Bab 15

86.2K 1.3K 101
                                    

"Menikahlah dengan lelaki lain jika hal itu yang membuatmu bahagia"

BRAG!!!!

Tiba-tiba terdengar suara dentuman keras dari arah kepalaku yang terjatuh kelantai. Seketika akupun terbangun dari tidur. Keringat bercucuran, dan entah mengapa mata ini seperti dipenuhi oleh Air mata. Oh Tuhan ternyata semua ini hanya mimpi. Syukurlah..
Sepertinya aku tertidur lelap karena tadi menginginkan nasi goreng namun aku malas untuk membelinya keluar.

Kulirik jam dinding kamarku menunjukan pukul 3 Dini hari.
Rasa rinduku pada Mario kini kembali merasupi jiwaku.
Sudah hampir sebulan ini aku tidak mengetahui kabarnya. Bagaimana jika mimpi ku tadi kenyataan?
Bagaimana jika Mario benar benar ingin menjadi pastor?
Aku tidak siap.
Lebih tepatnya aku tidak siap untuk ditinggalkan olehnya.

"Trilling Trillling"
Terdengar dering iphone ku yang menandakan ada yang menelfon. Siapa orang gila yang menelfon orang dini hari begini?
Akupun mencari letak sumber suara itu dan melihat layarnya.
Astaga !!!
"Mario!!." Aku pun bergegas untuk mengangkatnya.
"Halo.." Sapaku
"Hallo Stel. Belum tidur?" Ujarnya. Ingin sekali aku menghajarnya. Setelah sekian lama tidak menghubungiku dan yang ditanyakan pertama adalah apakah aku sudah tidur apa belum. Bodoh sekali. Bagaimana bisa aku mengangkat telfon jika aku sudah tidur!

"Menurut lo gimana?" Jawabku sinis namun sebenarnya aku ingin menangis mendengar suaranya karena sangat merindukannya
"Menurut gue ya belum. Kalo udah tidur ya gak mungkin lo bisa angkat telfon" ujarnya membenarkan apa yang aku fikirkan
"Tuh tau" ujarku masih tetap sinis
"Stel.. Siang gue jemput ya. Gue kangen sama lo". Ujar Mario
"Hemm" hanya itu jawaban yang bisa aku berikan.
"Yaudah see you. Tidur gih udah dini hari gini belum tidur. Bye Stel" ujar Mario. Tanpa membalas ucapannya akupun langsung menutup telfonnya. Dan mulai menangis dalam dekapan bantalku menumpahkan seluruh kerinduanku yang tadi tidak terucapkan padanya hingga aku tertidur pulas karena kelelahan menangis.

***
Sabtu pagi yang sedikit membuatku degdegan. Mengingat wajah Mario saja sudah membuatku bergetar. Sudah hampir sebulan ini aku tidak bertemu dengannya bahkan berhubungan lewat Hp pun tidak. Haruskah aku menumpahkan amarahku atau menumpahkan rinduku terlebih dahulu padanya?
Ahhh. 

"Trillit Trillit"
Mario menelfonku. Aku sebenarnya enggan mengangkatnya namun...
"Hallo iya Yo" sapaku
"Jam 1 siang gue jemput ya Stell" ujar Mario di sebrang sana
"Loh kok siang bolong sih ngajak jalannya? Kenapa gak malem aja Yo?" Tanyaku heran dan sedikit agak malas juga karena memang siang itu adalah jatah waktu tidur siangku
"Pengen lebih lama aja sama lo. Oke pokoknya jam 1 siang gue tunggu. Bye" kalimat terakhir darinya karena langsung menutup telfonnya.
Kulihat jam dinding kamarku menandakan pukul 10 pagi. Waktuku hanya 3 jam lagi untuk bersiap diri.

Setelah selesai mandi aku langsung memilih pakaian. Kemeja bahan Flannel bermotif kotak kotak menjadi pilihan pakaianku dengan celana skinny jeans. Make up yang kupakai juga tidak terlalu menor. Hanya sebatas natural saja karena jujur aku paling malas keluar rumah di siang hari.
Namun karena Mario yang mengajakku dan akupun sudah kepalang rindu dengannya ya jadi aku terima.

"Aku sudah depan rumahmu. Keluar" bunyi sms dari Mario ketika aku membuka iphoneku.

Deg deg
Deg deg
Deg deg
Jantungku ini semakin tidak karuan. Ya Tuhan. Semoga aku bisa mengendalikan perasaanku ini. Akupun memberanikan diri untuk menemui Mario yang sudah berada di depan rumahku. Terlihat dia datang dengan mobil sport nya dan senyuman khasnya yang sungguh sungguh aku rindukan..

"Hai Stell" ucap Mario sambil tersenyum
"Hai juga Yo. Long time no see ya" ujarku sedikit menyindir
"Yups. Yuk masuk" ujar Mario menyuruhku masuk ke mobilnya.

Stella's LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang