ANAK PAPA

33.3K 1.7K 46
                                    

Seorang anak laki - laki lari terbirit ketika melihat gerbang sekolah yang sedikit lagi tertutup. Dia terlambat. Gerbangnya sudah tertutup rapat. Ini karena angkot sialan itu, pikirnya. Terlihat seseorang berjalan menghampirinya.

"Akhtar! Terlambat lagi?"

Ya, dia Akhtar. Pergi sekolah menggunakan angkutan umum memang sangat menyebalkan. Sudah berapa kali Akhtar terlambat datang ke sekolah karena angkutan umum yang ditumpanginya sering berhenti menunggu calon penumpang.

Akhtar hanya menangguk menjawab pertanyaan orang tadi.

"Apa lagi?"

"Apanya?" Akhtar dibuat bingung dengan pertanyaan orang didepannya.

"Huft, apa lagi alasannya?" orang itu menghembuskan nafasnya, dan bertanya sekali lagi. Dia Ryan, Ketua OSIS yang ditugaskan untuk mendisiplinkan siswa yang melanggar aturan, termasuk siswa terlambat.

"Lo tau lah pasti, gua naik angkot, tlus angkotnya malah ngetem dulu."

"Heh, yang sopan sama yang lebih tua!" tegur Ryan.

"Apaan, gua kakak kelas lo ya, bialin dong pake lo-gua ataupun manggil nama," ucap Akhtar tak terima.

"Dasar bocil! Umur lo tu masih kecil, harusnya ada di SD, bukan disini!"

"Yeu kagak tau dia, gini gini gua pintel ya, gua ikut akselelasi, makanya ada disini!" Akhtar membela diri.

Akhtar memang masih dua belas tahun. Tapi kecerdasannya tidak bisa diragukan. Maka dari itu, dia mengikuti kelas akselerasi dan sekarang berada di kelas sembilan SMP. Dia memang tak sempurna, diusianya sekarang Akhtar masih susah menyebutkan huruf 'R', dia cadel. Dan itulah yang terkadang menjadi kelemahan Akhtar, dia sering mendapat bully-an karena cadel nya itu.

"Iya lo emang pinter, tapi lo juga nakal! Harusnya lo bisa jaga sikap, biar kepintaran lo itu gak ketutup sama ulah nakal lo!" nasihat Ryan.

"Iya iya, lama lama lo udah kaya emak emak aja dah, hobinya ngomel! Udah belum ini? Gua mau masuk!"

"Hah ya udah lah ngomong sama lo emang gak akan bisa bener, dan hukuman tetap hukuman, sana lari keliling lapangan dua puluh kali!" ucap Ryan.

"Aduh gue belum makan, suel dah. Lemes banget ini, kulangin ya" Akhtar memasang wajah melas andalannya. Dia memang nakal, tapi dia juga bisa bertingkah menggemaskan layaknya anak - anak seusianya.

"Heh gak ada ya gue luluh sama muka lo itu! Cepet lari!"

"Sepuluh aja deh ya, telatnya juga gak lama ini kok, telat belapa detik doang. Pelut gua juga belum diisi apa apa, ental pingsan loh. Kulangin aja ya ya ya?"

Akhtar memang tidak berbohong, sedari tadi perutnya berontak meminta diisi. Dia tidak sempat sarapan. Tak lama lagi perutnya pasti sakit karena tidak diisi makanan.

Ryan berpikir sebentar, sebelum akhirnya, "ya udah iya sepuluh kali, tapi inget jangan diulangi lagi telatnya kalo lo gak mau terus - terusan dihukum!"

"Ck, bawel banget sih lo! Dan kalo soal itu, gua gak janji!" ucapnya dan langsung berlari ke lapangan untuk menjalankan hukumannya.

Biasanya Akhtar akan kabur dan tidak akan menjalankan hukuman. Namun kali ini berbeda, dari tadi Ryan terus memperhatikannya, tak ada celah bagi Akhtar untuk kabur dari hukuman ini.

☁ 

Suasana kelas IX C saat ini sangat ramai. Seluruh siswa kelas tengah tertawa sampai terbahak - bahak. Tak lain dan tak bukan, pelakunya adalah Si Bocah Cadel, Akhtar. Dia menarik kursi yang akan Romi duduki, membuat Romi terjungkal ke belakang dan berakhir seisi kelas menertawakannya.

AKHTARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang