16. RESTU

4.2K 430 58
                                    

Sena terbangun ketika sang suara ibu meneriakkinya, ia mengerjapkan matanya berkali-kali lalu mengambil ponsel disampingnya. Ah jam menunjukkan pukul 16.30, artinya ia tertidur saat menonton drakor tadi.

Cklek

Sena mengintip dengan sebelah mata, ia melihat adiknya yang berjalan menghampirinya. "Bangun pemalas."ujar Aksa.

Sena memutar bola matanya malas. "Diem napa sih? Masih ngantuk juga."

Aksa mengernyitkan dahinya. "Mandi ishh, bau tau. Masa ada pacarnya malah tidur?"ucap Aksa, hal itu membuat Sena yang tadinya terpejam kini menjadi membuka sempurna.

"Pacar? Siapa?"tanya Sena.

"Eungg kak Azriel."jawab Aksa.

Sena bangun dari tidurnya, ini masih sore dan Azriel sudah datang? Yang benar saja, bahkan Sena belum mandi.

"Dimana?"tanya Sena, ia turun dari kasurnya dan buru-buru merapihkan pakaiannya. Masa bodo jika belum mandi.

"Diluar, lagi ngomong sama papi."

Tanpa lama, Sena berlari kecil menuruni tangga. Langkahnya terhenti ketika melihat dua lelaki yang sedang berbincang diruang tamu, Sena mengernyitkan dahinya ketika Azriel sesekali tertawa kecil. Apa lelaki itu tidak gugup bertemu dengan papinya?

"Bengong mulu, mandi dulu sana."

Sena tersentak, ia menoleh ke samping dan melihat Yura yang sedang membuatkan minuman. Tidak salah lagi, pasti untuk Azriel.

Ada benarnya juga, lebih baik Sena mandi terlebih dahulu. Biarkan saja lelaki itu berbicara dengan Aska, toh tidak ada kecanggungan ini.

Sedangkan ditempat Azriel, sedari tadi ia mendengarkan ucapan Aska. Menceritakan masa kecil Sena tentunya, namun ia seperti tak asing saat mendengar cerita itu. Ditambah dengan wajah lelaki paruh baya dihadapannya ini.

Untuk sekarang, Azriel masih ragu untuk mengungkapkannya. Mungkin ia akan mencari bukti terlebih dahulu?

"Jadi kamu gak sekelas sama Sena?"tanya Aska, ia menyeruput kopi yang telah dibuat Yura tadi.

Azriel mengangguk. "Enggak om, cuma beda satu kelas."jawab Azriel, jujur saja ia tak merasa gugup atau pun semacamnya.

"Kamu pacarnya Sena?"tanya Aska menatap Azriel, sedangkan Azriel langsung mengangguk tanpa memikirkan. Toh emang benarkan jika dirinya dan Sena sepasang kekasih?

Aska mengangguk-anggukkan kepalanya tanda mengerti. "Manggilnya papi aja, jangan om. Itu terkesan kaya udah tua banget."ujar Aska, Yura yang baru saja duduk disamping Aska mendelik sinis. Tidak tau umur, sudah tua bukannya sadar diri malah menolak.

"P-papi?"ujar Azriel.

"Nah, iya papi. Ke istri papi juga harus mami manggilnya jangan Tante."balas Aska.

"I-iya."sahut Azriel, merasa belum terbiasa dengan panggilan itu.

Aska menepuk pundak Azriel pelan. "Jagain putri papi ya? Jangan sampe kamu buat kecewa, dia putri papi satu-satunya. Meski pun nakal gitu, papi yakin kalo didalam hatinya Sena baik."

Azriel mengerjapkan matanya berkali-kali sebelum mengangguk. Menjaganya ya? Tentu saja, Sena sudah menjadi miliknya. Mana mungkin ia membiarkan para lelaki menggoda miliknya begitu saja.

"Sebenernya papi tuh kaya gak asing gitu sama muka kamu."ucap Aska, yang membuat Azriel mengerutkan keningnya.

"Maksudnya?"tanya Azriel tak paham.

"Sena punya temen waktu kecil, namanya Azriel sama kaya nama kamu. Cuma waktu itu Sena belum lancar ngomongnya masih cadel, jadi dia manggil nama temennya itu Azlil."

SHE IS MINE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang