'R(A)IN'DU

11.7K 1.1K 111
                                    

Makasih buat 10k+ readers!

Cie bingung baca judul! Wkwk sama😭
Dahlah ayo baca!

Tarik nafas, buang...
ENJOOOYYYY!

Tandain typo:)

•••

Braakkk!!!

Seorang remaja laki - laki jatuh tersungkur hingga kepalanya membentur kaki meja. Tubuhnya terhempas ke lantai kotor di sebuah ruangan. Dia sempat berontak, namun tenaganya kalah kuat dengan orang yang membawanya ke tempat ini. Pintunya pun tertutup rapat dan terkunci.

"Mau lo pada apa, hah?!" tanya remaja itu dengan nafas yang memburu.

"Ck, yang ada gua nanya sama lo! Mau lo apa, hah?! JAWAB!" balas salah seorang remaja yang menyeret anak itu.

Dion, anak remaja yang diseret ke dalam gudang oleh tiga orang remaja itu hanya terkekeh pelan. "Apa, sih? Gak jelas banget jadi orang!"

"Lo yang gak jelas, ANJING!" seru Andri yang terpancing emosi. Ya, mereka Andri, Ramdan, dan juga Allard yang sengaja menyeret Dion di waktu istirahat sekolahnya.

Ketiganya tidak bisa tinggal diam. Mereka sudah mengetahui alasan dari hilangnya Akhtar. Dan sudah lama mereka mencari, namun tak kunjung menemukan. Tiga orang remaja itu sudah sangat geram melihat kelakuan keluarga Akhtar yang seakan tak peduli lagi bagaimana nasib anaknya.

Bahkan, kejadian di pusat perbelanjaan kemarin pun tak ada yang mengetahuinya kecuali pengunjung yang menyaksikan langsung. Dengan mudahnya, Arman menutup mulut semua media yang meliput agar nama baiknya tidak tercemar. Sangat bahaya jika sampai beritanya tersebar. Hal itu membuat Andri, Ramdan, dan Allard tidak mengetahuinya.

Berbagai cara ketiganya lakukan untuk mencari Akhtar. Mulai dari mencari langsung, hingga melaporkan perlakuan keluarga Akhtar pada pihak berwajib atas tuduhan 'penelantaran anak'. Namun, semuanya seakan sia - sia, Arman akan melakukan segala cara agar nama baiknya tetap terjaga.

Arman berdalih dari tuduhan dengan menunjukkan sebuah Kartu Keluarga yang tertera hanya ada tiga orang nama, tanpa Akhtar tentunya. Dokumen itu menjadi bukti terkuat bahwa tuduhan yang dilayangkan tidak benar. Dan akhirnya pihak berwajib tidak melanjutkan kasusnya.

Andri, Ramdan, dan juga Allard pun mengerahkan anak buah orang tuanya untuk mencari Akhtar. Namun, seakan disembunyikan Akhtar tak kunjung ditemukan.

Dan kini ketiganya sudah geram, dengan emosi yang menggebu mereka menyeret Dion ke gudang dan memberinya sedikit pelajaran.

"Lo sadar gak sih? Lo itu cuma anak tiri! Tapi belagu nya minta ampun!" ujar Andri lagi.

Ramdan dan Allard berusaha menahan Andri agar tidak meluapkan emosinya sekarang.

Dion terkekeh pelan, "oh jadi gara - gara anak sialan itu, lo pada bawa gua kesini? Ck, gak penting banget!" tangannya dilipat di dada dan berdiri angkuh menatap lawan bicaranya.

Andri siap melayangkan pukulan mentah pada Dion, namun dua temannya dengan sigap menahan.

"Lo emang bener - bener gak punya hati, ya! BALIKIN ADEK GUA SEKARANG!!!" ucap Andri yang sudah tidak bisa mengontrol emosinya.

"Emangnya gua umpetin? Enggak, kan?!" jawab Dion santai.

"ANJING, LO!" Andri menendang kursi hingga terlempar ke arah Dion.

Dion meringis karena kursi itu tepat mengenai tulang keringnya. "Sstt.. Sialan, lo!" makinya.

"Baru juga segitu, katanya jagoan Papa!" ujar Ramdan pada akhirnya, dia tersenyum miring melihat Dion yang kesakitan.

AKHTARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang