Bab 25 - Friendship or Failship?

82.3K 1.4K 137
                                    

Air mata yang tidak bisa ku bendung, mata yang tidak kuat melihat tragedi yang terjadi barusan, tangan yang tidak bisa menyetir, serta hati yang retak membuat ku jatuh lemah tak berdaya.

Posisi menyetirku digantikan oleh Ronny, sedangkan aku hanya bisa menangis dipelukan Cindy.

"Gue ga bisa terima Chelia ngelakuin ini sama lo Stell, kita harus bicara sama dia!" ujar Cindy dengan nada penuh emosi

"Stell, lo harus bertindak ini gak bisa dibiarin, lebih baik kita samperin aja yuk mereka. Biar sekalian mereka langsung kepergok. Gue mau liat muka nya gimana" ujar Ronny tak kalah emosi

"Guys, please... Ini masalah gue, gue gak mau cuma gara-gara ini kalian jadi ikut-ikutan ngebenci Chelia juga. Dan gue mohon sama kalian, tolong jangan ada yang buka suara tentang kejadian ini ya. Cukup kita aja yang tau, dan jangan sampe Chelia tau kalau kita mergokin dia sama Mario. Gue pengen denger langsung dari mulutnya aja" ujarku berusaha meredam emosi

"Lah? Lo ini gimana si Stel, kalo Chelia gak ngaku-ngaku dan gak cerita ke kita gimana ?" ujar Cindy

"Kalau dia serius sama Mario, pasti suatu saat dia bakal bilang dan cerita ke kita khususnya ke gue" ujarku

"Tapi sampe kapan lo harus nunggu?" tanya Ronny

Pertanyaan Ronny kali ini tidak bisa ku jawab. Aku pun sendiri tidak dapat memastikan kapan Chelia akan berterus terang. Yang jelas hati ini benar-benar sakit sekali, mengetahui kenyataan pahit. Tapi apa daya, yang menyakitiku adalah dua orang yang aku cintai. Bagaimana bisa aku membenci mereka?

Tuhan...
Inikah jawaban dari doaku, bila memang aku tidak akan pernah bisa dipersatukan dengan Mario..

"Stell, gue nginep dirumah lo ya malem ini ? gue gak mau ninggalin lo sendiri, gue yakin lo pasti butuh teman untuk nenangin lo" Ujar Cindy

"Makasih banyak Cin, tapi gue perlu waktu untuk sendiri dan berfikir. Kalau ada apa-apa gue bakal hubungin lo ko. Lo gak usah khawatir" ujarku sambil tersenyum

"Tapi Stell, lo gak bisa...."

"Gue bisa JHol, kalian tenang aja. Gak usah khwatir. Ini bukan kali pertamanya gue sakit hati kok. Jadi gue udah biasa. Hahaha" ujarku memotong pembicaraan Ronny sambil memasang muka tertawa.

Ku lihat dua sahabatku saling bertukar pandangan. Seperti mengetahui apa yang mereka fikirkan, aku hanya bisa terdiam menatap jalan dari dalam jendela mobil.  Mencoba menghapus bayangan kejadian tadi namun tidak bisa. Hati ini terlalu sakit untuk melupakannya.

****

Setibanya dirumah, aku langsung merebahkan diri dikasur kesayanganku. Memeluk guling yang bersarungkan Doraemon. Berusaha untuk tidak menangis, namun air mata terus mengalir. Berusaha untuk tidak befikir namun otak terus membayangkan hal tadi.

Bagaimana pun aku memang tidak habis fikir, apa yang dipikirkan oleh mereka berdua, apakah mereka menjalin hubungan sudah lama? Apakah Mario menduakanku dengan Chelia? Apa saja yang sudah mereka lakukan dibelakangku? Bagaimana Mario tega melakukan ini kepadaku disaat mulutnya tak henti berucapkan kata kata manisnya untukku. Bagaimana dengan Chelia, apakah dia tidak memandangku sebagai sahabatnya, sampai-sampai dia tega melakukan ini kepadaku?

ARGHHH!!!!!

Bolehkan aku beristriahat sejenak dari kesakitan hati yang kurasakan ini Tuhan ?

Trillittt Trilitt Triliitt

Terdengar dering telfon dari Iphoneku, sebenarnya aku enggan mengangkatnya karena sedang tidak ingin dihubungi oleh siapapun. Namun, niat itu terurungkan saat aku melihat layar iphoneku.

Stella's LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang