52. PACKING

2.6K 321 49
                                    

Sena memasukkan semua keperluannya ke dalam koper, tersisa satu koper lagi yang harus ia isi. Menghembuskan nafasnya pelan, ia membaringkan tubuhnya ke kasur. Matanya mengelilingi kamar ini, 17 tahun sudah ia menempati kamar ini. Namun akhirnya, ia juga harus meninggalkannya.

Jam menunjukkan pukul 06.21, masih pagi bukan? Namun dirinya sudah mengemaskan semua barang barang dikamarnya ini ke koper.

Pintu kamar terbuka, menampilkan sosok wanita cantik. Matanya beralih pada koper sang anak, lalu pandangannya beralih pada anaknya yang sedang membaringkan tubuhnya di kasur.

Yura, wanita itu menghembuskan nafasnya pelan. Langkahnya perlahan membawa ia ke kasur anaknya. "Sayang, duduk dulu."

Sena tersentak kaget, sontak ia langsung duduk dan memegang dadanya. "Ngelamun terus."ujar Yura.

Sena tersenyum kaku. "Ada apa mi?"tanya Sena, ia menatap manik mata sang ibu.

"Kamu yakin?"tanya Yura, tangannya terulur untuk mengelus rambut Sena.

"Yakin mi, do'ain Sena disana supaya jadi anak baik ya? Biar Sena bisa jadi orang sukses, ngebahagiain mami, papi, sama Aksa."jawab Sena, bibirnya tertarik menjadi sebuah senyuman.

Yura yang mendengarnya tersenyum haru. Semalam, saat Sena pulang ia melihat raut wajah anaknya itu yang muram. Bahkan Sena meminta Yura untuk memanggil Aska, tentunya untuk membicarakan pendidikannya diluar negri sana.

Sempat berdebat, Aska yang keras kepala begitu juga dengan Sena. Yura yang mendengarnya sempat jengah, namun perlahan ia memberi pengertian pada suaminya itu. Sampai akhirnya, Aska mengijinkan anaknya itu untuk melanjutkan pendidikannya diluar negeri.

Dengan cepat Sena mengabari Omanya itu, tentu yang langsung dipesankan tiket oleh Ayu. Dan ya, sore nanti Sena akan take-off.

"Jaga diri baik baik disana ya? Inget, pergaulan disana sama disini itu beda. Mami gak mau kalo kamu sampe terjerumus ke hal begituan, pokoknya kamu disana bener bener belajar. Jangan pernah kecewain kepercayaan mami sama papi ya?"ujar Yura panjang lebar, ia menatap sendu anaknya. Dalam beberapa jam lagi, ia tak akan melihat wajah anaknya itu untuk beberapa tahun ke depan.

"Mami harus percaya sama Sena ya, Sena disana bakal bener bener jadi anak sukses. Biar mami, papi, sama Aksa bangga sama Sena."ujarnya, membuat Yura yang mendengarnya terkekeh kecil diiringi air mata yang jatuh ke pipinya.

Sena yang melihatnya terulur untuk menghapus air mata sang ibu. "Mami jangan nangis, Sena janji kalo Sena bakal sering sering kabarin mami disana."ujar Sena, setetes air mata menuruni pipinya.

"Kamu itu anak perempuan mami satu satunya, bahkan kamu itu satu satunya cucu perempuan dikeluarga Adhitama sayang, jadi pantes kalo mami sedih kaya gini. Tujuh belas tahun mami besarin kamu, dari mulai jalan, ngajarin kamu bicara, baca, nulis. Tapi sekarang, udah gede aja. Bahkan udah bisa pacaran."ucapnya terkekeh.

"Dulu kamu ngomong S sama R aja masih cadel, gaya gayaan kangen sama Azriel."ujar Yura, ucapannya barusan membuat Sena terdiam. Namun ia tersenyum tipis.

"Mi."panggil Sena.

"Apa sayang?"

"Wakilin Sena buat dateng ke pertunangan El ya?"pinta Sena.

"Loh tunangan? Tunangan sama siapa?"tanya Yura mengerutkan keningnya, yang ia tahu hanya hubungan mereka berakhir.

"Luna."jawab Sena.

"Jadi kamu putus gara gara ini?"tanya Yura, dan diangguki oleh Sena.

Tidak, jangan berpikiran jika Sena tidak mau datang ke pertunangan Azriel dan Luna. Hanya saja waktunya yang terlalu mepet, sehingga membuat Sena tak bisa datang ke acara itu. Jika ia datang terlebih dahulu ke acara itu, bisa-bisa ia ketinggalan pesawat.

SHE IS MINE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang