03. SENA BERULAH

4.5K 419 1
                                    

Suara gaduh, berisik, dan pukulan kini terdengar jelas ditelinga warga yang melewati jalan itu. Sesekali mereka menonton adegan itu yang seharusnya tak patut untuk ditonton. Perempuan berkuncir satu, tubuh yang dilapisi jaket levis crop dan celana jeans berwarna hitam kini berusaha melawan musuhnya.

Jangan salahkan dirinya, musuhnya sendiri yang mencari masalah dengan dirinya. Toh ia dan teman-temannya hanya diam, tapi mengapa mereka menyenggolnya?

Mau tak mau Sena melawaninya, karna jika diam pasti akan diinjak terus. Sesekali berolahraga siang tak apa kan? Sudah lama juga ia tak berolahraga.

Iya, perempuan itu adalah Sena. Siapa lagi? Sesuai dengan ucapannya ditelepon tadi, ia langsung menghampiri teman-temannya itu.

Tubuh Sena terhempas jauh ketika temannya mendorongn ke arah kanan, Sena menggeram kesal karna musuhnya itu melawan dari belakang. Ia berterima kasih pada Netha, teman yang tadi membantunya.

Tanpa lama Sena memukul lawannya itu tanpa menggunakan apapun, berbeda dengan lawannya itu yang menggunakan barang. Tangan Sena memutar tubuh lawannya sehingga terdengar retakan tangan.

Ia bersmirk, lalu menghempaskan lawannya ke samping. Menyebabkan sang lawan meringis kesakitan, Sena menghampiri musuhnya itu yang berstatus ketua mungkin? Karna ia sendiri pun tidak tau.

"Nyali kecil jangan so-soan buat ngajakin berantem, bodoh."ujar Sena yang berjongkok dihadapan lawannya itu.

"Tunggu b-balesan uhuk gue na-nanti."

"Balesan kaya gimana? Lo aja lembek kaya gini mau bales?"tanya Sena dengan tawa ejekannya itu.

Ia berdiri, melihat ke empat temannya yang diam berdiri tak jauh darinya. Mengkode untuk pergi, dan diangguki oleh mereka.

"Lo yang bawa mobil Neth."suruh Sena, ia melempar kunci mobilnya pada temannya itu.

Didalam mobil, ia memejamkan matanya sambil mendengar ocehan teman-temannya itu yang entah membahas apa.

"Mau kemana?"tanya Netha menoleh ke samping, mendapati Sena yang memejamkan matanya. Namun ia tau, jika temannya itu tak tidur. Hanya sekedar memejamkan matanya.

"Rumah lo aja, bonyok lo gak ada kan?"tanya Sena.

"Enggak, mereka lagi pergi ke luar kota."jawab Netha.

"Bagus."ujar Sena.

Hanya membutuhkan waktu 20 menit untuk sampai ke rumah Netha, ia memarkirkan mobilnya dihalaman rumahnya yang luas. Lima perempuan itu memasuki rumah yang bernuansa putih, langsung berlari kecil menaiki tangga untuk menuju kamar Netha.

Sena menghempaskan tubuhnya ke kasur Netha, ia menatap langit-langit kamar itu. Wajahnya sedikit memar karna mendapati pukulan dari lawannya.

"Neth, obat P3K dimana?"tanya Sena yang kini sudah memposisikan tubuhnya duduk.

Netha yang membuka jaket pun terhenti. "Tunggu, gue ambil dulu."ujar Netha.

Sena menatap ketiga temannya yang sedang bermain game dengan posisi melingkar. Memang, yang memiliki wajah dewasa disini hanya dirinya dan Netha. Sena mengucapkan yang jujur kok, karna ketiga temannya itu memiliki wajah yang imut. Sehingga banyak orang menilainya pendiam, tidak tau saja mereka jika ketiga temannya itu stress jika sedang berkumpul.

Hanya ada orang polos diantara mereka, Jihan. Perempuan yang bernama Jihan sekaligus teman kecil Sena, sudah pasti Sena mengetahui sifat Jihan. Bertahun-tahun mereka berteman, mungkin bisa disebut sebagai sahabat jika dengan Jihan?

"Nih." Netha melemparkan obat P3K itu pada Sena, untung saja Sena langsung menangkapnya dengan sempurna.

"Bangsat."umpat Sena.

Sena mengambil kaca kecil, menyimpannya diatas nakas yang memperlihatkan wajahnya yang memar-memar.

"Bisa abis gue sama nyokap."gumam Sena saat melihat kondisi wajahnya.

•••

Sena berjalan mengendap-endap untuk menuju ke kamarnya, jam menunjukkan pukul 7 malam. Tadi ia tertidur dirumah Netha, tanpa lama Sena langsung pulang saat melihat beberapa telefon dan pesan dari Yura.

Sena menghembuskan nafasnya lega. "Aman."ucapnya, ia mengelus dadanya itu dengan tersenyum.

"Apanya yang aman?"

Tubuh Sena menegang, perlahan iya membalikkan badannya. Menyengir tanpa merasa bersalah, menghampiri sang ayah yang kini sudah menyimpan kedua tangannya didada.

"Jam berapa ini?"tanya Aska melihat pergelangan tangannya.

"Errr jam 7."jawab Sena.

"A-awww sakit pi!" Sena meronta untuk melepaskan tangan sang ayah dari telinganya.

"Kamu itu perempuan, pulang malem terus. Terus tadi apa pake berantem segala?"tanya Aska.

"Aaaa iya lepas dulu, sakit tau!"ujar Sena.

Aska melepaskan jewerannya pada anaknya itu. "Sena cuma ladenin doang kok, orang mereka yang duluan."ucap Sena.

"Terus kenapa diladenin?"tanya Aska.

"Y-ya kan Sena gemes gimana gitu sama itu orang."balas Sena.

"Jangan berantem lagi, atau papi sita semua fasilitas kamu. Kamu tau kan kalo nenek sama oma kamu denger cucu kesayangannya itu berantem?"tanya Aska.

Mata Sena membulat, mana bisa fasilitasnya diambil begitu saja. A-ahh, mendengar kata nenek dan Oma membuat Sena bergidik ngeri. Jangan sampai berita ia berantem bisa terdengar ke telinga mereka.

"Iya-iya, kalo gak lupa."ujar Sena, namun memelankan suaranya diakhir.

"Masuk ke kamar, bersihin badan terus makan. Abis itu istirahat."ucap Aska, ia melenggang pergi meninggalkan Sena yang masih menggerutu.

"Sialan, gara gara si jamet jadi gue yang kenanya."gumam Sena.

Sesampainya dikamar, Sena langsung membersihkan badannya yang terasa lengket. Badannya masih terasa remuk, untung saja memar tadi sudah sedikit pudar.

Tring!

Jihan :
Senaaa
Sena udah pulang? Maaf ya tadi Jihan ninggalin Sena
Tadi Jihan dijemput duluan sama kak Atha hehe

Sial, ternyata Atha yang menjemput Jihan? Tau begitu Sena tak usah khawatir pada sahabatnya itu. Bukan karna apa, Jihan itu mempunyai otak polos. Disogok oleh permen lollipop saja ia langsung mau. Bagaimana jika orang itu ada niat jahat? Membayangkannya saja membuat Sena bergidik ngeri.

Sena :
Hm

Merasa gerah, ia melemparkan ponsel itu ke kasurnya. Mengambil handuk, berendam sedikit tak masalah bukan?

•••

Don't forget vote komen!

SHE IS MINE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang