Kyaaaa akhirnya upload lagi:)
Ada yang nungguin Akhtal gak? 😌Btw sepi - sepi aja nih cerita wkwk
Bisa dong kasih semangat authornya pake coment? Hihihi
(Authornya udah banyak mau🙈)Ih jangan kelamaan deh ya!
Enjoooyyy!!Owyaaaa.. Kalo ada typo tandain!
•••
Sudah tiga hari Akhtar mendekam di ruang rawatnya. Selama dua hari dia hanya ditemani oleh anak buah Farhan. Dan pagi ini, dihari ketiganya Akhtar ditemani langsung oleh Farhan.
"Gimana hari ini? Masih ada yang sakit?" tanya Farhan yang sedari tadi tak beranjak sedikitpun dari Akhtar.
Akhtar menggeleng. "Udah lebih baik dali kemalin." jawabnya.
Kini Akhtar tengah dilanda rasa canggung. Dia bingung harus bagaimana. Selama dua hari kemarin, Akhtar hanya diam tak banyak bicara. Terkecuali ketika ada Dokter yang memeriksanya dan anak buah Farhan yang sesekali menawarinya bantuan.
Dan satu lagi ketakutan seorang Akhtar. Dia takut ditanya perihal orang tua dan rumah. Jika ditanya seperti itu, Akhtar harus jawab apa? Tidak mungkin jika dia mengatakan diusir oleh Ayahnya. Akhtar ingin menjaga nama baik sang Papa dengan tidak memberitahu siapapun bahwa dia diusir dari rumah oleh Ayahnya sendiri.
Pandangannya kosong, jarinya saling meremat. Tanda bahwa dia sedang cemas. Cemas memikirkan bagaimana dia pulang.
"Nak?" Farhan mengibaskan tangannya didepan Akhtar.
Akhtar yang tersadar lantas menatap Farhan, "e-eh iya, Om?"
"Kenapa?" tanya Farhan lembut. Matanya menatap Akhtar serius.
"Gapapa, Om." elaknya.
Farhan menghela nafas, "ya sudah. Tolong jangan mikirin apa - apa dulu, kesehatan kamu nomor satu. Ya?"
Akhtar tersenyum, "iya, Om."
Sepertinya Farhan melupakan sesuatu. Oh, dia belum mengetahui nama anak ini. Ya, selama tiga hari dia hanya tahu tentang kondisi Akhtar saja, tanpa bertanya hal lain yang menyangkut Akhtar.
"Oh iya, Om belum tahu nama kamu. Namanya siapa?"
"Akhtal." jawab Akhtar singkat.
"Akhtal?" beo Farhan, dan mendapat gelengan dari Akhtar.
"Akhtar?" tanya Farhan memastikan.
"Iya, Om."
Farhan tersenyum hangat, senyum yang selalu Akhtar rindukan dari seorang Ayah.
"Namanya bagus!" puji Farhan.
"Akhtal, Om. Bukan Bagus."
"Haha iya, maksud Om itu nama kamu keren!" jawab Farhan disertai kekehan.
Mungkin Akhtar mengira, Farhan mengganti nama dia menjadi Bagus.
"Oh, kilain." Akhtar malu, dia menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Terlihat sangat menggemaskan dengan ekspresi polosnya.
"Haha, lucu banget. Duh jadi gemes pengen nyubit pipinya!" pekik Farhan dengan tawanya.
"Om ini baik banget! Anak - anaknya pasti bahagia punya Ayah kaya dia. Jadi kangen Papa." batin Akhtar.
Ceklek!!!
"Permisi." ucap Dokter yang masuk dengan seorang perawat.
"Eh, Dokter." jawab Farhan seraya tersenyum ramah.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKHTAR
Teen FictionAkhtar namanya, diusia yang terbilang masih sangat belia, dia harus merasakan pahitnya kehidupan. Menjadi bayangan dikeluarga adalah takdirnya, bahkan Ayah kandungnya sendiri tidak mau mengakuinya sebagai anak. Ini kisah Akhtar, bocah cadel yang te...