Akhtal kembali dengan membawa sejuta kelinduan
♡'・ᴗ・'♡
~
AKHTAR
.
.
.Farhan yang sedang fokus berkutat dengan berkas-berkas seketika teralihkan kala mendegar suara dering handphone nya. Dahinya mengkerut heran ketika melihat beberapa panggilan tak terjawab dari Allard. Sontak saja hatinya merasa gelisah. Tangannya tergerak untuk menekan tombol untuk mengangkat telepon.
"Hallo...."
".........."
"Bagaimana bisa?"
".........."
"Baiklah, nak. Ayah kesana sekarang!"
Setelahnya Farhan memutus panggilan dan menyuruh Anjar untuk mengantarnya ke tempat yang telah diberitahu sebelumnya.
☁
Sementara di sebuah klinik Pak Anton sedang berusaha menenangkan Akhtar yang berontak ketika seorang dokter akan menangani lukanya. Hanya luka robek di dagu saja sebenarnya, tapi lukanya cukup besar dan memanjang sehingga tanpa pikir panjang Allard membawanya ke klinik terdekat dengan sekolah.
"Dibersihkan dulu lukanya ya, dek. Gapapa kok tahan sakitnya sebentar, ya.." bujuk dokter itu.
"Gak mau!" tolak Akhtar kukuh.
"Ayo nak sebentar aja, ya? Supaya darahnya berhenti," Pak Anton ikut membujuk.
"Gak mau! Nanti pelih," tolaknya lagi.
Ternyata bujukan Pak Anton pun tidak berhasil, Akhtar tetap menolak penanganan lukanya. Dengan begitu Allard yang tadi sempat mundur, memberikan Pak Anton ruang untuk membujuk Akhtar pun kini mencoba membujuknya juga.
"Ayah lagi di jalan, obatin dulu luka nya, ya?" bujuk Allard.
Akhtar mendongakkan sedikit kepalanya menghadap Allard.
"Abang kasih tau ayah?"
"Iya, makanya obatin dulu. Nanti ayah ke sini," Allard mencoba membujuk lagi.
Sementara yang lain menampilkan raut khawatir, Akhtar hanya mengangguk kecil menanggapi ucapan Allard. Tangan kecil anak itu mengambil alih kain kassa yang digunakan salah satu perawat untuk menyumpal luka di dagunya, agar menghentikan darah yang keluar.
"Ya udah, tunggu ayah."
Ya sudah mau bagaimana lagi? Dibujuk sekeras apapun anak itu tetap tidak mau. Mereka pasrah menunggu kedatangan Farhan.
Tak lama terdengar suara alas kaki yang beradu dengan lantai. Seakan melangkah tergesa menghampiri salah satu ranjang yang ada di IGD.
"Permisi," ucap Farhan, orang yang baru saja datang bersama dengan Anjar.
"Ayah, sakit..." rengek Akhtar.
Farhan menghela napas, sudah paham dengan apa yang terjadi. Pasti putranya sulit untuk dibujuk. Allard dan Pak Anton mundur memberi ruang untuk Farhan.
"Iya sayang, obatin dulu sebentar ya, habis itu kita pulang, hm?"
Dengan hanya satu kalimat itu, Akhtar mengangguk tanpa protes, membuat orang-orang yang sedari tadi membujuknya membulatkan mata. Oh, ayolah... Mengapa tidak dari tadi!
KAMU SEDANG MEMBACA
AKHTAR
Teen FictionAkhtar namanya, diusia yang terbilang masih sangat belia, dia harus merasakan pahitnya kehidupan. Menjadi bayangan dikeluarga adalah takdirnya, bahkan Ayah kandungnya sendiri tidak mau mengakuinya sebagai anak. Ini kisah Akhtar, bocah cadel yang te...