HOLAAAA!
Kangen Akhtar gak sih?BURU RAMEIN PART INI PAKE KOMENAN TERBAIK KALIAN YA!
Selamat membaca,
ENJOYYYY•••
Kakek-Nenek, ini Akhtar.. Cucu kalian:)
~
AKHTAR
.
.
.Seperti janjinya satu minggu yang lalu, Farhan akan mengajak Akhtar berkunjung ke rumah orang tuanya. Tentu setelah menyelesaikan beberapa meeting penting. Farhan berencana akan menginap disana beberapa hari, supaya Akhtar bisa beradaptasi dengan keluarganya.
Jujur saja, Farhan tengah cemas. Dia takut orang tuanya tidak menerima Akhtar. Dia tahu, keputusan untuk membawa Akhtar ke dalam keluarganya terlalu cepat. Bahkan sedikitpun dia tidak meminta pendapat atau sekedar menyampaikan tujuannya. Bagaimana jika ternyata Ayah dan Ibunya tidak setuju?
Farhan menghela nafas kasar, sedari tadi pikiran buruk selalu menghampirinya. Saat ini dia tengah duduk di tepi kasur seraya memandang sebuah foto keluarga, dimana hanya dia yang belum memiliki anak. Sungguh, sampai sekarang pun Farhan masih merasa bersalah pada kedua orang tuanya karena gagal dalam membina rumah tangga, terlebih saat itu keduanya menanti cucu darinya.
Tok! Tok! Tok!
"Ayah, ini Atal." suara orang di balik pintu yang masih tertutup.
"Sebentar, Nak!" ujar Farhan. Dia segera menyimpan fotonya pada sebuah laci.
Ketika pintu terbuka, terlihat tubuh kecil Akhtar dengan handuk bergambar Pororo yang melilit di pinggangnya. Rambut basah, dan tangan yang memeluk tubuhnya seperti kedinginan.
"Eh, kok belum pake baju?"
"Atal gak bisa ambil bajunya, lemalinya tinggi!"
"Ayah pikir Anjar udah pakein kamu baju. Ya udah, ayo pake baju dulu!" seru Farhan. Pria itu menuntun Akhtar untuk kembali lagi ke kamarnya.
"Atal kan mau mandili, Ayah!" adunya pada sang Ayah.
Farhan menggeleng pelan. Mandiri? Lalu apa ini? Akhtar memintanya untuk mengambilkan baju. Sesampainya di kamar, Farhan membaluri tubuh anaknya dengan minyak telon, tak lupa menaburkan sedikit bedak bayi.
"Ayah, kenapa pake ini?" tanya Akhtar seraya menunjuk tubuhnya sendiri yang sudah terbaluri minyak telon.
Farhan tersenyum, "biar hangat. Perjalanan kita jauh."
Farhan terbilang sangat telaten dalam hal mengurus anak. Lihat saja, tangannya sangat lihai memakaikan baju hingga menyisir rambut putra tunggalnya.
"Kita ke lumah Kakek-Nenek ya, Ayah?"
"Iya. Atar seneng?" tanya Farhan, dia terkekeh gemas melihat wajah antusias Akhtar.
"Seneng banget! Atal jadi gak sabal!" ucapnya seraya tersenyum lebar.
"Ayah?"
"Hm?"
"Kakek-nenek lumahnya dimana?" Akhtar terus bertanya.
"Di Bandung. Sekarang musim hujan, di Bandung pasti lebih dingin. Di perjalanan juga. Jadi pakai dulu jaketnya!" Farhan memakaikan sebuah jaket tebal pada Akhtar, beruntung anak itu tidak menolaknya.
"Jauh banget?"
"Kamu nanya-nya banyak, Ayah berasa lagi diinterogasi jadinya," seru Farhan diakhiri dengan kekehan kecil.
"Intelogasi itu, apa?" tanya Akhtar seraya memiringkan kepalanya.
Sepertinya Farhan menyesal dengan ucapanya, tingkat keingintahuan Akhtar sangat tinggi. Tak jarang dia kesusahan dalam menjawab pertanyaan - pertanyaan yang dilontarkan anak itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKHTAR
Teen FictionAkhtar namanya, diusia yang terbilang masih sangat belia, dia harus merasakan pahitnya kehidupan. Menjadi bayangan dikeluarga adalah takdirnya, bahkan Ayah kandungnya sendiri tidak mau mengakuinya sebagai anak. Ini kisah Akhtar, bocah cadel yang te...