DASAR AKHTAR

11.1K 1.2K 128
                                    

ALOOOOO! KETEMU LAGIII HAHA

IYA AMPUN PEMIRSA, JANGAN SANTET SAYA! 😭🙏
Saya lanjutin kok ini gak bakal hiatus beneran 😭✌

Dilapak kemaren pada ngancem Astagfirullah:)

Ni saya kasih. Kalo gak rame awas ajaaaa!
Atal malaaaah!

Oowyaaaa..
LINK GC DI BIO YA!

Tarik nafaaaas. Buaang...!
ENJOY!

•••
Kolak Pisang, Tahu Sumedang
Walau jalak membentang, cintaku tak akan hilang:)
~
AKHTAR
.
.
.

Keluarga Wijaya telah selesai makan malam, dan kini semuanya berkumpul di ruang keluarga atas perintah Adikara.

Sedari tadi semua tengah berusaha untuk mendapatkan hati Akhtar agar mau berbicara dengan mereka, atau sekedar bercanda. Terkecuali Arshad yang tetap sibuk dengan laptop di pangkuannya.

"Arshad!" panggil Adikara.

Yang dipanggil hanya menoleh sekilas, lantas mengalihkan kembali atensinya pada laptop.

"Arshad, Abah manggil. Yang sopan, Nak," tegur Firman.

Arshad menghela nafas dan menoleh kembali pada Adikara, "maaf. Kenapa?"

Firman menggeleng melihat putra sulungnya yang irit bicara dan terkesan dingin.

"Laptopnya simpan, waktunya kumpul keluarga!" tegas Adikara pada Arshad.

"Deadline tugas," jawabnya singkat.

"Kapan?"

"Besok pagi."

Adikara hanya menggeleng, lantas menatap Firman yang sedang tersenyum kikuk lantaran merasa bersalah karena waktunya berkumpul keluarga, putranya malah mengerjakan tugas.

"Kenapa gak dikerjain tadi siang?" Abidzar ikut bertanya.

Arshad yang tengah serius mengerjakan tugas pun geram mendengar pertanyaan - pertanyaan itu. Fokusnya terbagi dua. Besok pagi dia harus mengumpulkan tugas itu, tapi waktunya untuk mengerjakan sedikit terganggu.

Arshad berdecak pelan, mata elangnya menatap tajam pada Akhtar.

"Kan tadi siang Abah yang nyuruh Arshad kesini, terus nyambut CUCU BARU!" ucapnya dengan menekan kata 'cucu baru'.

"Tapi dianya malah tidur." Arshad melanjutkan ucapannya tanpa mengalihkan atensinya pada Akhtar.

"Arshad!!" tegur Firman.

"Memang iya," jawabnya singkat, dan kembali melanjutkan tugasnya.

Akhtar tidak bodoh untuk mengartikan situasi ini. Dia sangat faham bahwa kehadirannya belum diterima oleh Arshad. Ketika Akhtar sudah merasa lega karena keluarga Ayahnya menerima dia, namun hatinya kembali gelisah dan takut karena Arshad terlihat terang - terangan menolaknya.

Akhtar yang semula duduk dekat dengan Adikara, beringsut mendekati Farhan. Jari - jari kecilnya saling meremat, kepalanya tertunduk dalam, tanda bahwa dia sedang gugup, gelisah, dan takut melihat tatapan tajam dari seorang Arshad.

Farhan menatap sendu putranya. Tangannya beralih mengelus bahu Akhtar, "gapapa. Bukan salah Atar. Abangnya lagi capek aja, jadi kaya marah," bisik Farhan lembut.

Mungkin Farhan masih bisa bersikap biasa saja dengan kalimat - kalimat dari Arshad. Namun, lain hal nya dengan Akhtar, dia terlihat sangat takut.

Akhtar mendongak menatap Farhan. Tak ingin membuat Ayahnya khawatir, dia berusaha membuang rasa takutnya dan tersenyum manis lalu mengangguk pada Farhan.

AKHTARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang