10

221 163 102
                                    

Bugghhhhkk... Bugghhhhkk... bugghhhhkk...

Tiga pukulan dengan sekuat tenaga berhasil lolos ke rahang kokoh milik Rangga . Sudut bibir yang mulai bercucuran darah tak serta-merta menghentikan aksi tonjok menonjok itu .

Rangga menyeka darahnya yang bercucur di sudut bibirnya , ia melihat ke arah lawannya yang mulai menurun kan tangannya dan mengatur nafasnya . Ia tak membuang waktu , ia langsung mengambil kerah lawan dengan kasar dan menonjok rahang lawan dengan seimbang seperti yang di terimanya .

Bugghhhhkk... bugghhhhkk... bugghhhhkk ....

"Sepertinya itu sudah cukup" ucap Rangga lalu mengambil tasnya yang sempat terjatuh ke lantai , tapi saat hendak kembali ke kamarnya ia di cegah oleh omongan seseorang .

"Jangan pernah nyakitin Bella." ucap Rendi .

Yah laki-laki yang menghajar Rangga adalah Rendi . Rahasia publik yaitu Rangga dan Rendi adalah kedua adik kakak yang hanya berbeda setahun , Rangga lebih tua setahun .

Permusuhan antara Rangga dan Rendi memang terjadi saat usia mereka 9 dan 10 tahun karna satu kejadian yang sangat fatal , dan merubah seluruh kisah mereka berdua .

Balik ke cerita , Rangga tersenyum remeh pada Rendi , ia berbalik badan dan menatap Rendi .
" Kenapa ?" Tanya Rangga .

" Lo masih bisa bertanya kenapa , gue ga masalah Lo nyakitin siapapun tapi jangan bella ." ucap Rendi .

Rangga tersenyum sini ke arah Rendi , ia membenarkan jaket nya dan kembali menatap Rendi .

" Apa Lo suka sama Kanaya ?" Tanya Rangga .

Rendi hanya menatap dan tak menjawab pertanyaan Rangga . Rendi masih bingung dengan perasaannya , ia bukan tipe orang yang mudah jatuh cinta dengan kecantikan seseorang . Tapi sejak pertemuannya dengan Bella di mall , entah kenapa Rendi jadi sering memikirkan Bella meskipun ia ragu dengan perasaannya .

Rangga yang mendapati Rendi hanya menatapnya tak menjawab , ia langsung pergi dari hadapan Rendi . Tapi tak jauh dari itu , rangga kembali ke Rendi dan mengatakan sesuatu .
"Oh iya satu lagi,"
" Apa Kanaya tau kau pembunuh ibumu sendiri , oh maksutku ibu kita " ucap Rangga di telinga Rendi .

" RANGGAAAA!! "

Rendi berteriak dan langsung menarik kerah baju Rangga dengan kuat , sampai-sampai urat dileher Rendi terlihat jelas karna ia terlalu emosi dengan ucapan Rendi .

" Kenapa masih mau menyangkal haah !! " Ucap Rangga .

Bugghhhhkk...

Rendi memukul rahang kokoh Rangga , kali ini ia benar-benar marah hingga membuat sudut bibir Rangga kembali mengeluarkan darah lagi serta hidung Rangga pun ikut mengeluarkan darah .

" Gue bukan pembunuh " ucap Rendi .

Bugghhhhkk ...

Rangga membalas menonjok rahang Rangga , hingga Rendi tersungkur ke lantai .
"Lo pembunuh selamanya lo jadi pembunuh mama !!" Ucap Rangga pada Rendi dan kembali berjalan ke luar .

Rangga menaiki motornya dengan kecepatan yang sangat tinggi , hingga membuat beberapa pemotor berteriak ke arahnya . Ia berhenti di taman kota karna darah yang mengalir dari hidungnya membuat dirinya pusing .

Setelah memarkir kan sepeda motor nya ia berjalan tertatih-tatih mencari tempat duduk , ia membersihkan darahnya dengan tangannya tapi darahnya tak kunjung berhenti mengalir hingga suara anak kecil memberhentikan dirinya .

" Kak langgaaaa..."

Seorang anak kecil yang sangat menggemaskan yang cadelnya menjadi ciri khasnya , iya Dino. Ia menghampiri Rangga , dan menatap darah yang ada di hidungnya . Dino mengambil tisu dari tas kecil yang di bawanya , tangan kecil itu mengelap darah yang ada di hidung Rangga .

KANAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang