56. KEBERUNTUNGAN

4.1K 381 57
                                    

Azriel membuka matanya ketika ia merasakan usapan dirambutnya, keringat dingin membanjiri keningnya. Azriel sontak mendongakkan kepalanya, ia menatap perempuan yang kini sedang menatapnya juga.

"Kenapa?"tanya Sena, tangannya terulur untuk menghapus keringat dikening lelaki itu. Sebenarnya, ia bisa merasakan tubuh Azriel yang sedari tadi tak bisa diam dipelukannya. Entah apa yang dimimpikan oleh lelaki itu, yang jelas Sena mendengar samar samar jika lelaki yang berada dipelukannya ini menyebutkan namanya berkali-kali.

Azriel menggeleng, kini tangannya lebih memeluk erat pinggang perempuan itu. Menelusupkan wajahnya pada dada perempuan itu, Sena yang bingung pun hanya diam membiarkan lelaki jangkung dipelukannya ini bergerak senyamannya.

Sena mengernyitkan dahinya ketika ia mendengar isakan kecil, tangannya terulur untuk melepaskan lingkaran tangan dipinggangnya.

"Kok nangis?"tanya Sena setelah melihat wajah Azriel yang memerah, dirinya terkekeh geli melihat kondisi wajah Azriel saat ini. Dimana wajah dingin nan garang itu?

Azriel menatap Sena dengan tatapan kesal, ia menarik tubuh Sena kembali dan menyembunyikan wajahnya didada perempuan itu. Sena yang melihatnya tertawa kecil.

"Apa sih El kok nangis gini? Gue kan gak jadi perginya."ujar Sena, tangannya terus mengusap rambut lelaki itu.

Azriel menggeleng, lalu mengeratkan pelukannya pada Sena. Membuat Sena kewalahan sedikit dan susah bernafas, ayolah ia juga butuh pasokan udara.

"El longgarin pelukannya! Gue susah nafas ih."ujar Sena kesal, Azriel yang mendengarnya melonggarkan pelukannya itu.

"Jangan pergi lagi."cicit Azriel pelan, Sena yang mendengar mengerutkan keningnya.

"Pergi kemana? Kan gue disini sama lo."jawabnya, namun dijawab gelengan oleh Azriel.

"Pokoknya jangan pergi."kekeh Azriel, ia mendongakkan kepalanya menatap wajah Sena.

Sena membulatkan matanya ketika melihat wajah Azriel yang sembab dan memerah. "Kok kaya anak kecil gak dikasih balon sih? Lo juga kenapa? Lo mimpi apaan tadi?"cerocos Sena, membuat Azriel menatapnya sebal.

"Gue mimpi lo kawin, puas?!"ucapnya dengan nada sebal, Sena yang mendengarnya tertawa terbahak-bahak.

"Mimpi macam apa itu?"tanyanya setelah meredakan tawanya.

Azriel mengangkat bahunya acuh, lalu dirinya kembali mendusel dileher perempuan itu. Sena membulatkan matanya ketika ia merasakan Azriel menggigit lehernya.

"Sakit bego."ujar Sena, ia menjauhkan kepala lelaki itu dari lehernya.

Azriel melihat leher Sena yang sedikit kemerahan, tak lama Azriel tersenyum bangga. "Udah gue tandain kalo lo itu milik gue."ucap Azriel, tangannya terulur mengusap tanda merah dileher perempuan itu.

"Bego, gak digigit juga."kesal Sena.

"Ya emang kenapa?"tanya Azriel, dirinya kembali menelusupkan wajahnya pada leher perempuan itu. Menghirup aroma milik Sena yang belakangan ini menjadi candunya.

"Gue gak jadi tinggal aja nangis, apalagi kalo gue beneran pergi."balas Sena, Azriel yang mendengarnya sontak menatap Sena dengan tatapan garang.

"Itu artinya Tuhan masih ngerestuin hubungan kita, ditakdirin jadi jodoh."ucap Azriel, membuat Sena yang mendengarnya memasang ekspresi seolah-olah ingin muntah.

"Geli, awas ah."ujar Sena, ia melepaskan tangan Azriel yang melingkar di pinggangnya.

Azriel menggeleng keras. "Gak mau, lo pasti mau kabur kan ngejar pesawat itu?"tanya Azriel cemberut, Sena yang melihatnya tersenyum jahil.

SHE IS MINE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang