TAK SANGGUP

12.2K 1.2K 105
                                    

Berduka🥀

•••
Atal mau bobo aja, dadah!
~
AKHTAR
.
.
.

Farhan terduduk lesu dihadapan seorang anak yang rasanya baru kemarin dia temui, dan dengan ajaibnya dia berhasil mengambil hati pria itu. Entah mengapa, Farhan begitu menyayanginya. Bahkan tak sanggup jika harus kehilangan. Namun, takdir Tuhan siapa yang tahu. Kini sosok itu terbaring lemah, tak berdaya.

Farhan berusaha untuk menguatkan hatinya, dia mencium lembut dahi anak itu. Menggenggam erat tangan dinginnya. Tak terasa air matanya mengalir begitu saja.

Farhan tidak pernah meminta untuk berada di posisi ini. Dia tidak pernah membayangkan sebelumnya. Dan sampai kapan pun, Farhan tak akan sanggup melihat orang yang dia sayang setulus hati, kini memilih untuk menutup rapat matanya.

"Nak," suaranya terdengar sangat lirih. Ya, anak itu adalah Akhtar.

Farhan menghela nafas, berusaha menghalau rasa sesak.

"Sampai kapanpun, Ayah tidak akan ikhlas." Farhan kembali tertunduk, meremat celananya. Merasakan sesak seperti mendapat hantaman kuat di hatinya.

Farhan membuka Al - Qur'an yang sedari tadi dipegang. Melantunkan ayat - ayat suci nya dengan setulus hati. Setetes air mata jatuh membasahi lembaran kitab suci itu. Satu tangannya tergerak menggenggam tangan anak Akhtar, mencari kehangatan dari sana.

"Farhan," panggil seseorang.

"Farhan harus kuat, Nak. Demi Akhtar." Arum mengelus pundak Farhan, satu tangannya tergerak menghapus jejak air mata di pipi putranya. Arum sangat faham, Farhan sedang berusaha tegar. Bagaimana pun dia menyembunyikan kesedihannya, ada jejak air mata di sana.

Farhan meraih tangan Arum, menempelkan tangan hangat itu di pipinya. "Farhan cengeng ya, Bu?"

Arum tersenyum, mengelus surai legam milik Farhan.

"Enggak atuh. Kita sedih itu wajar, tapi jangan sampai terlalu larut dalam kesedihan. Farhan punya Allah. Istighfar ya, Nak."

"Takdir Allah pasti yang terbaik. Semua yang terjadi, ada hikmahnya."

"Farhan harus ikhlas. Apapun yang terjadi."

Arum menatap sendu putranya yang kemarin tertawa bahagia, kini hanya terduduk lesu.

"Susah, Bu. Farhan gak kuat kaya Ibu," lirihnya.

Detik itu juga Arum membawa Farhan ke dalam dekapan hangatnya, menyalurkan kekuatan seorang Ibu.

Ceklek!

Suara pintu terbuka menampilkan seorang Dokter serta perawat di belakangnya. Farhan mengurai pelukan dan segera menghapus jejak air mata di pipinya.

"Permisi Pak, Bu. Mohon maaf, kami izin untuk memeriksa pasien," ucap Dokter itu.

"Oh, iya silakan, Dok." Arum mewakili Farhan.

Farhan melirik Ibunya, lalu Arum mengangguk mengisyaratkan agar Farhan memberikan ruang untuk Dokter memeriksa Akhtar.

Setelah beberapa menit menunggu, Dokter pun kembali bersuara.

"Seharusnya pasien sudah siuman. Tapi ternyata semua diluar dugaan saya. Saya harap, Ibu dan Bapak terus ajak komunikasi, ajak pasien untuk bangun," terang Dokter.

"Tapi, Dok. Anak saya masih bisa bangun, kan?"

Dokter tersenyum, "tentu saja, Pak. Saya yakin anak  Bapak kuat. Berdo'a saja yang terbaik!"

AKHTARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang