KEHANCURAN

11K 1.1K 57
                                    

Brakk!

"AKHTAR!"

Akhtar terlonjak kaget mendengar dobrakan pintu dan teriakan Arman.

"I-iya Papa, ada apa?"

"Kamu yang mengambil jam tangan yang ada meja, iya?" tanya Arman dengan suara beratnya. Terlihat bahwa Arman sedang menahan amarah dari sorot matanya. Akhtar bergidik ngeri, dia tidak tahu apa maksud sang Papa.

"J-jam tangan? Meja mana? Akhtal tidak tahu Papa, Akhtal tidak mengambil apa - apa," jujurnya.

"Bohong Pa! Tadi Dion lihat sendiri. Dia mengambilnya dari meja dekat TV." seru Dion yang tiba - tiba muncul diambang pintu, diikuti oleh Tiara.

Arman menggeram marah, dari tadi dia mencari jam tangan itu tapi tidak berhasil menemukannya. Jam tangan itu punya temannya, dia harus mengembalikannya besok. Arman berniat membeli sebuah jam tangan, dan temannya memberi dua pilihan. Dia sudah memilihnya, dan akan mengembalikan satunya lagi esok hari.

"Ti-tidak Pa, Kak Dion bohong! Akhtal tidak pelnah ngambil balang Papa. Dali tadi Akhtal disini." Sungguh, saat ini Akhtar sedang ketakutan. Aura yang dipancarkan Arman sangatlah tidak bersahabat.

"Halah, ngaku aja, lo!" gertak Dion.

"Lo ngambil jam Papa biar bisa lo jual terus main di Club sama temen - temen berandal lo itu, kan?!" tuduhnya.

"Jadi selama ini kamu main di Club, Akhtar?"

"Tidak Pa, Akhtal tau tempatnya saja tidak, bagaimana Akhtal main kesana? Pulang sekolah Akhtal langsung ke lumah." lirihnya.

"Ck, sekali nakal ya nakal! Pa, pulang sekolah dia selalu main dulu, dan pulang ke rumah sebelum Papa sampai dirumah!" Dion kembali berucap.

Arman menatap anak - anaknya bergantian. Mana yang harus dia percaya?

"Apa yang dikatakan Dion betul, Mas. Aku sudah capek menegurnya. Akhtar tidak pernah mau dinasihati." ucap Tiara santai dengan wajah yang dibuat sedih.

"Akhtar!" seru Arman dengan suara beratnya dan sangat dingin.

"Kak Dion sama Mama Tiala itu bohong, Pa. Meleka selalu fitnah Akhtal, seakan - akan Akhtal salah, nakal, dan lain - lain. Kak Dion sama Mama Tiala bohongin, Papa!" ucap Akhtar dengan suara agak meninggi.

"Kamu yang bohong! Pa, Dion tidak pernah berbohong, Papa tau itu!" Dion segera membalas ucapan Akhtar.

"TAPI AKHTAL JUGA TIDAK BOHONG! AKHTAL TIDAK PELNAH MENGAMBIL BALANG KALIAN!" habis sudah kesabaran Akhtar, dia tidak ingin kesalahafahaman kembali terjadi.

"MALING NGAKU, PENJARA PENUH!" balas Dion sengit.

"SUDAH CUKUP! Biarkan saya mengeceknya langsung!"

"Cek saja Pa, dia pasti menyimpannya disini." Dion terus memperkeruh keadaan dengan segala macam tuduhannya.

Arman lantas mengecek semua suduh ruangan ini, matanya melirik kesana kemari mencari jam tangan itu. Akhtar tetap membela dirinya. Sungguh, bagaimana bentuk jamnya saja dia tidak tahu, apalagi mengambilnya? Akhtar melirik ke arah Dion dan Tiara, tercetak senyum miring dari bibir keduanya. Akhtar yakin, mereka telah merencanakan sesuatu.

Arman terus mencari, hingga satu tempat belum dia cek. Laci meja belajar Akhtar, Arman berjalan menghampirinya, dan membuka satu persatu laci disana.

"AKHTAR!"

"I-iya Papa."

"Ini apa? Ini jam tangannya! Jadi benar? Kamu curi jam saya demi main di Club bersama teman nakalmu itu! KAMU MEMANG ANAK TIDAK TAHU DIUNTUNG! SAYA TIDAK PERNAH PUNYA ANAK NAKAL DAN PENCURI SEPERTIMU!" pecah sudah amarah yang sedari tadi ditahannya.

AKHTARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang