55. DESTINY

3.8K 397 73
                                    

Seorang lelaki berjas hitam yang tengah duduk dikursi kebanggaannya menatap fokus layar dihadapannya, tangannya bergerak aktif kesana kemari mengetikkan sesuatu. Sesekali ia memijat kepalanya yang terasa pening.

Karna lelah, ia menghempaskan tubuhnya pada belakang kursi. Menghembuskan nafasnya pelan, matanya terpejam menikmati kesunyian disekitarnya. Mata itu perlahan terbuka, pandangannya kini beralih pada jajaran gedung.

Ia bangun dari duduknya itu, kakinya melangkah pada kaca yang langsung menampilkan jalanan kota Jakarta. Matanya menatap fokus orang orang yang berlalu lalang dibawah sana.

Lelaki itu, Fazriel Arsellio Prasangga yang kini sudah menjabat sebagai direktur utama diperusahaannya. Menggantikan posisi sang ayah yang kini sudah pensiun, namun sesekali datang ke kantor untuk mengecek keadaan.

Azriel, lelaki itu lagi-lagi menghembuskan nafasnya pelan. Ia melepaskan kacamata yang bertengger dipangkal hidungnya. Kakinya kembali melangkah pada kursi kebanggaannya.

Lagi-lagi ia menghempaskan tubuhnya ke kursi itu, memejamkan matanya guna mengusir rasa pening dikepalanya. Ingatannya melayang pada beberapa tahun ke belakang, ia merindukan perempuan itu.

Perempuan yang dulu sering mengganggunya, hingga sampai akhirnya ia luluh. Perempuan itu berhasil mencairkan sifat dinginnya, bahkan perempuan itu juga berhasil mewarnai hidupnya.

Namun hanya karna satu kejadian yang membuat dirinya lupa ingatan, ia berhasil menorehkan luka dihati perempuan itu. Sehingga membuatnya pergi meninggalkan dia sendirian.

Ia ingat ketika kejadian itu, kejadian yang membuatnya ia melupakan separuh ingatannya. Sebuah truk yang melintas, lalu menabrak dirinya. Setelah itu yang ia rasakan hanya kesakitan di seluruh tubuhnya, bahkan ia merasakan remuk yang teramat sakit. Setelah itu, hanya pandangan gelap yang ia lihat. Namun samar samar, ia bisa merasakan bau anyir disekitarnya.

Apakabar perempuan itu? Dia sekarang dimana? Apa dia baik baik saja? Atau dia merindukan dirinya juga? Ah itu tidak mungkin, mungkin saja perempuan itu sudah mendapatkan lelaki yang lebih pantas kan?

Sudah empat tahun berlalu begitu dengan cepat, namun ia tetap tak bisa mendapatkan informasi secuil apapun mengenai perempuan itu. Matanya beralih pada sebuah foto bingkai, tangannya terulur untuk mengambil foto itu. Bibirnya tertarik menjadi sebuah senyuman tipis, difoto itu ada beberapa foto dirinya dan Sena. Sang pujaan hatinya dulu.

Ibu jari Azriel bergerak mengusap foto itu, foto dimana Sena yang sedang tertawa bahagia. Mengingatnya saja membuat dirinya sesak, pandangannya beralih pada pintu yang diketuk.

Azriel menyimpan foto itu, namun sebelumnya ia mencium foto itu. Lalu melontarkan kalimat. "Hopefully we can meet again someday."gumamnya.

Tok tok tok

"Masuk."

Pintu ruangan terbuka, menampilkan seorang perempuan yang berjabat sebagai sekretaris Azriel. Perempuan itu membungkuk sopan.

"Maaf pak, ada berkas yang harus bapak tanda tangani dibawah sini."ucapnya, lalu memberikan satu berkas berwarna map kuning kepada Azriel.

Tanpa lama Azriel mengambilnya dan memberi tanda tangannya. Lalu pandangannya menatap sekretarisnya itu.

"Apa jadwal saya setelah ini?"tanya Azriel.

"Ada rapat yang akan dimulai lima belas menit lagi pak."jawab Adelyn--sang sekretaris Azriel.

Azriel mengangguk. "Sekarang kamu boleh keluar."suruhnya, dan diangguki oleh Adelyn.

Azriel membereskan tumpukan berkas yang berada dimejanya. Lalu mematikan laptopnya yang menyala, kakinya melangkah pada kamar pribadi yang berada diruangan ini.

SHE IS MINE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang