RAMEIN ATAU TAMAT?
•••
Buah Kedondong, Buah Jambu.
Buah Mangga beljajal - jajal.
NGELUJAK YUK!
~
AKHTAR
.
.
."Cucu Ambu..., bangun yuk!" Arum menghampiri cucunya yang tengah tertidur pulas.
Akhtar menggeliat, matanya mengerjap perlahan menyesuaikan cahaya yang masuk retina.
"Udah sore, bangun yuk!" ucap Arum lagi.
"Masih ngantuk, sebental lagi ya Ambu," jawab Akhtar lalu kembali memejamkan matanya.
Arum tidak menyerah begitu saja. Tangannya menepuk pelan pipi Akhtar. Menjawil hidungnya gemas, hingga mengecup setiap lekuk wajah anak itu. Usahanya berhasil, Akhtar bangun dan duduk bersila.
"Nah gitu dong!" ujar Arum.
"Hm," Akhtar hanya membalas dengan gumaman.
"Mau mandi sendiri atau Ambu mandiin?" tanya Arum menggoda Akhtar. Kata Farhan biasanya anak itu akan protes dengan berteriak 'sudah besar'.
"Mandi sendili! Udah besal!" ternyata benar, pikir Arum.
"Tapi nanti kelamasnya sama Ambu. Pelih kena ini," lanjutnya seraya menunjuk luka di dahinya.
"Ya udah, iya."
Setelah ritual mandi sorenya selesai, Akhtar duduk di depan meja rias yang ada di kamar Kakek-Neneknya. Arum mengganti perban pada luka anak itu dengan sangat hati - hati. Sementara Akhtar anteng dengan sebuah Rubik yang baru dia dapat dari Arshad, wanita paruh baya itu menggunakan kesempatan untuk bertanya.
"Atar?"
"Kulan," jawabnya.
Semenjak bertemu dengan keluarga ini, Akhtar dibiasakan untuk belajar tata krama orang Sunda. Salah satunya menyahut dengan kata 'kulan' ketika ada yang memanggil. Biasanya ini digunakan oleh laki - laki. Untuk perempuan menjawab dengan kata 'kah'.
"Boleh Ambu tanya sesuatu, sayang?" tanya Arum kemudian.
"Boleh,"
Arum menyingkap surai lebat milik Akhtar. Sesuai ucapan Dokter kemarin, di bagian kepala belakangnya terdapat bekas luka memanjang. Arum mengusap pelan bekas luka itu.
"Bekas luka ini karena apa, Nak?"
Akhtar sempat terdiam beberapa saat, hingga akhirnya dia menjawab singkat.
"Jatuh, Ambu."
Arum memicingkan matanya, dia tahu Akhtar tengah menyembunyikan sesuatu. "Mau jujur sama Ambu, sayang?"
Jujur saja Akhtar ingin menjawab jujur semua pertanyaan Arum. Namun, Akhtar tidak ingin keluarga barunya ini mengetahui apa yang terjadi sebelumnya. Cukup dia pendam dan kubur dalam - dalam, semua yang telah terjadi, terutama ketika tinggal bersama Arman.
Tetapi lagi dan lagi Akhtar tidak tega melihat wajah Arum yang memelas meminta penjelasan. Dia juga merasakan usapan lembut dari Arum. Akhtar semakin takut untuk bercerita.
"Gapapa, Ambu gak akan marah," tutur Arum.
Dengan meyakinkan diri, akhirnya Akhtar berani untuk bercerita.
Saat itu Akhtar yang tengah merebahkan diri setelah membantu menyelesaikan pekerjaan rumah, terperanjat kaget mendengar teriakan Arman yang memanggilnya dari lantai bawah.
Tak ingin membuat Arman marah, Akhtar bergegas turun melewati tangga. Dia turun dengan tergesa karena teriakan Arman semakin kencang. Tanpa memerhatikan langkah kakinya, hingga dia jatuh terpeleset dan kepala belakangnya membentur tepat pada undakan tangga terakhir.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKHTAR
Teen FictionAkhtar namanya, diusia yang terbilang masih sangat belia, dia harus merasakan pahitnya kehidupan. Menjadi bayangan dikeluarga adalah takdirnya, bahkan Ayah kandungnya sendiri tidak mau mengakuinya sebagai anak. Ini kisah Akhtar, bocah cadel yang te...