45. KONSER DADAKAN

2.5K 317 40
                                    

Sena memasang tali sepatunya dengan tak semangat, bahkan wajahnya terlihat murung beberapa hari ini. Entahlah, moodnya sedari kemarin sedang kacau. Apalagi mengingat kejadian kemarin dirumah sakit.

Ya lelaki itu sudah diperbolehkan pulang, sepertinya lelaki itu juga sudah masuk sekolah. Diingat lagi jika lelaki itu sudah hampir dua minggu meninggalkan sekolahnya. Siapa lagi jika bukan Azriel?

"Udah sayang?"

Sena mendongakkan kepalanya, sang ayah yang kini sedang menunggu dirinya. Jangan lupakan dengan sang istri tercintanya yang berada disamping, tanpa lama ia mengangguk lalu berdiri dari duduknya.

"Hati-hati ya dijalannya."ujar Yura tersenyum.

"Iya mi."

Bukan, bukan Sena yang menjawab melainkan sang adiknya yang berada di samping.

"Yaudah gih berangkat, nanti keburu siang."

Aska dan kedua anaknya mengangguk bersamaan, sebelum pergi tentu Aska melakukan ritualnya. Mencium kening sang istri, anggap saja itu sedang mengisi energinya.

"Udah deh gak usah bucin, masih pagi ini."ketus Sena, jengah melihat keromantisan kedua orangtuanya.

"Sirik aja."celetuk Aksa, bibirnya mencibir atas perkataan sang kakak barusan.

Sena menatap jengkel pada Aksa, tanpa lama ia melangkahkan kakinya terlebih dahulu ke mobil dan diikuti oleh Aksa yang berlari kecil.

"KAKAK TUNGGUIN."teriak Aksa.

Yura dan Aska terkekeh melihat kelakuan anaknya itu, tanpa lama Aska menyusul kedua anaknya. Mobil melaju pelan meninggalkan perkarangan rumahnya itu.

Sesampainya di sekolahan, tanpa lama Sena menyalimi Aska. "Eh tunggu dulu."cegah Aska saat melihat anaknya akan keluar.

"Apa pi?"tanya Sena.

"Uang jajan masih ada kan?"tanya balik Aska.

Sena mengerutkan keningnya. "Ada kok, malahan masih banyak. Kenapa emangnya?"

"Gapapa, papi cuma mastiin doang. Kalo abis bilang ya?"ucap Aska.

"Jangan dikirim terus-terusan pi, yang kemarin aja masih gak kepake masa udah dikirim lagi?"tanya Sena.

"Ya emang kenapa? Kamu gak suka papi kirim uang?"tanya balik Aska.

Sena mengerjapkan matanya. "Bukan gitu loh."

"Terus apa? Ya bagus papi kirim kamu uang, nanti kalo tiba-tiba uang kamu abis mau gimana? Mau ngamen dijalanan kamu? Ga ya, jangan malu-maluin papi."ujar Aska, pasalnya ia tak mau melihat sang anak kekurangan uang. Tentu anaknya itu harus tercukupi, lalu jika tidak dihabiskan selama ini Aska bekerja mencari uang untuk apa?

"Y-yaudah lah terserah papi, Sena ke dalem dulu. Hati-hati dijalannya, bye."

Aska menggelengkan kepalanya, tanpa lama ia menyuruh sang sopir untuk kembali menjalankan mobilnya.

"Pi."

Merasa dipanggil, Aska menoleh ke belakang dimana anak bungsunya memanggil.

"Apa boy?"

"Tabungan Aksa gamau ditambahin kaya kak Sena?"tanya Aksa.

"Lah yang kemarin abis?"tanya balik Aska.

"Enggak sih, masih ada. Tapi kan Aksa mau kaya kak Sena."

Aska terkekeh mendengar ucapan anaknya itu, lalu mengangguk. "Nanti papi kirim ke no rek kamu."

SHE IS MINE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang