RASA IRI

11.8K 1.1K 142
                                    

Aku kembali dengan sejuta kerinduan!! 🌈

Alooo gaes! Salam santuy!
Karena ketelatan yang sangat telat ini, maka dari itu sesi protes dipersilahkan! 🙏

•••
Jangan ili, jangan ili, jangan ili dengki! 🙏
~
AKHTAR
.
.
.

"Abang Al, Aa' bisa sendili," protes Akhtar pada Allard yang akan membantunya membuka kancing baju seragam.

Saat ini, mereka tengah bersiap untuk mengikuti pembelajaran olahraga di sekolah. Sebenarnya Akhtar sudah dilarang oleh Farhan, tetapi dia tetap kukuh ingin berolahraga.

"Bisa sendili," ucap Andri mengejek.

Akhtar mendengus, tak habis pikir dengan Andri yang selalu merecokinya, bahkan menjahili dan selalu mengejeknya.

"Telselah Aa'!" balasnya sewot.

"Rrrrrrr...." Andri masih belum puas.

"Llllll...."

"Hahahahaha...." Andri tertawa puas melihat Akhtar yang susah menyebutkan huruf 'R'.

Karena kesal akhirnya Akhtar menghampiri Andri dan menerjangnya dengan pukulan yang sama sekali tidak sakit menurut Andri.

"Udah dek cape, ganti dulu bajunya. Udah ditunggu sama Pak Anton kita," lerai Ramdan yang lelah melihat perkelahian itu.

"Bang Andli jelek!" sewot Akhtar seraya menjulurkan lidah, lalu menghampiri Allard yang memegang baju olahraganya.

"Sini abang bantu," ujar Allard. Akhirnya Akhtar menurut dengan mengganti baju dibantu Allard dan mengganti celananya sendiri.

Dua minggu sudah Akhtar kembali bersekolah, tentunya dengan pengawasan ketat dari Farhan. Termasuk pola makan yang dijaga, dengan berbagai bekal menu sehat yang diantar anak buahnya. Akhtar dibekali banyak uang, hingga kartu ATM pun Farhan memberinya, tetapi tetap saja Akhtar tidak boleh jajan sembarangan, bahkan mungkin semua hampir dilarang.

Hingga satu hari, Akhtar pernah mencoba kabur dari pengawasan ketiga abangnya dan nekat membeli satu bungkus cilok lengkap dengan saus cabai dan juga kecap, berakhir dengan perutnya yang sakit dan Farhan yang mengurungnya selama tiga hari.

"Let's go!" pekik anak itu semangat karena sudah lama dia tidak berolahraga di lapangan yang luas. Andri, Ramdan dan Allard tersenyum melihat antusias Akhtar. Sudah lama mereka merindukan momen ini.

Benar saja, ketika sampai di lapangan hampir semua siswa telah berkumpul dan Pak Anton selaku guru olahraga mengintrupsi agar semua berbaris.

"Selamat pagi, anak-anak!" sapa Pak Anton.

"PAGI, PAK!" jawab seluruh siswa serentak.

"Oke bagus, semuanya semangat! Karena minggu sebelumnya bapak sudah menyampaikan materi tentang Sepak Bola, dan kita juga sudah praktek beberapa tekniknya. Jadi, sekarang bapak mau kalian tanding." Pak Anton memulai pembelajaran. Ucapan Pak Anton tersebut mengundang berbagai reaksi, mereka terlihat heran juga melihat jumlah siswa yang lebih banyak dari biasanya. 

"Oh iya, hari ini Pak Samsul tidak bisa hadir. Jadi, untuk kelas  X MIPA 4 kebetulan jadwalnya sama jadi kita gabung saja, ya?" lanjut Pak Anton.

"Baik, Pak." 

"Oke deh, karena ada dua kelas, tandingnya antar kelas saja, ya? Yang laki-laki bersiap, dan yang perrempuan bapak bebaskan saja kalian mau olahraga apa." Pak Anton kembali mengintrupsi. Sontak saja semua bersorak gembira. Ini yang mereka suka dari pelajaran olahraga, tidak dipusingkan oleh teori dan angka. 

AKHTARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang