09. PENGGANGGU

3.9K 396 5
                                    

Azriel menatap ponselnya yang kini sudah retak, bahkan ponsel itu tak bisa dinyalakan. Masa bodo, jika ada keperluan ia masih bisa menggunakan laptopnya. Toh diponselnya itu tak banyak yang penting, hanya beberapa pesan dari orang pengganggu.

Jam menunjukkan pukul delapan malam, hari ini adalah malam minggu. Malam yang menyebalkan untuk seorang jomblo yang hanya berdiam dirumah. Ia membuka laptopnya untuk memeriksa tugas yang diberi oleh pak Lili, guru pembimbing OSIS itu menyerahkan tugas pada Azriel.

Mau tak mau Azriel mengerjakannya, mau bagaimana lagi? Ini sudah kewajibannya sebagai ketua OSIS. Ternyata menjadi ketua OSIS itu tak semudah yang dibayangkan Azriel. Tugas menumpuk, pergi pagi pulang sore, begadang untuk mengerjakan tugas yang diberi, dan harus mengurus anak berandalan di sekolahnya. Memberi hukuman pada anak nakal disekolahnya tak mudah, banyak orang pembangkang ketika diberi hukuman.

Kadang Azriel berpikir, apa enaknya menjadi anak nakal? Dan jika tidak mau diberi hukuman, setidaknya jangan membuat masalah. Itu membuat tugas Azriel bertambah. Belum setiap pagi ia harus berdiri didepan gerbang untuk mengecek satu satu murid yang akan masuk. Meski dibantu oleh beberapa OSIS, tetap saja ia merasakan lelah.

Merasa beres semua, Azriel menyambar jaketnya untuk keluar. Ia dirumah sendiri, orangtuanya ada pekerjaan keluar kota. Tak lupa mengunci rumahnya, ia mengelus motornya dari garasi

Tujuannya saat ini adalah cafe yang tak jauh dari rumahnya, ia juga mengajak teman-temannya untuk berkumpul.

Sesampainya di cafe, ia memilih tempat diluar agar bisa menghirup udara segar. Ia memesan terlebih dahulu karna tenggorokannya yang kering. Tiba-tiba pikiran Azriel melayang pada kejadian dimana saat ia menjenguk Sena.

Ia tak sengaja melihat sebuah boneka, boneka itu seperti tak asing baginya. Memejamkan matanya untuk berpikir--hingga tubuhnya menegang.

Flashback on

Azriel menatap sendu rumahnya yang kini kosong, rumah itu akan ia tinggalkan karna harus pindah. Entah berapa lama Azriel akan meninggalkan rumahnya itu, yang jelas ia tak akan melupakan kenangan dirumah ini.

"Azlil!!!"

Azriel membalikkan badannya, ia tersenyum lebar melihat Sena yang berlari menghampirinya. Sena terlihat begitu cantik menggunakan baju snow white ditambah bondu berwarna merah dikepalanya.

"Kok Azlil ndak datang ke ulang tahunnya Cena? Padahal Cena udah nunggu Azlil."ucap Sena cemberut.

Azriel yang melihatnya terkekeh geli. "Maaf ya ndak bisa dateng, Azlil harus bantuin mama buat belesin balang."ucap Azriel.

Sena mengerutkan keningnya. "Belesin balang? Emang Azlil mau kemana toh?"tanya Sena.

"Azlil mau pindah, Azlil halus ikut papah."

Mata Sena berkaca-kaca, bibirnya mengerucut sebal. "A-azlil j-jangan ikut huweeeee!!"

"Senaaa!"

Yura menghampiri Sena diikuti dengan Aska dibelakangnya, Yura membawa anaknya itu kedalam pelukannya. Dibelakang Azriel, ada orangtuanya yang menatap sendu Sena. Mereka tau jika Azriel dan Sena pernah membuat janji untuk tidak saling meninggalkan, namun bagaimana lagi?

"B-bunaaaa Azlil na mau pelgiii hikss."

"Ssttt, udah ya sayang jangan nangis? Sena kan sekarang lagi ulang tahun. Masa nangis?"tanya Yura, ia menghapus air mata di kedua pipi Sena.

SHE IS MINE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang