08. MANTAN

4.1K 392 2
                                    

Sena membuka pintunya ketika ada yang mengetuk, satu alisnya terangkat ketika melihat orang itu. Mendengus sebal sebelum ia menutup pintu itu dari luar, menyilangkan kedua tangannya didepan dada.

Siang tadi saat Sena dan Jihan baru pulang, Yura dan Aska pamit untuk keluar sebentar ada urusan. Sedangkan Aksa, adiknya itu berada dirumah uncle Alfin, bermain dengan Marshel, anak uncle Alfin. Umur mereka hanya berbeda 6 bulan, jadi Aksa merasa senang karna ada teman sekaligus saudara yang seumurannya.

Jihan berada dikamarnya, anak itu sedang menunggu dirinya untuk menonton drama bersama. Namun sialnya pintu utama beknya berbunyi dan mengharuskan untuk mempause drakor itu.

"Ngapain lo kesini?"tanya Sena, ia bersandar pada pintu.

"Gue cuma mau nengoko, katanya lo sakit ya?"tanya balik lelaki itu.

"Gak, gue gak sakit."

"Bohong dosa."

Sena tertawa sinis. "Kaya gak pernah bohong aja lo."balas Sena.

"Nih, gue bawain makanan kesukaan lo. Dimakan ya?"ucapnya.

Sena meraih paper bag yang berisi makanan itu, meskipun ia sebal dengan lelaki dihadapannya ini namun ia tak bisa menerima makanan gratis ini.

"Lo duduk dulu, gue bikinin minum dulu."suruh Sena, ia tak mungkin mengusir lelaki itu setelah memberikan makanannya untuk dirinya. Lumayan, untuk menemani nanti nonton drakor.

Tak lama, Sena kembali dengan segelas jus Mangga. "Nih, diminum." Sena menyodorkan minuman itu, dan diterima hangat tentunya oleh lelaki itu.

"Lo sakit apa?"tanya Felix, mantan Sena yang berusaha untuk memperbaiki hubungan mereka. Meski Felix tau ujungnya akan seperti apa, namun tak ada salahnya kan ia memperjuangkan Sena kembali?

Ia benar-benar menyesal karna dulu menduakan Sena, bahkan lebih dari sangat. Jika ia mempunyai kesempatan kedua, maka ia tak akan menyia-nyiakan Sena untuk yang kedua kalinya.

"Cuma demam biasa."jawab Sena.

"Lix."panggil Sena.

Felix menoleh, ia mengangkat satu alisnya. "Kenapa?"tanyanya.

"Bisa gak, lo berhenti buat merjuangin gue?"pinta Sena, ia sudah jengah dengan keberadaan Felix yang terus mengganggunya.

Namun, Sena tak mau munafik jika ia masih merasa sayang pada Felix. Hanya sayang, tidak cinta. Cinta itu telah pergi bersamaan dengan orangnya dulu. Meninggalkannya hanya karna perempuan sialan itu.

"Gue gak bisa, lo pernah liat sendiri kan gue pernah berhenti merjuangin lo, tapi akhirnya?"tanya Felix.

"Kalo boleh jujur, gue akuin kalo gue nyesel Sen. Andai kalo lo ngasih kesempatan kedua buat gue. Gue janji gak bakalan sia-siain lo lagi."ucap Felix.

Sena menghembuskan nafasnya pelan, ia memejamkan matanya untuk mengusir rasa pening dikepalanya. Ayolah, Sena tak mau menyakiti Felix nantinya. Ia tak mau dianggap ia menyakiti Felix ketika ia menjalin hubungan dengan lelaki lain.

"Lo itu ganteng, baik, banyak yang nunggu lo diluar sana. Lo belum ngebuka hati buat orang lain, coba lo buka hati lo itu buat orang lain."ucap Sena.

Felix tersenyum tipis, entah mengapa dadanya merasa sakit ketika Sena menyebutnya dengan baik. Bahkan setelah ia menyakiti Sena, mantan kekasihnya itu masih bilang ia baik?

Seberuntung apa Felix sekarang jika ia dulu tak menduakan Sena? Didalam hati ia tertawa miris, penyesalan memang selalu datang diakhir. Dan sekarang, Felix sedang menikmati penyesalan itu.

"Gue tau lo masih sayang sama gue, iya kan?"tanya Felix.

Sena memalingkan wajahnya dari Felix, menahan air matanya yang ingin jatuh. Benar yang dikatakan Felix, meski rasa sayang itu masih ada namun Sena tak ingin jatuh ke lubang yang sama.

"Gue sayang sama lo, tapi rasa cinta gue ke lo udah pergi. Dimana lo ninggalin waktu itu, disaat itu juga cinta gue buat lo ikut pergi."ucap Sena.

Felix menghembuskan nafasnya pelan, ia mendekati Sena. Tanpa merasa takut, ia menarik Sena ke dalam pelukannya. Disaat itu juga Sena menangis dipelukan Felix.

"Lo jahat.."lirih Sena.

"Kemana dulu waktu gue butuhin lo? Dan sekarang, gue udah lupa dengan seenaknya lo kembali?"tanya Sena, ia memberontak untuk melepaskan pelukan dari Felix.

Namun tenaganya kalah jauh, tentu Sena kalah. Felix memeluknya dengan erat, hingga membuat Sena tak bisa memberontak.

"Jangan nangis, itu bikin dada gue sakit Sen."lirih Felix.

Sena menghapus air matanya, perlahan tangannya membalas pelukan Felix. Meremas Hoodie yang dikenakan oleh Felix sekarang.

Mereka terhanyut oleh pelukan hangat itu, hingga tak menyadari jika ada orang yang memperhatikan mereka. Azriel, lelaki itu tersenyum tipis melihat Sena yang menangis dipelukan Felix.

Tadinya, Azriel akan mengunjungi rumah Sena kembali untuk memastikan kondisi perempuan itu. Namun melihat pemandangan didepannya seperti ini, membuat Azriel paham jika Sena sudah sembuh. Mungkin?

Kembali memasang helmnya, Azriel meninggalkan tempat itu. Tentu pulang ke rumahnya, toh untuk apa ia berdiri disana? Hanya membuang waktu.

Sedangkan ditempat Sena, ia sudah kembali seperti semula. Berbicara menceritakan apa saja yang keluar dari bibirnya bersama Felix.

Hingga lelaki itu pamit untuk pulang karena hari sudah sore, Sena melihat kepergian Felix dari perkarangan rumahnya. Ia terlonjak kaget saat Jihan berada dibelakangnya.

Jihan mendekati Sena dan menangkup kedua pipinya. "Ih kenapa matanya bengkak? Nangis ya?"tebak Jihan.

Sena menggeleng. "Gapapa, masuk yuk ah. Katanya mau nonton drakor?"ajak Sena, mengalihkan pembicaraan.

Mata Jihan berbinar dan mengangguk. "Ayo."ajaknya.

Ditempat Azriel, ia menghempaskan tubuhnya ke kasur. Menatap langit kamarnya yang berwarna putih polos, entah kenapa pikirannya tertuju pada kejadian tadi.

Azriel menggeram kesal, ia bangkit dan mendudukkan tubuhnya. Mengusap wajahnya kasar.

Ting!

Ia merogoh saku celananya, merasakan mendapati notif.

Kayla :
El
Dokumen yang tadi disekolah lo bawa ke rumah?

Azriel :
Ya

Kayla :
Oh syukur deh, gue kira disekolah.
Emm, lo udah makan?

Azriel :
Gue udah makan, mandi, dan udah punya pacar.
Jadi stop ganggu gue kay, gara gara lo cewe gue ngambek. Sorry okay?

Kayla :
O-oh udah punya cewe ya? Sorry banget, gue gatau hehe.

Tanpa membalas pesan dari Kayla, Azriel membantingkan ponselnya hingga terdengar suara retakan. Moodnya saat ini sedang hancur, ia tak mau diganggu oleh siapapun.

Sialan, ini semua gara-gara Sena yang membuat dirinya memikirkannya.

•••

TBC

SHE IS MINE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang