mata. Air mata penuh kesedihan mengingat bahwa kisah cintaku yang amat tragis. Penantianku selama ini kandas begitu saja karena perbedaan yang mustahil akan bersatu.

Akupun kembali memutar MP3 yang sejak dari semalam kuputar berulang ulang. Lagu dari Marcell berjudul Peri Cintaku seolah mengambarkan kehidupan cintaku saat ini bersama Mario.

Dua insan yang saling mencintai namun terbatas oleh tembok perbedaan.

Tuhan memang satu
Kita yang tak sama
Haruskah aku
Lantas pergi
Meski cinta takkan bisa
PERGI...... 

Akupun mendengarkannya dengan penuh penghayatan sambil memandangi rintik demi rintik hujan yang turun dari balik jendela kamar.

"MbHooottt!!!" Panggilan kesayangan dari sahabat-sahabatku yang sudah tidak asing lagi ditelinga.

"Lo kemana aja sih mbHot ditelponin gak diangkat angkat di bbm gak di read read. Kita semua khawatir sama lo yg sejak dr kmrn gak nongol nongol di chat grup Komek" protes Cindy sambil membaringkan badannya di tempat tidurku

Aku hanya bisa terdiam seolah tidak mendengar apapun yang mereka bicarakan. Terdiam mematung memandangi jendela kamar dengan fikiran yang entah kemana.

"Stel!! Lo denger gak sih dari tadi kita ngomong apa. Lo kenapaa Stella sayang gak biasanya lo gini" Ucap Cantika yang menghampiriku

Akupun tak kuasa untuk menahan tangis. Tidak terasa tangis ku pecah dipelukan sahabat-sahabatku.

Tidak ada sepatah katapun yang terucap dari mulut sahabat-sahabatku saat ini. Mereka semua hanya terdiam sambil memeluk seolah mengetahui kepedihan di hatiku.

Setelah perasaanku mulai sedikit tenang. Akupun mulai bercerita kepada sahabat sahabatku.

"Anjir, gue gak tau mbHot klo gue ada di posisi lo saat ini. Gue mungkin ga pernah ngerasain di posisi lo. Tapi lo ga bisa nyalahin Mario atas segala perbedaan diantara kalian" Ucap Cindy sambil mengusap kepalaku

"Stell, banyak yang bilang cinta tidak memandang perbedaan. Lo tau kan kalimat itu?" Kali ini Chaca angkat bicara. "Gue tau lo cinta sama Mario sejak SMP. Dan sekarang lo udah tau Mario pun memiliki rasa yang sama dgn lo. Kalian berdua saling mencintai. Apa salahnya kalian mencoba untuk fighting dengan perbedaan ini? Toh banyak pasangan yang  sikonnya sama kaya kalian mereka ttp jalan tetep fighting. Karena apa mereka bertahan? Karena Cinta"

Ucapan Chaca sedikit menyesakan hatiku.

"Bener kata Chaca Stell, lagian kan kita gatau kedepannya gimana. Siapa tau Tuhan memang menakdirkan kalian bersatu. Kalaupun engga pasti Tuhan sudah menyiapkan seseorg yang baik buat lo Stell" ujar Chelia menambahkan.

Aku hanya bisa terdiam mendengarkan nasihat dari sahabatku ini. Sambil berfikir ada benarnya juga ucapan mereka.

"Tapi guys, gue gamau ngejalanin dulu tanpa mikirin nanti gimana. Gimana kalau gue makin cinta sama Mario. Bagaimana cara gue dan Mario bersatu? Pacaran beda agama gak akan ada ujungnya"

"Kalau kalian tetep pengen bersatu. Ya salah satu dari kalian harus ada yg pindah agamalah. Lo mau ngorbanin agama lo demi cinta?" Tanya Cindy yang membuatku skak mat.

Akupun menjawab pertanyaan itu dengan menggeleng geleng kepala.

"Udah, masalah ini baiknya dibicarakan sama lo dan Mario. Karena kalian yang tau baiknya gimana. Kan kalian yang ngejalanin. Gue sama yang lain cuma bisa support lo Stell, kita gak akan ninggalin lo ko." Support Chaca kepadaku yang di susul dengan pelukan dari sahabat sahabatku.

Stella's LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang