31. AILEEN

2.6K 280 27
                                    

Hari Minggu, jam masih menunjukkan pukul sepuluh namun perempuan yang memiliki nama Sena itu kini telah bersiap. Hari ini Sena akan keluar,  tentu saja dengan Satya. Siapa lagi?

Azriel? Tidak tidak, ia masih mendiamkan lelaki itu. Ia ingin memberi hukuman pada lelaki itu untuk beberapa hari, setelahnya ia akan berbicara serius dengannya.

Ponsel bergetar, tertera dilayar ponsel ada pesan dari Satya. Memberitahu jika lelaki itu sudah ada didepan rumah Sena, tanpa lama ia keluar dari kamar. Menuruni satu persatu anak tangga, bertepatan saat itu Sena melihat Aska yang telah bersiap-siap.

Langkah Sena terhenti. "Papi mau kemana?"tanya Sena.

Aska menoleh, menemukan sang anak yang sudah rapih. "Lah kamu mau kemana?"tanya balik Aska.

Sena melongo. "Ih kok nanya balik? Kan pertanyaan Sena belum dijawab."

"Papi mau kerumah Oma. Kamu mau kemana?"tanya Aska.

"Sena mau keluar, mau main."

Aska menganggukkan kepalanya. "Tadinya papi mau ngajakin kamu ke rumah Oma "ucap Aska.

"Emm nanti deh Sena nyusul ke rumah Oma, lama kan disana?"tanya Sena.

Aska mengangguk. "Udah sana pergi, nanti keburu siang."

Sena mengangguk. Ia mengambil tangan Aska dan mengecupnya. "Sena berangkat dulu ya Pi."

"Hm, hati-hati."

Sena berlari kecil, ia menemukan Satya yang duduk diatas motor. "Satyaaa."panggil Sena, ia memamerkan gigi rapihnya.

Satya mendongakkan kepalanya, ia membalas senyuman Sena.  "Udah siap?"tanya Satya.

Sena mengerjapkan matanya berkali-kali, melihat penampilan Satya. Baju putih dibaluti dengan jaket berwarna army, memakai celana jeans hitam membuat lelaki itu bertambah tampan.

"Sen?"

Sena tersentak, ia mengerjapkan matanya berkali-kali dan tersenyum kaku. "Ayo, nanti keburu siang."ajak Sena.

Satya mengangguk, ia memberikan satu helm pada Sena. Serasa sudah siap, Sena naik ke atas motor Satya.

Melajukan motornya dengan kecepatan sedang, membelah kota Jakarta yang menuju siang hari. Tujuan mereka saat ini adalah mall, mereka akan menonton film yang baru keluar.

Tentu Sena yang mengajak lelaki itu, dan diakhiri dengan setuju oleh Satya. Lajuan motor mulai memelan dikarnakan jalanan mulai macet,  Satya menaikkan kaca full face nya. Sedangkan Sena, ia memperhatikan jalanan yang macet.

"Aus gak?"tanya Sena, ia sedikit mencondongkan badannya ke depan. Mana mungkin ia berteriak ditengah kemacetan seperti ini, bisa bisa dianggap gila.

Satya menoleh, lalu menggeleng. "Lo aus? Kalo iya nanti kita berhenti dulu di supermarket depan, mau?"tanya balik Satya, ia sedikit menolehkan wajahnya ke samping.

"Boleh, berhenti dulu ya? Gue aus."jawab Sena, dan diangguki oleh Satya. Perlahan motor Satya kembali melaju, menembus kemacetan.

Dilain tempat, satu mobil yang masih berhenti. Bahkan klakson dari belakang sudah saling berbunyi menandakan untuk segera maju.

Azriel, lelaki itu mencengkram erat kemudi ketika melihat Sena dan Satya. Posisi mereka bersampingan, jelas Azriel tau. Bahkan ketika mereka berbicara pun Azriel mendengarnya. Ia melihat motor Satya yang perlahan menjauh.

"Azriel?"

Azriel menoleh, mengangkat satu alisnya. "Apa?"

SHE IS MINE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang