27. PERTAMA KALINYA

2.7K 304 18
                                    

Dua minggu berlalu begitu dengan cepat, semenjak pembicaraan dirumah pohon lalu Sena menjadi lebih hati-hati. Bahkan teman-teman mengajaknya keluar pun ia menolak dengan alasan tidak diperbolehkan oleh Aska. Dan dua minggu itu juga Sena tak lepas dari teman-teman Azriel.

Tentang teror itu, Sena mendapatkan kembali. Namun kali ini ia belum berbicara pada Azriel, isi dari kertas itu benar-benar membuat Sena takut. Selama dua minggu belakang ini, Sena dan Azriel disibukkan dengan urusannya masing-masing.

Azriel yang sibuk mengurus untuk acara nanti, segala petunjuk ia arahkan. Sedangkan Sena ia sibuk berlatih dengan Satya. Well, keduanya kini semakin dekat. Dikarnakan selalu latihan bersama, bahkan Sena pernah berlatih dirumah lelaki itu. Tentu dengan ijin dari Azriel.

Azriel percaya jika Sena hanya berlatih, toh jika Sena benar-benar menyayanginya tidak akan berbuat selingkuhkan?

Saat ini, Sena berjalan di koridor sekolah. Tadi ia mengantarkan buku yang kemarin ia pinjam dari perpus, sesekali bibirnya bersenandung kecil. Jam sudah menunjukkan pukul 11.10 yang artinya istirahat baru saja berakhir 10 menit yang lalu.

Karna belum ada guru yang masuk, Sena mengantarkan buku itu terlebih dahulu. Agar nanti ia langsung bisa pulang. Langkahnya terhenti, ia memundurkan langkahnya saat mendengar suara yang tak asing.

"Sampai kapan?"

"Gak tau, tunggu aja nanti."

"Tapi Lo janjikan? Kita udah omongin ini semalem."

Sena bisa mendengar jika salah satu orang itu menghembuskan nafasnya kasar. Mengerutkan keningnya ketika orang itu kembali berbicara.

"Gue gak janji, lagian ini bukan kemauan gue."

"Tapi tetep aja kita udah omongin semalem."

"Jangan paksa gue, gue bisa aja ngeberontak."

"Yaudah iya, gue tunggu kabarnya. Jangan lama-lama, Lo tau sendiri kan konsekuensinya kalo Lo terlalu lama?"

"Ya."

Sena menegang, langkahnya kembali berjalan cepat meninggalkan ruangan itu. Ia mendengar suara langkah yang seperti akan keluar, maka dari itu ia meninggalkan tempat itu.

Sesampainya dikelas, Sena meminta maaf pada sang guru yang sudah masuk kedalam kelas. Ia duduk disamping Jihan, perempuan itu sedang mencoret-coret buku belakangnya.

Kepalanya menoleh melihat perempuan yang baru memasuki kelas. Luna. Perempuan itu mendudukkan dirinya, saat guru menanyakan darimana perempuan itu menjawab dari kamar mandi.

Sena menatap ke samping, dimana Luna yang kini sedang membuka buku. Merasa diperhatikan, Luna menoleh. Bibirnya terangkat menjadi sebuah senyuman.

"Ada yang Luna bisa bantu sen?"tanya Luna.

Sena mengerjapkan matanya, lalu menggeleng. Pandangannya kini beralih ke depan. Dikepalanya, suara itu terngiang-ngiang kembali. Seperti tak asing.

Luna menyeringai. "Ehem maaf kalo Luna lancang. Tadi Luna liat Azriel sama cewe, mereka berdua keluar dari ruangan musik."ucap Luna, matanya menatap Sena yang kini kembali menatapnya.

"Maksud Lo?"tanya Sena.

"Azriel tadi sama cewe keluar dari ruangan musik, Luna kira dia sama Sena taunya bukan."

"Siapa?"tanya Sena to the point.

Luna mengangkat bahunya acuh. "Luna gak tau, cewe itu kaya dari kelas IPS. Soalnya penampilannya beda sama penampilan kelas IPA."

SHE IS MINE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang