"ANJING!" umpat Allard tiba - tiba. Dia melampiaskan emosi yang sedari tadi dipendamnya.
Andri dan Ramdan sontak terkejut mendengar umpatan Allard.
"Woi Allard sialan, kaget gua anjir!" ucap Andri sedikit emosi.
"Tau tuh, lo kalo emosi suka ngagetin emang. Heran gua!" ucap Ramdan seraya merebahkan tubuhnya di sofa ruang tamu.
Ketiganya sedang berada di apartemen milik Ramdan. Tempat itu mereka jadikan sebagai tempat untuk sekedar berkumpul dan membicarakan hal penting apa pun. Karena ketiganya sudah lebih mengenal satu sama lain sejak SMP, tidak heran jika sekarang mereka terlihat sangat akrab.
Brakk!!!
Allard menggebrak meja ruang tamu dengan sangat keras. Sorot matanya tajam, nafasnya memburu, menandakan bahwa dia sedang menahan amarah.
Andri dan Ramdan kembali terkejut melihat aksi Allard.
"Lo kalo marah ya marah aja, jangan meja gua lo gebrak juga, njir!" Ramdan memperingati.
"Iya, si Ramdan mah gak masalah tangan lo kenapa - napa, yang penting meja nya gak rusak. Ya kan?" Andri berujar dengan bodohnya.
Allard beralih menatap tajam ke arah Andri. Yang ditatap pun menampilkan cengirannya seraya mengangkat dua jari membentuk huruf 'V' ke udara. "Peace, Bang Jago!"
"Lo, sih!" seru Ramdan.
Suasana ruangan itu menjadi hening. Hingga suara Allard memecah keheningan yang terjadi.
"Akhtar. Dimana sih lo, Dek?" ucapnya lirih seraya mengusap wajah gusar.
Andri dan Ramdan memasang wajah sendu. Sejak lama mengenal Allard baru kali ini mereka melihat sisi rapuh seorang Allard Geovano Adhitama. Dan semua itu terjadi karena satu bocah bernama Akhtar.
Entah mengapa sejak pertama bertemu, ketiganya sudah tertarik dengan seorang Akhtar. Itulah sebabnya mereka mengajaknya berkenalan, dan beruntung Akhtar menerimanya dengan sangat baik. Meskipun belum lama mereka bersama, namun Andri, Ramdan, dan Allard menyayangi Akhtar seperti layaknya seorang Adik. Keceriaan Akhtar adalah salah satu kebahagiaan mereka.
Sudah hampir satu minggu ini Akhtar menghilang bak ditelan bumi. Tak ada kabar yang tersampaikan pada mereka maupun pada pihak sekolah. Mereka benar - benar kehilangan Akhtar.
Dan mereka sangat marah setelah mengetahui bahwa Akhtar diusir dari rumah oleh Ayah kandungnya sendiri.
Hari ini adalah hari keenam Akhtar tidak masuk sekolah. Andri, Ramdan, dan juga Allard akhirnya memutuskan untuk mencari Akhtar. Pulang dari sekolah ketiganya mencari alamat rumah Akhtar, beruntung mereka mendapatkannya dari data yang ada di bagian Tata Usaha sekolahnya.
Sesampainya di sebuah rumah megah, Ramdan mengetuk pintu utama rumah itu. Namun, yang membuka pintunya adalah seorang pembantu, Bi Surti. Beliau mempersilahkan ketiganya masuk setelah mendapat izin dari sang Tuan.
Alangkah terkejutnya Andri, Ramdan, dan juga Allard ketika melihat pemandangan keluarga bahagia yang tengah bercengkrama di ruang keluarga.
"Papa, kok pulang cepet. Tumben." ucap seorang anak seraya memeluk Ayahnya, yang ternyata itu adalah Dion dan Arman.
"Iya dong, khusus buat anak Papa yang lagi ulang tahun hari ini." balas Arman dengan senyuman lembut.
Tiara yang juga ada disana tersenyum hangat melihat interaksi anak dan suaminya.
Dan satu fakta terkuak, selama ini Akhtar adalah anak dari seorang donatur sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKHTAR
Teen FictionAkhtar namanya, diusia yang terbilang masih sangat belia, dia harus merasakan pahitnya kehidupan. Menjadi bayangan dikeluarga adalah takdirnya, bahkan Ayah kandungnya sendiri tidak mau mengakuinya sebagai anak. Ini kisah Akhtar, bocah cadel yang te...