01. DIHUKUM

7.1K 525 4
                                    

Hukuman, satu kata yang paling Sena sukai. Menurutnya, hukuman itu menyenangkan karna berkat hukuman Sena tak usah cape-cape mengamati guru didepan yang sedang menjelaskan berbagai materi. Oh ayolah, itu sangat membosankan. Sungguh.

Berbeda dengan orang lain, orang-orang akan menjauhi 'hukuman' itu dan lebih baik belajar dikelas. Berbalik banding bukan? Ya itu lah Sena, tidak mau sama dengan orang lain. Berbeda itu indah bukan? Maka dari itu ia selalu berbeda dengan orang-orang.

"Kamu itu gak cape dapet hukuman terus Sena?!"tanya Bu Rosna, selaku guru BK yang selalu menangani hukuman untuk murid satunya ini.

"Ibu itu udah cape ngasih hukuman ke kamu, semua hukuman udah pernah kamu cobain. Gak kapok?!"cerocos Bu Rosna.

Sena memundurkan kepalanya ketika guru didepannya ini berbicara sambil menunjuk-nunjuk. Tanpa merasa takut, Sena menurunkan telunjuk Bu Retna dari hadapannya itu.

"Udah Bu?"tanya Sena dengan nada santai.

"Kamu ini ngelawan terus."kesal Bu Rosna.

Lihat, bahkan Sena mencibir omongan gurunya itu. "Bu?"panggil Sena.

"Apa?!"sahut Bu Rosna garang.

Sena berdehem pelan sebelum melanjutkan ucapannya. "Ibu suka nonton drakor gak?"tanya Sena.

"Suka lah."jawab guru itu dengan nada sewot.

"Nah, gimana kalo nanti kita nonton drakor bareng? Lumayan bu, liat cogan ituloh cuci mata."ujar Sena menaik turunkan kedua alisnya.

"Daripada ibu marah-marah gak jelas, coba ibu pikir hukuman apa lagi yang mau kasih ke Sena? Kan udah dikasih semua."lanjutnya.

"Gak usah nyogok saya, meski pun saya suka nonton drakor saya gak akan pernah mau nonton drakor sama kamu."ucap Bu Rosna.

Sena memasang wajahnya sesedih mungkin. "Yah ibu mah gak asik."ujar Sena.

"Gak usah banyak omong, sekarang kamu berdiri disini sampe jam istirahat."ucap Bu Rosna, setelah mengucapkan itu ia pergi meninggalkan Sena yang berada dibawah terik matahari.

Rambutnya yang dikuncir kuda itu menoleh ke kanan dan ke kiri, jam pelajaran masih berlangsung. Hanya ada beberapa murid yang berkeliaran diluar, mungkin gurunya belum masuk?

Matanya memicing pada seseorang yang sedang berjalan di koridor, sedetik kemudian senyumnya mengembang saat mengetahui siapa lelaki itu.

"EL!"panggil Sena, ia berlari menghampiri lelaki itu. Masa bodoh dengan hukumannya. Toh bentar lagi akan memasuki jam istirahat.

"El!"teriak Sena, ia berlari kecil untuk menghampiri lelaki itu.

Sedangkan lelaki yang disebut El oleh Sena itu mengedarkan pandangannya mencari sumber suara. Saat melihat siapa yang memanggilnya, ia menghembuskan nafasnya berat. Perempuan itu lagi?

Sesampainya dihadapan El, Sena menyengir dan menyapanya. "Hai El."sapa Sena

Lelaki itu memutar bola matanya malas. "Udah berapa kali gue bilang, nama gue itu Fazriel bukan El."ucap lelaki yang sering disebut El oleh Sena.

"Bodo, temen temen lo aja pada manggil lo Azriel. Berarti gue juga bisa dong manggil lo El."kekehnya, pandangannya beralih pada tangan Azriel yang sedang memegang kertas.

"Itu apa?"tanya Sena, ia berjinjit karena tinggi badannya dengan Azriel berbeda jauh.

Azriel menyembunyikan kertas itu dibelakangnya, ia menatap tajam Sena. "Diem, gak usah kepo."ucap Azriel.

Sena mengerucutkan bibirnya sebal, padahal ia hanya ingin tau. "Tapi gue pengen tau El."rengek Sena.

Azriel melepaskan tangan Sena dari tangannya, perempuan itu tiba-tiba menggerakkan tangan kirinya. "Diem."desis Azriel.

SHE IS MINE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang