Saya datang membawa Akhtar, semoga masih ada yang nunggu:)
Siapin hati jangan lupa!
ENJOYY!Ramein jangan lupa!
Link GC di bio!
•••
Telimakasih Ayah, Atal sayang Ayah Falhan:)
~
AKHTAR
.
.
.Pagi ini Akhtar kembali menempeli Farhan. Sedikit pun pria itu bergerak, Akhtar akan mengikutinya. Sehari setelah kejadian dia mengeluh sakit, anak itu merengek meminta pulang. Dia mengancam tidak mau makan dan mendiamkan semua orang, berakhir Farhan yang terpaksa mengiakan.
Saat ini keduanya tengah berbaring di kamar dengan Akhtar yang anteng menonton tayangan kartun, dan Farhan yang menemaninya.
"Yayaah, mau kemana?" tanya Akhtar melihat Farhan bangun mengambil ponselnya yang berdering. Akhtar jadi keterusan memanggil Farhan dengan sebutan 'Yayah'.
Farhan tersenyum dan mengelus surai legam putranya, "Ayah angkat telepon dulu sebentar ya, Nak?"
Akhtar mengangguk, "jangan lama."
"Iya,"
"Polong polong polong, Pololo!" Akhtar menyanyikan lagu pengiring kartun kesukaannya.
"Pololo, di sana selu, ya?" tanyanya pada tokoh kartun itu.
"Bisa main salju, bikin boneka salju, selunculan di salju. Aaaa Atal mauuu...," monolognya.
"Yayaah, nanti pelgi main salju, yaa!" pekiknya setengah berteriak.
Akhtar melanjutkan aksi menontonnya dengan sesekali bernyanyi dan kepala yang manggut - manggut. Tak lama Farhan kembali dengan wajah serius dan tatapan bingung.
"Kenapa?" tanya Akhtar.
"Ayah harus pulang ke Jakarta, rekan bisnis Ayah dari luar majuin jadwal meeting nya. Gimana dong?" terang Farhan yang tak sepenuhnya dimengerti oleh Akhtar.
"Yayah halus kelja lagi?" tanya Akhtar.
"Iya, Atal mau ikut Ayah pulang?"
"MAU!" jawabnya tidak santai.
Farhan menghela nafas, sudah dia duga sebelumnya jika Akhtar akan susah untuk ditinggalkan. Terlebih kondisi anak itu belum sepenuhnya pulih, perban masih terpasang apik di area dahinya.
"Ini masih sakit, sayang?" Farhan menunjuk luka itu.
"Huum kadang - kadang. Lasanya kaya nyut - nyutan gitu, Yah," jawab Akhtar jujur.
"Pusing gak, hm?"
"Sedikit,"
Farhan semakin bingung. Jika dia membawa Akhtar pulang ke Jakarta, tidak ada yang menjaga putranya di sana. Anjar? Dia akan menjadi asisten kepercayaannya ketika dia bertemu dengan rekan bisnisnya dari luar. Farhan tidak berani menitipkan Akhtar jika bukan pada Anjar.
"Atar?"
Akhtar mendongak menatap manik kembar sang Ayah. Farhan mengelus kembali surai legam Akhtar, dan menciumnya sekilas. Seketika wangi aroma anggur menguar, sudah dapat dipastikan Akhtar keramas menggunakan shampo anak aroma buah - buahan.
"Kalo Atar disini dulu sama Abah, sama Ambu, gimana? Kalo udah beres, Ayah jemput lagi kesini. Mau, ya?" tanya Farhan ragu.
Akhtar reflek menggeleng dan bangun memeluk erat Farhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKHTAR
Teen FictionAkhtar namanya, diusia yang terbilang masih sangat belia, dia harus merasakan pahitnya kehidupan. Menjadi bayangan dikeluarga adalah takdirnya, bahkan Ayah kandungnya sendiri tidak mau mengakuinya sebagai anak. Ini kisah Akhtar, bocah cadel yang te...